Bayern Munich meraih hasil kurang memuaskan kala bertandang ke Veltins Arena pada Sabtu (30/8/2014) malam. The Bavarians ditahan imbang 1-1 oleh tuan rumah Schalke 04 dalam pekan kedua Bundesliga.
Meski hasilnya mengecewakan, tapi skema serta formula baru Pep Guardiola musim ini mulai terlihat. Phillip Lahm dan kolega sudah mulai mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Di laga ini, kendati hasil akhirnya tidak maksimal, tapi amat penting dalam menyiapkan taktik dan skema yang dirancang Pep untuk mengarungi Bundesliga musim 2014/205.
Menurunkan Xabi Sejak Awal
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rekrutan anyar Bayern, Xabi Alonso, langsung diturunkan. Bekas gelandang Real Madrid tersebut berduet dengan Sebastian Rode di lini tengah. Dalam pertandingan tersebut, Xabi diplot berada di depan lini pertahanan yang dihuni Holger Badstuber, Jerome Boateng, dan Phillip Lahm.
Sementara David Alaba menggantikan posisi Juan Bernat yang biasa bermain sebagai wingback kiri. Pergantian ini cukup beralasan karena kemampuan Bernat dalam bertahan tidak sebagus apa yang ditunjukkan Alaba. Akibatnya, sisi kiri pertahanan Bayern menjadi rentan untuk diserang.
Masih belum fitnya Arjen Robben membuat Pep menurunkan Xherdan Shaqiri di posisi wingback kiri. Perannya sama seperti Robben dalam pertandingan menghadapi Wolfsburg, yakni lebih fokus dalam membantu serangan.
Sementara itu, manajer Schalke, Jens Keller, menggeser Benedikt Hoewedes ke posisi fullback kiri. Ia mengganti pos yang biasa ditempati Sead Kolasinac yang cedera. Bermain sebagai fullback kiri bukan hal yang baru bagi Hoewedes. Di timnas Jerman, ia selalu diturunkan di posisi tersebut.
Memantapkan Skema Permainan
Pep kembali menurunkan formasi 3-4-2-1 sama seperti di pertandingan pertama menghadapi Wolfsburg. Bedanya, kali ini ada Xabi di lini tengah yang lebih kompeten ketimbang Rode ataupun Gianluca Gaudino.
Saat dikalahkan Borussia Dortmund dalam ajang Piala Super Jerman, jarak antar lini Bayern terlihat begitu lebar. Lini tengah yang diisi Rode dan Gaudino kesulitan untuk memberi suplai ke lini serang, dan kerap kedodoran kala membantu pertahanan. Padahal, dalam skema 3-4-3 Bayern, pada saat itu, dua gelandang tengah dituntut aktif baik dalam menyerang ataupun bertahan.
Dalam pertandingan tadi malam, Xabi menjalankan perannya dengan baik. Hal ini membuat Rode lebih leluasa untuk membantu serangan. Xabi menjadi jembatan penghubung Bayern kala menyerang. Ia yang memberi suplai bola dari lini pertahanan dan mendistribusikannya ke sisi lapangan.
Pun kala bertahan, Xabi bermain begitu disiplin. Seringkali, ia menjadi pemain keempat di lini pertahanan Bayern. Ia bertugas men-delay serangan Schalke, dan memberi waktu bagi para gelandang Bayern untuk ikut membantu pertahanan.
Sepanjang 68 menit bermain, Xabi melakukan 73 umpan, merupakan terbanyak kedua setelah Badstuber dengan 87 umpan. Ia pun mencatatkan 13 kali long ball dengan sembilan yang akurat.
Saat bertahan pun, pemain kelahiran 1981 ini begitu menonjol. Ia melakukan tiga tekel, empat intersep, empat clearence, dan dua kali menahan tendangan lawan.

[Alur umpan Xabi Alonso. Gambar: fourfourtwo.com]
Skema yang selama ini diinginkan Pep terlihat pada babak pertama. Tenangnya lini pertahanan, serta umpan-umpan pendek kala menyerang, menjadi ciri yang selama ini hilang dalam dua pertandingan terakhir.
Goetze dan Mueller pun tampil padu. Keduanya seolah tak pernah kehabisan energi untuk berlari dari satu sisi ke sisi lainnya. Gol pertama Bayern tercipta karena pergerakan tanpa bola kedua pemain ini.
Dua gelandang serang Die Rottentersebut mampu menarik perhatian bek Schalke untuk mengawasi pergerakan mereka. Akibatnya, fokus perhatian bek Schalke menjadi teralihkan. Hanya satu orang yang mengawal Lewandowski. Itu pun dengan kondisi Goetze yang tidak dikawal sama sekali.
Umpan Mueller ke Lewandowski pun disambut dengan umpan satu dua dengan Rode. Walhasil, terciptalah gol perdana bagi penyerang Polandia tersebut.
Dalam proses gol tersebut terlihat bagaimana bek Schalke yang tidak mengawasi pergerakan Rode yang menusuk ke dalam kotak penalti. Pun saat Rode menerima umpan Lewandowski, perhatian pun teralih dan Lewandowski berada dalam posisi yang bebas tak terkawal.

[Proses gol pertama Bayern. Terlihat bagaimana Goetze membuka ruang dan mengalihkan konsentrasi bek Schalke untuk menjaga Lewandowski]
Dinamisnya Formasi Bayern
Dengan hadirnya Xabi Alonso, Bayern malah seperti menggunakan formasi 4-2-3-1. Alaba dan Lahm di kedua sisi, serta Boateng dan Badstuber sebagai bek tengah. Xherdan Shaqiri di babak pertama tidak bermain seperti seorang wingback, ia lebih sering terlihat berada di lini serang sejajar dengan Mueller dan Goetze.
Saat menghadapi serangan balik, peran Xabi amatlah vital. Pergerakan dua wingback Bayern begitu aktif kala menyerang. Di sini lah Xabi mulai bekerja. Ia turun hingga sejajar dengan Boateng. Badstuber bergeser ke sisi kiri sehingga ada empat pemain yang menjaga lini pertahanan.
Kala menyerang, Mueller bisa berada di mana pun. Skema dua gelandang serang yang diperankan oleh Mueller dan Goetze, dengan cepat menjadi satu gelandang serang dan dua penyerang. Ini terjadi karena Mueller yang berdiri sejajar dengan Lewandowski, sedangkan Goetze ada di belakang keduanya yang mengatur suplai bola.
Skema seperti ini bisa berubah lagi dengan Mueller bermain di belakang Lewandowski dan Goetze menyisir sayap kiri. Di sayap kanan, Shaqiri bermain lebih menyerang sehingga formasi pun berubah menjadi 4-2-3-1.
Mengganti Goetze Berbuah Fatal
Selain Xabi, peran Goetze memiliki dampak yang baik bagi lini depan Bayern, sekalipun ia tak memegang bola. Dari gol pertama Bayern bisa terlihat bahwa ia membuat konsentrasi bek Schalke tidak terfokus untuk mengawal Lewandowski. Bersama dengan Mueller, Goetze seringkali menarik bek lawan untuk membuka ruang bagi rekan setim.
Sebenarnya, alasan mengganti Goetze cukup masuk akal. Selain karena kebutuhan taktik, permainan keras Schalke malam itu terbilang membahayakan. Empat kartu kuning tidak menjelaskan kerasnya permainan Schalke. Tekel-tekel keras itu pula yang membuat Boateng ditarik keluar dan digantikan oleh Dante.
Keputusan mengganti Goetze dengan Bernat berarti akan mengorbankan kreativitas di lini depan. Bernat sendiri berposisi sebagai wingback, yang biasanya membantu pemain sayap kala melakukan penetrasi.
Shaqiri digeser ke kiri, dan Mueller ke kanan. Perubahan ini tidak menghasilkan apa-apa karena mandeknya suplai bola dari tengah. Lalu petaka itu muncul pada menit ke-62.
Umpan Sam dari set piece tak mampu ditahan dengan baik oleh Dante. Bola lalu disambut oleh tendangan kaki kanan Eric Choupo-Moting. Bola yang meluncur deras ke arah gawang,mampu dibuang oleh Xabi. Sayang, Hoewedes mengenai bola tersebut, dan gol untuk Schalke.
Digantinya Goetze memang tidak ada hubungannya dengan gol tersebut, tapi dampaknya mulai terlihat saat Bayern membangun serangan. Bola lebih banyak dialirkan ke sisi kiri yang dihuni Shaqiri. Di sisi tersebut, Kaan Ayhan (yang pada menit ke-76 diganti Dennis Aogo) dibantu dengan Marco Hoeger bermain disiplin dengan tidak membiarkan Shaqiri bergerak terlalu jauh.Akibatnya, Bayern kesulitan untuk membuka serangan lewat sisi ini.
Keputusan Pep untuk mengganti Xabi dengan Hojbjerg pun tidak membuahkan hasil. Schalke sudah kepalang bermain bertahan untuk mempertahankan kedudukan.

[Kiri: Umpan Shaqiri 33 menit sebelum Goetze keluar. Kanan: Umpan Shaqiri 33 menit setelah Goetze keluar]
Kesimpulan
Sepanjang babak pertama, skema permainan yang diinginkan Pep mulai terlihat. Lini pertahanan Bayern terlihat jauh lebih tenang saat menghadapi serangan lawan. Ini ditambah dengan masuknya Xabi Alonso yang berpengaruh besar dalam menutup pergerakan lawan sebelum sampai ke kotak penalti Bayern.
Umpan satu dua di lini tengah dan lini depan, menjadi andalan Bayern. Permainan seperti ini yang membuat Schalke pada babak pertama begitu kewalahan. Pergerakan Mueller dan Goetze membuat serangan Bayern lebih bervariasi. Die Rotens memiliki banyak opsi saat menyerang.
Secara statistik, digantinya Goetze mengubah cara bermain Bayern. Pada babak kedua, Bayern melakukan 317 umpan pendek. Sedangkan pada babak pertama 295 umpan. Meski jumlahnya sedikit lebih banyak, tapi umpan tersebut berbanding terbalik dengan jumlah peluang yang tercipta. Pada babak pertama, Bayern membuat lima peluang dan satu berbuah gol, sedangkan pada babak kedua hanya membuat dua peluang.
Meski berakhir imbang, tapi hasil ini menjadi modal berharga bagi Pep untuk menatap pertandingan selanjutnya. Ia sudah memiliki komposisi yang pas. Termasuk memasang Xabi Alonso untuk membantu pertahanan.
Bentuk permainan yang diinginkan Pep sudah terlihat kerangkanya dalam pertandingan tersebut. Kini, tinggal bagaimana Pep menambahkan improvisasi di dalam pertandingan, termasuk dengan menyiapkan opsi jika sewaktu-waktu pemainnya cedera saat pertandingan berlangsung.
(krs/krs)











































