Menutup Lubang-lubang Kelemahan Persipura

Preview Taktik 8 Besar ISL: Persipura

Menutup Lubang-lubang Kelemahan Persipura

- Sepakbola
Sabtu, 04 Okt 2014 12:20 WIB
ANTARA/Roy Ratumakin
Jakarta - Setelah gagal lolos ke final AFC Cup, Persipura akan segera menghadapi pertandingan 8 besar Liga Super Indonesia. Pasukan Jacksen F. Tiago ini tergabung bersama Persela, Arema, dan Semen Padang.

Tentu saja tak ada yang meragukan kekuatan sang juara bertahan ISL ini. Pada fase grup, Persipura hanya sekali mengalami kekalahan di fase grup oleh Persela Lamongan, itu pun dalam situasi sudah lolos ke babak Delapan Besar dan di tengah persiapan Piala AFC.

Dari segi susunan pemain, Persipura dikenal dengan tim yang memiliki kedalaman skuat. Selain tim utama yang dihuni banyak pemain-pemain berkualitas, pemain lapis kedua mereka juga memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jackson F. Tiago kemungkinan akan mempertahankan formasi 4-4-2 yang sudah menjadi andalannya. Duet Boaz Solossa dan Titus Bonai bisa dikatakan merupakan salah satu duet terbaik yang ada di Liga Indonesia saat ini. Ditambah lagi Persipura masih memiliki pilihan penyerang lainnya seperti Ferinando Pahabol, Lukas Mandowen, atau Ian Louis Kabes. Ketiga nama ini, selain sebagai pelapis, juga bisa masuk ke skuat utama jika Jackson ingin memainkan formasi 4-3-3.

Di lini tengah, mereka juga punya pasukan gelandang yang sama baiknya. Gelandang bertahan asal Korea, Lim Jun-Sik, akan menjaga lapangan tengah bersama Imanuel Wanggai. Mereka juga memiliki dua gelandang serang yang sangat pandai mengatur serangan, Robertino Pugliara dan Gerald Pangkali. Di belakang, dua bek tengah mereka, Bio Paulin dan Yohanis Tjoe, merupakan benteng yang cukup kokoh untuk Yoo Jae-Hoon menjaga gawang Persipura.



Kemungkinan starting XI Persipura

Dua Winger yang Bergerak ke Tengah

Formasi 4-4-2 yang dimainkan Persipura akan menempatkan kedua pemain sayapnya lebih cenderung bergerak ke tengah sehingga mampu berperan sebagai gelandang serang. Hal ini membuat formasi Persipura terkadang terlihat seperti 4-2-2-2. Di depan, Boaz dan Tibo diberikan kebebasan untuk bergerak melebar atau menusuk langsung dari tengah.

Dua pemain sayap mereka yang sudah berubah fungsi menjadi gelandang serang di tengah akan selalu siap berada di lini kedua untuk mengambil bola muntah. Dengan hadirnya dua gelandang serang ini, lawan akan semakin kesulitan dari tekanan Persipura.

Di belakang kedua gelandang serang ini, akan berdiri dua gelandang bertahan yang bertugas untuk mengalirkan bola ke depan. Posisi yang biasa diisi oleh Lim Jun-Sik dengan Imanuel Wanggai atau Gerald Pangkali ini memiliki dua opsi. Yang pertama memberikan operan pendek ke gelandang serang. Dan yang kedua mengirimkan umpan jauh ke salah satu sisi sayap pertahanan lawan, terutama saat melakukan serangan balik.

Pada gambar di bawah terlihat kondisi keempat pemain tengah Persipura saat menyerang. Pugliara dan Pangkali yang awalnya berposisi sebagai pemain sayap akan bergerak ke tengah dan berperan sebagai gelandang serang.



Posisi Persipura saat melakukan serangan

Kecepatan luar biasa yang dimiliki kedua penyerang persipura sering dimanfaatkan untuk melepaskan umpan lambung jauh ke depan. Biasanya salah satu dari Boaz atau Tibo akan berlari melebar dan mengincar ruang kosong di belakang bek sayap lawan. Dengan kecepatan yang mereka miliki, seringkali mereka berhasil memenangkan duel dan membuka peluang bagi Persipura untuk mencetak gol.

Selain itu, Persipura juga memiliki dua fullback yang selalu aktif menyerang. Kedua fullback inilah yang akan mengisi kekosongan area sayap akibat ditinggal kedua pemain sayap mereka yang bergerak ke tengah. Kedua pemain sayap ini juga berfungsi untuk membuka serangan jika lawan tidak memberikan jalan untuk mengalirkan bola dari tengah.

Satu kelemahan yang terjadi saat Persipura menyerang adalah lambatnya dukungan yang hadir dari lini kedua. Boaz Solossa dan Titus Bonai adalah dua penyerang yang memiliki kecepatan yang luar biasa. Karena itu, memberikan umpan panjang langsung ke jantung pertahanan dan membuat kedua pemain ini beradu kecepatan merupakan cara penyerangan yang cukup ampuh.

Namun menjadi masalah ketika tidak ada dukungan yang hadir setelah Boaz maupun Tibo memenangkan duel dengan bek lawan. Seringkali mereka harus bersusah payah meloloskan diri dari hadangan satu atau dua pemain lawan tanpa mendapat bantuan dari lini kedua. Akhirnya Tibo atau Boaz terpaksa menunda serangan sambil menunggu bantuan datang. Padahal Persipura bisa langsung melakukan serangan cepat ke jantung pertahanan lawan, kalau saja bantuan dari lini kedua dapat hadir lebih cepat.

Lubang-lubang di Pertahanan Persipura

Tidak ada yang meragukan bagaimana Persipura menyerang. Kualitas para penyerang yang mereka miliki akan membuat siapapun pemain bertahan lawan akan waspada. Namun bagaimana dengan pertahanan Persipura?

Persipura baru saja tersingkir dari AFC Cup setelah kalah dengan agregat 10-2 dari wakil Kuwait, Al Qadsia. Sebelumnya di babak perempat final pun, mereka harus kemasukan 4 gol dari dua pertemuan melawan Kuwait SC. Beruntung mereka berhasil menang dengan agregat 9-3 melawan Kuwait SC.

Dari dua pertandingan ini terlihat bagaimana pertahanan Persipura mudah kemasukan gol. Mereka harus kemasukan banyak gol dari dua wakil Kuwait di AFC Cup. Pada fase grup ISL pun Persipura harus kemasukan 15 gol, lebih banyak dari Arema yang sebenarnya sama-sama berorientasi menyerang.

Satu permasalahan yang terlihat dari pertahanan Persipura adalah mereka lemah oleh serangan dari sisi sayap. Mereka kembali kepada posisi 4-4-2 saat bertahan. Kedua pemain sayap yang masuk ke tengah saat menyerang seharusnya kembali ke posisi sayap dan membantu kedua bek sayap menahan serangan lawan dari sayap.

Namun, tentu saja membutuhkan waktu untuk kedua pemain ini kembali ke posisinya. Karena itu tidak jarang lawan sudah masuk ke sisi sayap pertahanan sebelum kedua pemain ini kembali ke posisinya. Hasilnya bek sayap Persipura harus menghadapi sendiri serangan dari lawan.

Dalam kondisi ini, Lim Jun-Sik atau atau Bio Paulin, beberapa kali berinisiatif bergerak ke pinggir untuk membantu bek sayap mereka menahan serangan. Apa yang dilakukan Bio Paulin dan Lim Jun-Sik ini justru memperburuk keadaan pada pertahanan Persipura. Pergerakan mereka ke sisi sayap membuka ruang baru di tengah pertahanan Persipura.

Hal inilah yang terjadi saat gol pertama Al Qadsia pertandingan leg kedua. Ketika itu Lim Jun-Sik yang bergerak ke pinggir membuat Saif Al Hasan datang dari lini kedua ke area kotak penalti. Pemain yang datang dari wilayah kerja Lim ini masuk ke kotak penalti tanpa pengawalan dan dengan mudah menyambut umpan silang untuk mencetak gol.

Selain itu, sama ketika saat melakukan serangan, peralihan dari menyerang ke bertahan juga menjadi satu masalah besar bagi Persipura. Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi pemain Persipura untuk kembali ke posisinya. Hal ini membuat Persipura sangat rentan terhadap serangan balik lawan.

Hal ini terjadi berkali-kali saat mereka melawan Al Qadsia. Sepanjang babak pertama saja setidaknya ada 4 kali kondisi pemain bertahan Persipura dalam kondisi kalah jumlah saat terkena serangan balik. Empat pemain Al Qadsia sudah sampai ke area pertahanan Persipura dan tinggal melawan 3 pemain bertahan Persipura. Pemain Persipura lain yang baru habis menyerang berada pada posisi yang masih jauh dari area pertahanan.

Hal ini yang kemudian menjadi awal terjadinya gol kedua Al Qadsia. Saat empat pemain Al Qadsia sudah masuk ke area pertahanan Persipura, Persipura hanya memiliki 3 pemain bertahan. Pemain lain yang terdekat masih berada sekitar 15-20 meter di depan. Al Qadsia yang unggul jumlah pemain akhirnya mampu dengan mudah melesakan gol kedua ke gawang Persipura.

Pada gambar berikut terlihat bagaimana pertahanan Persipura dalam kondisi kalah jumlah saat menghadapi serangan balik. Para pemain Persipura berada jauh dari area pertahanan mereka setelah menyerang padahal empat pemain Al- Qadsia telah masuk ke wilayah pertahanan mereka.



Kondisi pertahanan Persipura saat menghadapi serangan balik

Kondisi ini tentu sangat rentan untuk dimanfaatkan lawan-lawan Persipura di 8 besar. Mereka akan menghadapi Arema Malang, Persela Lamongan, dan Semen Padang yang tentu saja sudah melihat kondisi mereka saat melawan Al Qadsia. Jackson F. Tiago harus bisa membuat para pemainnya lebih disiplin jika tidak mau kecolongan banyak gol akibat hal ini.

Analisis Lawan, Jadwal Padat, dan Pendekatan yang Tepat

Laga melawan Semen Padang akan menarik untuk disimak. Kesebelasan yang kini diasuh oleh Jefri Sastra ini merupakan salah satu dari sedikit kesebelasan di Indonesia yang punya performa relatif stabil dalam beberapa musim terakhir.

Bermain di kompetisi Indonesian Premier League tak membuat kualitas mereka turun secara drastis. Dengan perubahan yang tidak pernah drastis, mendatangkan pemain-pemain baru secara selektif dan terukur, membuat Semen Padang menjadi salah satu kekuatan yang tidak bisa diremehkan oleh siapa pun.

Mereka punya kemampuan bermain dengan berbagai cara, salah satunya skema serangan balik yang akan berguna saat menghadapi tim-tim yang secara kualitas lebih baik, katakanlah Persipura dan Arema. Keberadaan Eka Ramdani di lini tengah, membuat mereka punya opsi yang memadai untuk mendelar permainan dan kemudian melakukan serangan balik cepat melalui serangan dari sayap.

Dua gelandang mereka yang kerap beroperasi dari lebar lapangan, Hendra Bayau dan Esteban Viscara, punya cara bermain yang berbeda. Bayau sangat cepat, sementara Viscara sangat cerdik memanfaatkan momentum untuk masuk ke kotak penalti dari lebar lapangan dengan gerakan tanpa bola. Problem Persipura di lini belakang, terutama saat menghadapi serangan balik, akan diuji saat menghadapi Semen Padang.

Sementara laga melawan Arema akan menjadi pertemuan dua kesebelasan dengan kualitas menyerang yang sama baiknya. Boleh jadi laga ini akan berlangsung seperti yang terjadi pada 3 Oktober 2013, musim lalu, saat Persipura berhasil mencuri tiga poin menyusul kegagalan Beto mengeksekusi tendangan penalti.

Di laga itu, keduanya bermain dalam tempo yang cepat, walau Persipura kemudian lebih sedikit pasif dan cenderung meneror tuan rumah Arema lewat serangan balik cepat. Di tengah teror mental yang diberikan Aremania, termasuk spanduk yang ofensif pada Jacksen langsung, Persipura dengan tenang memperlihatkan kematangan sebagai tim besar di Indonesia yang berpengalaman malang melintang di laga-laga internasional. Jacksen juga memperagakan pendekatan yang tepat, cenderung pragmatis, tapi terbukti efektif.

Walau bukan tipikal Jacksen untuk bermain pasif sekali pun bermain di kandang lawan sehingga bermain menyerang demi meraih angka maksimal di Padang dan Malang pun bukan hal yang ganjil untuk mereka lakukan. Hanya saja, menyusun kerangka taktik yang lebih pragmatis, juga bukan mustahil diterapkan oleh Jacksen, salah seorang pelatih dengan pemahaman dan pengetahuan taktikal yang lumayan kaya.

Dalam waktu delapan hari, Persipura harus melakukan 3 pertandingan yang tidak ringan. Setelah menjamu Al-Qadsia pada 30 September, empat hari berselang mereka harus menjamu Persela. Empat hari kemudian, 8 September, mereka harus sudah bertanding di Padang dengan menempuh jarak sekitar 4.500 kilometer.

Bukan jadwal yang mudah, mengingat lawan-lawan mereka juga merupakan kesebelasan-kesebelasan terbaik di musim ini. Dengan kedalaman skuat yang dimiliki, Jacksen tentu tahu bagaimana harus menyiapkan pemain, mengatur ritme latihan dan juga menyusun komposisi tim jika rotasi ternyata tidak terhindarkan. Toh, Jacksen dan Persipura punya pengalaman yang panjang perihal jadwal yang padat dan jarak perjalanan yang jauh dalam waktu yang berdekatan.

Jika mereka bisa mengalahkan Persela di laga pembuka, mereka hanya perlu mempersiapkan diri secara fisik, mental dan taktikal guna meraih angka di Padang dan Malang. Jika mereka bisa meraih setidaknya lima poin dari tiga laga awal (minimal seri di Padang dan Malang), tugas Jacksen akan lebih mudah lagi di laga-laga selanjutnya.

=====

*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.


(roz/roz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads