Keberhasilan Uzbekistan Mengeksploitasi Duel Udara

Piala Asia U-19: Uzbekistan 3-1 Indonesia

Keberhasilan Uzbekistan Mengeksploitasi Duel Udara

- Sepakbola
Minggu, 12 Okt 2014 10:15 WIB
Keberhasilan Uzbekistan Mengeksploitasi Duel Udara
detikSport/Grandyos Zafna
Jakarta -

Tim nasional Indonesia U-19 gagal meraih poin penuh pada pertandingan perdana Piala Asia U-19 2014. Indonesia hanya bisa melesakkan satu gol lewat tendangan spektakuler Paulo Sitanggang. Sedangkan lawannya, Uzbekistan, berhasil mencetak tiga gol.

Kekalahan ini memperlihatkan bahwa Indonesia sangat miskin taktik. Evan Dimas cs nyaris terus menggunakan skema yang sama sepanjang pertandingan. Berbeda dengan Uzbekistan, mereka yang sebenarnya tampil biasa saja mampu mengeksploitasi kelemahan-kelemahan Indonesia sehingga terlihat superior.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pressing Agresif Terhadap Lini Tengah Indonesia

Hingga 20 menit pertama, timnas Indonesia kesulitan membangun serangan. Tiga gelandang yang dihuni Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi, lebih sering membantu pertahanan. Sepanjang 20 menit tersebut Indonesia belum dapat melepaskan tekanan.

Bola lebih sering diarahkan ke sisi kiri yang dihuni Ilham Udin Armain, dan sisi kanan yang dihuni Maldini Pali. Serangan ini selalu kandas karena minimnya dukungan dari lini kedua. Dinan Javier yang berposisi sebagai penyerang, hanya menunggu di area kotak penalti.



Grafik umpan Indonesia di sepertiga akhir Uzbekistan

Peluang terbaik Indonesia terjadi pada menit ke-32. Menusuk kotak penalti, bola pun diarahkan langsung ke Evan Dimas. Sayangnya, bek Uzbekistan seolah mengerti dengan pola seperti ini. Mereka lebih memilih menutup pergerakan Evan, ketimbang mengejar Maldini Pali.

Setidaknya ada delapan umpan yang diarahkan langsung pada Maldini Pali dan enam umpan pada Ilham. Di babak pertama bisa dibilang tidak ada pergerakan di depan kotak penalti Uzbekistan, karena serangan difokuskan ke kedua sayap.

Hal ini dikarenakan Uzbekistan memang menghambat serangan Indonesia dari lini tengah. Pressing ketat dan agresif diberikan pada pemain di lini tengah Indonesia yang sedang menguasai bola. Tak leluasa menguasai bola, bola pun selalu berakhir di kaki pemain Uzbekistan.

Hal ini terlihat dengan aksi pertahanan Uzbekistan yang selalu mendapatkan bola di tengah. Dari grafis di bawah, bisa kita lihat bahwa pada babak pertama Uzbekistan selalu berhasil memotong serangan Indonesia yang dibangun lewat tengah.



Indonesia baru dapat melepaskan tekanan setelah menit ke-35. Mulai terlihat umpan-umpan pendek yang diperagakan trio Evan, Hagi, dan Zulfiandi. Ini tak lepas dari mulai mengendurnya pressing yang dilakukan pemain Uzbekistan.

Hal ini dimanfaatkan oleh Khamdamov Dostonbek dan kolega untuk menyusun pertahanan yang rapat sejak di lini tengah. Ini yang membuat Evan dan Hagi begitu kesulitan mengirimkan bola ke lini depan. Sudah ada dua pemain setidaknya yang membayangi, sehingga bola dapat direbut atau dialurkan ke lini belakang.

Hanya sesekali Ilham dan Maldini beradu cepat dengan bek Uzbekistan. Selalu ada dua pemain yang membayangi keduanya, tapi membiarkan mereka menggiring bola hingga tepi lapangan.

Memanfaatkan Kelemahan Indonesia

Kontras dengan apa yang ditampilkan oleh para pemain Indonesia, para pemain Uzbekistan tampak tenang dan nyaman memainkan bola. Tak ada kepanikan yang terlihat dari mereka. Sedikit banyak, hal ini dapat terjadi karena para pemain Indonesia tidak memberi tekanan yang cukup baik.
Β 
Uzbekistan mengandalkan aliran bola-bola atas dan panjang sebagai upaya untuk mencetak gol. Sebuah taktik yang terbukti jitu. Para pemain Indonesia terlihat sangat kewalahan dalam mengantisipasi datangnya bola. Baik bola yang diarahkan ke pinggir lapangan maupun kiriman umpan ke jantung pertahanan.

Namun pada babak pertama, aktivitas serangan Uzbekistan lebih sering berada di pinggir lapangan, khususnya sisi kiri di mana Putu Gede berada. Dengan postur tubuh para pemain Uzbekstan yang lebih tinggi, Putu Gede berkali-kali kalah duel udara sehingga serangan dari sisi ini teramat membahayakan.

Namun gol pertama yang diciptakan Uzbekistan tercipta dari kombinasi buruk dua hal. Pertama, antisipasi umpan silang yang dikirimkan dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Kedua, tidak adanya penjagaan terhadap lawan yang bersiap menyambut bola di dalam kotak penalti.



Sementara gol kedua, gol ini bisa disebut sebagai hadiah manis untuk Uzbekistan. Dari tengah, bola diarahkan ke sisi kiri pertahanan Indonesia. Ke garis tepi kotak penalti sebelah kiri. Daerah yang tidak berbahaya sebenarnya. Karena pada momen itu, pemain Uzbekistan sulit untuk melepaskan tembakan ataupun umpan. Namun kesabaran yang buruk Fatchurrohman membuat usaha untuk merebut bola malah berbuah hukuman penalti.
Β 
Permainan Indonesia Tak Berkembang

Pada babak kedua, permaianan Indonesia masih tak berkembang meski Indonesia lebih mendominasi penguasaan bola. Masih mengandalkan serangan tengah lewat umpan pendek, Indonesia masih kesulitan menembus pertahanan Uzbekistan.

Upaya yang dilakukan pelatih Indonesia, Indra Sjafri, untuk mengejar ketertinggalan hanyalah dengan memasukkan pemain pengganti. Salah satunya adalah memasukkan Paulo Sitanggang dengan menarik keluar Zulfiandi pada menit ke-53.

Pergantian ini memang membuahkan hasil tiga menit berselang. Pada menit ke-56, Paulo Sitanggang berhasil memperkecil ketertinggalan lewat tendangan keras dari luar kotak penalti.

Namun gol ini merupakan buah dari kelengahan gelandang Uzbekistan yang tertarik mengejar Ilham yang bergerak di sayap. Saat gelandang Uzbekistan mendekat, bola pun dialirkan ke Dinan yang berdiri bebas. Tahu posisinya tak menguntungkan, Dinan pun memberi umpan pendek ke Paulo Sitanggang yang baru masuk.

Paulo sebenarnya berada dalam jarak yang cukup jauh dari kotak penalti. Namun, melihat kiper Uzbekistan yang berdiri terlalu depan, Paulo pun melesakkan tendangan yang melesat tanpa bisa dijangkau kiper Uzbekistan.

Gol ini memperlihatkan sebuah metode membongkar ketatnya pressing Uzbekistan di lini tengah. Gol ini lahir dari skema serangan yang rapi dan cantik. Bola merayap dari bawah secara perlahan, melalui umpan satu dua yang pendek dan cepat, dan terus dilakukan di sisi kiri. Bola baru sampai ke tengah saat sampai di kaki Dinan yang lantas mengembalikannya ke lini kedua pada Paulo.

Cara inilah, memainkan bola di lebar lapangan dengan sabar melalui umpan satu dua dan bukan melulu mengandalkan sprint, yang berhasil memancing gelandang Uzbekistan untuk terpancing melebar. Itulah kenapa Paulo Sitanggang bisa mendapatkan ruang kosong untuk menguasai bola dan melakukan tendangan jarak jauh yang membuahkan gol.

Setelah itu, Indonesia kembali kesulitan menemukan celah di antara pertahanan Uzbekistan. Salah satu bukti nyatanya adalah Evan Dimas yang gagal melakukan tendangan tepat sasaran dari dalam kotak penalti. Tercatat dua kali tendangannya diblok, dan satu kali tendangannya melesat deras ke menyamping gawang.

Padahal dalam banyak pertandingan, umpan tarik dari sayap dikirimkan langsung ke tengah dan Evan Dimas sebagai eksekutor terakhir. Dalam pertandingan tersebut Uzbekistan jarang terpancing dengan skema seperti ini, kecuali gol Paulo. Itupun dilakukan jauh di luar kotak penalti.

Tak berjalannya skema ini pun kemungkinan ada pengaruhnya dari perbedaan peran antara Dinan Javier [yang dijadikan starter] dengan Muchlis Hadi Ning [biasanya menjadi starter]. Dinan sering bermain melebar membantu kedua sayap, sementara Muchlis menjadi pemantul ataupun pengecoh bek lawan. Ini yang membuat Evan kerap kali bebas karena fokus bek lawan ada pada Muchlis.

Meskipun demikian pemain Indonesia tampak sadar betul dengan jarang mengirimkan umpan silang. Tendangan sudut pun didominasi umpan mendatar dan hanya sesekali melambungkan bola langsung ke kotak penalti.



Umpan sepertiga akhir Indonesia babak dua

Serangan Variatif Uzbekistan

Sementara itu, pada babak dua Uzbekistan mengubah kecenderungan serangan. Mereka tidak lagi banyak memainkan bola di daerah sayap seperti babak pertama. Selepas turun minum, menebar ancaman di depan kotak penalti lewat umpan panjang pun menjadi pilihan.

Jumlah umpan silang ke kotak penalti Indonesia menurun. Sebagai gantinya, umpan panjang ke daerah sepertiga akhir diteruskan dengan operan-operan pendek. Tidak terlalu cepat dan merepotkan, sebenarnya. Namun kualitas tekanan Indonesia yang lebih buruk dari babak pertama membuat Uzbekistan begitu leluasa.



Gol ketiga Uzbekistan pun tercipta dari area depan kotak penalti. Skema yang berjalan apik dari kiri ke tengah ditambah kemurahan hati gelandang bertahan Indonesia yang tak memberikan perlindungan membuat para pemain belakang berhadapan langsung dengan serangan Uzbekistan. Ditambah dengan reaksi lambat blocking dari para pemain belakang, terciptalah gol Uzbekistan dari tendangan keras luar kotak penalti.

Kesimpulan

Tak mampunya Indonesia mengalahkan Uzbekistan terjadi karena beberapa hal. Pertama, susunan pemain yang diturunkan Indonesia yang membangku cadangkan pemain utama seperti Ravi Mudiarto dan Muchlis Hadi patut dipertanyakan.

Kedua, secara individu, Uzbekistan sebenarnya tak terlalu spesial. Hanya saja dengan taktik yang tepat mereka bisa mengeksploitasi kelemahan-kelemahan Indonesia. Dimulai dari memanfaatkan kelemahan bola-bola atas Indonesia, hingga pressing ketat pada gelandang Indonesia.

Ketiga, Indonesia miskin strategi. Ketika skema yang biasanya menjadi andalan sudah terbaca dan bisa diantisipasi lawan, seharusnya perubahan skema perlu dipraktikkan. Misalnya saja, meminimalisir cut-back pada Evan Dimas ketika Ilham Udin atau Maldini Pali memasukki kotak penalti.

Ilham Udin kerap kali berhasil masuk ke area kotak penalti, namun karena tak adanya skema lain, serangan demi serangan yang dilancarkan pun menjadi sia-sia.

Berkali-kali Uzbekistan berhasil menutup upaya Evan Dimas mengekekusi umpan tarik dari sayap. Para pemain lawan tahu bahwa bola akan dikembalikan ke lini kedua yang akan dieksekusi para gelandang. Maka alih-alih terpancing masuk ke dalam kotak penalti, salah satu dari mereka selalu ada yang berjaga di lini kedua. Tiga kali Evan menerima umpan dalam pola ini (sekali di babak I, dua kali di babak II), dua kali pula sudah ada pemain lawan berada di dekat Evan.

Di laga ini, terlihat benar Uzbekistan bisa memanfaatkan kelemahan-kelamahan Indonesia. Mereka juga tahu skema yang sering diandalkan Indonesia.
Apakah Indra Sjafri dan tim pelatih tahu kelemahan dan kekuatan lawan melalui pengamatan rekaman pertandingan Uzbekistan? Kita tak tahu persis.

Tapi, di laga ini, harus diakui, Indonesia bermain seperti "buta" terhadap tim lawan. Justru lawan yang terlihat tahu benar caranya mengantisipasi cara bermain Indonesia.

Semoga saja dengan kekalahan ini tim pelatih bisa mendapatkan pelajaran dan segera berbenah. Karena kemenangan di dua laga terakhir melawan Australia dan Uni Emirat Arab mutlak harus diraih jika ingin bisa melenggang ke babak berikutnya dan berprestasi di ajang Piala Asia U-19 2014 ini.

=====

*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.

(roz/roz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads