Arema Mengunci Konate, Persib Buruk dalam Menuntaskan Peluang

Inter Island Cup: Persib 1-2 Arema

Arema Mengunci Konate, Persib Buruk dalam Menuntaskan Peluang

- Sepakbola
Senin, 02 Feb 2015 12:13 WIB
Jakarta -

Setelah tertunda satu tahun akhirnya final turnamen pramusim paling bergengsi, eh... paling lama, di Indonesia yaitu Inter Island Cup 2014 digelar. Laga yang mempertemukan Arema Cronus melawan Persib Bandung ini berhasil dimenangi Arema dengan skor 2-1.

Bek asal Brasil Arema, Fabiano Beltrame, membuka kemenangan lewat titik putih empat setelah turun minum. Persib sempat menyamakan kedudukan lewat sundulan Vladimir Vujovic, sebelum akhirnya Sengbah Kennedy mengunci kemenangan Arema pada menit ke-115.

Ya, pertandingan ini berjalan alot hingga harus ditentukan lewat 120 menit. Persib, meski terus menekan Arema, tak mampu memaksimalkan setiap peluang yang didapatnya. Sedangkan Arema baru bisa menekan Persib ketika Persib harus bermain dengan 9 pemain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Arema Mempersempit Ruang Gerak Konate

Pada laga ini, Persib bermain tanpa M. Ridwan yang terkena cedera otot. Posisi yang tinggalkannya ini ditempati oleh sang kapten, Atep Rizal. Atep bersama Tantan, di sisi kiri, menjadi pemain yang bertugas mengeksploitasi sayap pertahanan Arema.

Absennya Ridwan ini sangat berdampak pada kualitas serangan sisi kanan Persib yang pada musim lalu menjadi kekuatan utama mereka. Kombinasi Atep-Supardi tak sebaik Ridwan-Supardi. Persib pun lebih sering menyerang lewat sisi kiri, area milik Tantan.

Namun Arema tampaknya telah menyadari skema serangan Persib ini. Hasyim Kipuw yang biasanya rajin melakukan overlapping di sisi kanan, lebih sering menjaga areanya. Persib pun sempat kesulitan menembus pertahanan Arema.

Meskipun begitu, Persib tetap menjadikan area sayap sebagai pintu masuk menuju kotak penalti Arema. Pasalnya, Konate Makan yang biasanya mengalirkan bola dari tengah, mendapat pengawalan ketat dari gelandang-gelandang Arema di tengah.

Salah satu taktik Arema untuk meredam Persib memang dengan mempersempit ruang gerak gelandang asal Mali tersebut. Dua pemain bertipikal gelandang perebut bola pun dimainkan langsung secara bersamaan sejak menit pertama. Dua tipikal gelandang ini ada pada diri Juan Revi dan Ferry Aman Saragih.



Skema 4-4-2 berlian yang digunakan Arema memang membuat ruang gerak Konate menyempit. Jika ia menggiring atau mencari ruang kosong ke kanan, di sana ada Juan Revi. Sementara jika ia bergerak ke kiri, Ferry sudah siap mengambatnya. Di tengah sendiri ada Bustomi yang menjaga keseimbangan. Belum lagi jika Hendro Siswanto yang berada di depan ketiga gelandang ini ikut mundur membantu pertahanan.

Dengan bermain rapat dan agak mendekati kotak penalti, memang pada akhirnya Arema tak bisa menguasai jalannya pertandingan dan terus kehilangan bola kala melakukan sapuan sehingga lebih sering mendapat tekanan. Tapi skema ini berhasil mengunci permainan Konate.

Konate tak bisa mengirimkan umpan-umpan terobosan ke kedua sayap dari tengah. Ia lebih sering mengembalikan bola yang diterimanya kembali ke dua gelandang di belakangnya, Hariono atau Dedi Kusnandar.

Peran pembagi bola sendiri akhirnya diambil oleh Dedi. Meski gelandang yang musim lalu bermain untuk Persebaya ini tak bisa melakukan umpan-umpan terobosan yang menusuk ke kotak penalti layaknya Konate, namun Dedi terbantu oleh fullback Persib, Tony Sucipto-Supardi Natsir, yang ikut naik membantu penyerangan. Opsi yang sering dilakukan Dedi adalah memberikan umpan pada dua bek sayap tersebut.

Karena itulah serangan Persib lebih sering dimulai dari Dedi. Tak heran komentator pertandingan ini memberikan apresiasi lebih pada gelandang anyar Persib ini karena berhasil menggantikan peran Konate cukup baik.

Hadirnya Firman Utina dan Pergeseran Posisi Konate

Serangan sayap Persib beberapa kali berhasil menembus pertahanan Arema karena naiknya posisi Tony Sucipto atau Supardi membuat bek sayap Arema memiliki dua lawan di areanya, gelandang terfokus pada Konate. Namun penyelesaian akhir Persib selalu gagal menemui sasaran.

Perlu diingat, sejatinya pada laga ini Persib menjalani pertandingan dengan dua misi. Pertama, untuk memenangi pertandingan. Kedua, untuk menilai sejauh mana kelayakan dua penyerang asing seleksi mereka untuk menjadi pemain tetap bagi tim berjuluk Maung Bandung tersebut.

Pada 45 menit babak pertama, ujung tombak Persib dihuni oleh penyerang asal Brasil, Maycon Calijuri. Pergerakannya memang beberapa kali terlihat mampu merepotkan pertahanan Arema (salah satunya ketika menciptakan peluang pada penghujung babak pertama). Namun kecepatannya kurang bisa mengimbangi dua sayap Persib.

Hal ini terlihat dengan umpan-umpan silang Persib yang lebih sering mengarah pada Atep atau Tantan, pemain sayap. Tentunya ini menjadi persoalan mengingat keduanya bukanlah pemain yang unggul dalam duel udara. Apalagi terdapat dua bek tengah tangguh di lini pertahanan Arema, Igbonefo dan Fabiano.

Sebenarnya Koh Traore yang masuk pada babak kedua menggantikan Maycon memberikan dimensi lain di lini depan. Penyerang asal Burkina Faso ini cukup bisa menahan dan menguasai bola sehingga lawan kesulitan merebutnya. Namun kelemahan mantan penyerang Sabah FC, kesebelasan asal Malaysia, ini adalah terlalu terburu-buru melepaskan tembakan. Tercatat dua tembakan dilepaskannya dari kotak penalti, tak satu pun mengenai sasaran.

Hanya 14 menit pelatih Persib, Jajang Nurjaman, memberikan kesempatan bagi Traore untuk membuktikan kualitasnya. Pada menit ke-69, Traore digantikan oleh Firman Utina.

Masuknya Firman Utina nyatanya berhasil membuat serangan Persib lebih hidup. Ini dikarenakan Konate yang menjadi motor serangan Persib diposisikan agak ke kiri karena Firman di tempatkan di tengah. Pergeseran posisi Konate ini dibarengi dengan Tantan yang menjadi penyerang, dan Atep yang ditempatkan pada sisi kiri. Ya, Persib menumpukkan para pemainnya di sisi kiri.



Arema sendiri mengurangi salah satu gelandang bertahannya pada babak kedua. Perubahan formasi dari 4-4-2 ke 4-3-3 memang terjadi semenjak masuknya Ahmad Noviandani menggantikan Juan Revi. Noviandani mengisi pos penyerang kiri melengkapi Samsul Arif (kanan) dan Christian Gonzales (tengah).

Terus menekan, Arema berhasil mencuri gol. Satu serangan Arema berhasil membuat wasit menunjuk titik putih. Operan chip Bustomi pada Samsul mengenai tangan Tony Sucipto di area kotak terlarang. Fabiano pun mengeksekusinya dengan baik.

Ketinggalan satu gol Persib tak mengubah pola serangannya, masih lewat kiri. Dengan skema ini, area Kipuw dan Igbonefo terus dicecar oleh Konate-Atep-Tantan. Firman sendiri nyaris menciptakan gol lewat tendangan yang dilepaskannya dari luar kotak penalti. Hanya saja tendangan tersebut membentur tiang gawang.

Namun lini serang Persib ini hanya sebatas menekan dan membahayakan, minim peluang. Ini dikarenakan Atep sering kehilangan bola, dan stamina Tantan yang semakin terkuras. Konate sendiri hanya bertugas sebagai pengalir bola.

Gol penyama kedudukan Persib pun berawal dari sepak pojok. Sapuan bek Arema jatuh pada kaki Hariono. Gelandang timnas Indonesia tersebut kemudian mengirimkan umpan panjang pada Firman Utina yang masih berada di sisi kanan setelah mengeksekusi sepak pojok. Firman pun lantas mengirimkan umpan silang pada Vujovic yang masih berada di kotak penalti.


Proses Terjadinya Gol Vujovic

Persib Bermain Dengan 9 Pemain

Selama 90 menit, memang bisa dibilang Persib cukup menguasai jalannya pertandingan. Namun penyelesaian akhir serangan menjadi PR tersendiri bagi sang juara Indonesia Super League (ISL) 2014 ini (salah satunya problem penyerang asing). Dan kelemahan ini berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Arema saat Persib pincang pada babak tambahan waktu: Persib harus bermain dengan 9 pemain.

Pada menit ke-98, Hariono menekel Noviandani dengan keras. Wasit pun menghadiahi kartu kuning kedua karena sebelumnya Hariono telah mengantongi kartu kuning. Kesalahan fatal mengingat pelanggaran tersebut dilakukan Hariono padahal bola masih berada di area milik Arema.

Tak lama berselang, Firman Utina yang masuk pada babak kedua pun mengalami masalah pada betisnya. Cedera yang tampaknya cukup parah ini membuatnya tak bisa melanjutkan pertandingan. Sementara Persib telah menghabiskan jatah tiga pergantian pemain (Koh Traore, Firman, dan Taufiq yang masuk menggantikan Atep tak lama setelah Hariono dikartumerah).

Unggul jumlah pemain, pelatih Arema, Suharno, menginstruksikan para pemainnya bermain lebih menekan. Ini pun terlihat dengan Igbonefo dan Fabiano yang naik hingga tengah lapangan dan Kipuw yang berada di sepertiga akhir Persib untuk mengurung pertahanan Persib. Suharno pun dengan jeli memasukkan Sengbah Kennedy menggantikan Hendro Siswanto pada menit ke-105.

Kipuw berhasil membuat Tantan bergerak ke sisi kanan untuk mengantisipasinya. Ini membuat Persib hanya menyisakan dua gelandang di depan empat bek. Padahal sebelumnya, Persib berhasil menahan gempuran Arema saat bermain dengan 9 pemian dengan memfungsikan tiga gelandang di depan backfour yang dihuni oleh Taufiq-Dedi-Tantan. Di sinilah gol tersebut lahir.


Proses Terjadinya Gol Arema

Kesimpulan

Sepanjang pertandingan, Persib memang cukup mendominasi. Kekalahan ini sendiri menunjukkan bahwa lini serang mereka masih perlu dibenahi. Karena sejatinya, terdapat beberapa peluang yang harusnya menjadi gol, salah satunya peluang Maycon.

Arema sendiri meski terus mendapatkan serangan berhasil melindungi gawangnya sehingga hanya kemasukkan satu gol. Terlebih Arema pun tampaknya tak menurunkan kekuatan penuhnya mengingat dua legiun asing mereka, Sengbah Kennedy dan Yao Ruddy, tak diturunkan sejak awal.

Ini artinya, baik Persib maupun Arema tampil bukan dalam skuat terbaiknya karena bagaimanapun, final Inter Island Cup 2014 ini hanyalah turnamen pramusim. Namun dengan laga yang dimenangi Arema, Persib harus segera berbenah sebelum ISL bergulir tanggal 21 Januari nanti.

Kekuatan Persib masih berada di lini tengah. Stok pemain tengahnya lumayan komplit: Firman Utina, Hariono, Taufiq, Agung Pribadi, Dedi Kusnadar dan tentu saja Konate Makan. Mereka semalam bisa mengendalikan lini tengah, tapi lini serang gagal mengubah penguasaan itu menjadi gol kendati beberapa peluang berhasil mereka dapatkan. Lini depan, sekali lagi, menjadi persoalan yang selekasnya harus bisa diatasi oleh Persib.

Sementara Arema memperlihatkan potensinya. Lini tengah mereka memang agak kedodoran dalam pertarungan memperebutkan lini tengah, tapi masih bisa melindungi pertahanan. Lima pemain tengah lokal Arema (Bustomi, Hendro Siswanto, Sukadana, Fery Arman dan Juan Revi) bisa diandalkan untuk melakukan proteksi terhadap pertahanan, walau mereka tampaknya masih harus memaksimalkan Sengbah untuk melengkapi puzzle lini tengah dalam hal mengalirkan bola ke lini depan.

====

* Dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.

(krs/krs)

Hide Ads