El Real Nyaris Tersingkir Karena Ruang Kosong di Sisi Kiri

Liga Champions: Real Madrid 3-4 Schalke

El Real Nyaris Tersingkir Karena Ruang Kosong di Sisi Kiri

- Sepakbola
Rabu, 11 Mar 2015 13:44 WIB
REUTERS/Juan Medina
Jakarta -

Schalke yang kalah 0-2 di leg pertama harus tersingkir setelah “hanya” mampu menang dengan skor 3-4 di Santiago Bermnabeu. Jika bisa bikin satu gol lagi, mereka akan menyingkirkan sang juara bertahan.

Kekalahan di leg pertama sepertinya telah memberikan benyak pelajaran bagi pelatih Schalke, Roberto di Matteo. Pada laga ini ia menggunakan formasi berbeda. Jika di Veltins Arena, menggunakan 5-3-2, tadi malam Di Matteo memakai formasi 3-1-4-2.

Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan Carlo Ancelotti dari kubu Real Madrid. Ancelotti masih menggunakan skema yang sama meskipun pada dua laga sebelum menghadapi Schalke, Madrid tak mampu meraih kemenangan – imbang melawan Villareal dan kalah menghadapi Athletic Billbao.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Permainan Terbuka dan Menyerang Schalke

Defisit dua gol membuat Schalke wajib bermain menyerang untuk bisa mencetak gol sebanyak-banyaknya. Para pemain pun diinstruksikan untuk bermain terbuka dengan meladeni sepakbola menyerang ala Madrid sepanjang pertandingan, dan menerapkan pressing agresif saat diserang.

Tidak ingin mengulang kesalahan di pertemuan sebelumnya, pemain sayap Schalke, baik Christian Fuchs ataupun Tranquillo Barnetta, diwajibkan langsung memberikan tekanan pada bek sayap Madrid yang menguasai bola.

Di Matteo tampaknya menyadari bahwa Madrid selalu memulai serangan dari bek sayap mereka. Ketika melakukan serangan, para gelandang Madrid tidak langsung mendistribusikan bola pada trisula di lini depan, tapi dialirkan ke pemain sayap, Alvaro Arbeloa dan Fabio Coentrao.


[Grafik umpan Real Madrid pada babak pertama, menyerang lewat sayap]

Fuchs dan Barnetta diinstruksikan Di Matteo untuk langsung mendekati Arbeloa atau Coentrao ketika menguasai bola. Ini berbeda pada pertemuan pertama di mana gelandanglah yang bertugas menjadi perebut bola dari kaki para pemain sayap El Real.




[Perbedaan pembagian marking pada leg pertama (1) dan leg kedua (2)]


Pada gambar 1, Kevin Prince Boateng yang berposisi sebagai gelandang menjadi pemain yang bertugas merebut bola dari Dani Carvajal, bek kanan Madrid. Sementara pada gambar kedua, gelandang Schalke, Marco Hoger, tak merebut bola dari Arbeloa melainkan menjaga Sami Khedira di tengah. Pemain yang bertugas menjaga Arbeloa adalah Fuchs yang berposisi sebagai wingback kiri.

Perubahan skema ini membuat para pemain Schalke yang melakukan penjagaan pemain bisa menutup jalur operan yang hendak diberikan bek kanan Madrid. Pada gambar 1, Gareth Bale dan Lucas Silva akan dengan leluasa menerima operan dari Carvajal karena pemain Scalke yang menjaganya, Dennis Aogo dan Roman Neustadter, berada di belakang kedua pemain tersebut. Sementara pada gambar 2, hanya Bale seorang yang berada di depan pemain bertahan Schalke.

Bale bergerak ke tengah pun, pada gambar 2, karena terdapat Fuchs di depan Arbeloa yang menghalangi jalur operan secara vertikal. Di sinilah para pemain Schalke baik itu Matija Nastasic, Hoger, ataupun Fuchs, bisa melakukan intersep saat Arbeloa melepaskan operan pada Bale ataupun pada Benzema yang dijaga ketat Neudstadter.



Menyerang lewat sisi kanan sendiri memang telah menjadi pakem bermain Real Madrid selama ini. Hal tersebut terjadi karena Cristiano Ronaldo, penyerang sisi kiri, dibebaskan bergerak ke manapun ia mau (free role). Tak seperti Bale, penyerang sisi kanan, yang secara konsisten bermain di sisi kanan Madrid. Maka tak heran bola lebih sering terhenti di sisi kanan ketika melakukan serangan.


[Perbandingan heatmap Ronaldo dan Bale]

Pemain Sayap Schalke Tak Terlalu Mendapat Tekanan

Pemain depan Schalke melakukan tugasnya sebagai penyerang dengan baik pada laga ini. Klaas Jan Huntelaar berhasil mencetak dua gol. Sedangkan penyerang berusia 19 tahun, Leroy Sane, yang menggantikan Maxim Choupo-Moting karena cedera, menyarangkan satu gol.

Meskipun begitu, peran penting pada laga ini berada pada pundak Barnetta dan Fuchs, wingback Schalke. Keduanya begitu memiliki peranan yang krusial baik saat Schalke bertahan maupun saat Schalke melakukan penyerangan.

Di Matteo dengan kejeniusannya memanfaatkan area kosong pada lini pertahanan Madrid, yakni di sisi kiri pertahanan Madrid. Pada laga ini, tiga dari empat gol yang diciptakan Schalke merupakan keberhasilan pelatih asal Italia itu dalam memanfaatkan ruang kosong di sisi kiri pertahanan Madrid.

Pada gol pertama Schalke, Fuchs mendapatkan umpan silang dari Barnetta. Pada gol kedua, Huntelaar memanfaatkan bola muntah hasil dari serangan kanan yang dilakukan Barnetta dan Neudstadter. Gol ketiga, Sane berhasil melepaskan tembakan dari luar kotak penalti dengan leluasa di sisi kiri pertahanan Madrid.





[Proses dua gol dari tiga gol Schalke yang memanfaatkan area kiri pertahanan Real Madrid]


Sisi kiri pertahanan Madrid yang menciptakan ruang yang bisa dimanfaatkan Schalke ini terjadi karena tak adanya trackback yang dilakukan para pemain Real Madrid. Pada gol pertama, Barnetta yang mengirimkan assist bagi Fuchs dengan leluasa melepaskan umpan silang.

Di kotak penalti, terdapat situasi dua pemain Real Madrid menghadapi tiga pemain Schalke. Kemudian Huntelaar dengan cerdik menarik Arbeloa untuk menjaganya dengan masuk ke kotak penalti, namun ketika bola mengarah padanya, bola dibiarkan meluncur pada kaki Fuchs yang berdiri bebas. (lihat grafik di bawah)
 



[Situasi sebelum terjadinya gol pertama Schalke yang diciptakan Fuchs]


Pada gambar 1, terjadi salah kordinasi antara Coentrao dan Pepe. Coentrao malah berupaya merebut bola dari kaki Max Meyer. Meyer mampu melewati hadangan Coentrao yang kemudian memberikan operan pada Barnetta yang berdiri bebas.

Pada gambar di atas, terlihat tak ada pemain yang berupaya menghadang pergerakan dari Barnetta maupun Fuchs. Isco dan Khedira tak melakukan trackback karena bermain terlalu dalam ke tengah. Maka tak heran pada gambar ke-2 terjadi situasi dua pemain bertahan Madrid menghadapi tiga pemain menyerang Schalke.

Mengapa sisi kiri pertahanan Madrid yang diincar Schalke? Hal ini dikarenakan di sisi kanan, Bale terkadang melakukan trackback. Berbeda dengan di sisi kiri, area milik Ronaldo, yang begitu kosong karena Ronaldo bergerak dengan bebas. (Lihat kembali grafik perbandingan heatmap Ronaldo-Bale di atas).

Kesimpulan

Kemenangan Schalke pada laga ini terjadi berkat kejeniusan Di Matteo dalam memanfaatkan para pemain sayapnya untuk mengeksploitasi kelemahan Madrid. Fuchs berhasil mencetak satu gol dan lima umpan kunci. Sementara Barnetta, berhasil menciptakan satu asist dan tiga umpan kunci yang diciptakannya.

Dengan memanfaatkan ruang kosong di sisi sayap Madrid, Schalke berhasil membuat lini pertahanan Madrid kelabakan. The Royal Blues berhasil melepaskan 20 tembakan, 9 di antaranya mengarah ke gawang, dan satu mengenai mistar gawang.

Hanya saja Schalke harus kecolongan tiga gol karena terpaksa bermain terbuka dan terus menyerang demi mengejar agregat gol. Tiga bek Schalke tentunya akan kerepotan ketika Madrid melakukan serangan balik karena lawan yang dihadapinya adalah pemain sekelas Ronaldo-Bale-Benzema.

Menang 3-4 sialnya tidaklah cukup buat Schalke, karena secara agregat mereka tetap kalah 4-5. Tapi dengan apa yang ditunjukkan mereka, plus bisa mencetak empat gol di Bernabeu, Schalke patut bangga dan pulang dengan kepala tegak.

====

* Dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.

(a2s/mrp)