Perubahan Skema Allegri Jadi Kunci Kemenangan Bianconeri

Liga Champions: Dortmund 0-3 Juventus

Perubahan Skema Allegri Jadi Kunci Kemenangan Bianconeri

- Sepakbola
Kamis, 19 Mar 2015 12:32 WIB
TOBIAS SCHWARZ/AFP
Jakarta -

Jawara Italia, Juventus, berhasil mempecundangi wakil Jerman, Borussia Dortmund, dengan skor 3-0 pada pertandingan kedua babak 16 besar Liga Champions di Signal Iduna Park, Kamis pagi WIB.

Pasukan besutan Massimiliano Allegri itu sukses mempermalukan Dortmund yang bermain di hadapan pendukungnya sendiri melalui melalui dua gol Carlos Tevez di menit 3 dan 79 serta Alvaro Morata pada menit 70.

Berkat kemenangan tersebut Juve melaju ke perempatfinal dengan agregat 5-1, setelah menang 2-1 di pertemuan pertama di Juventus Stadium dua pekan silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak banyak menguasai bola, tapi β€œSi Nyonya Tua” sesungguhnya bisa mendominasi pertandingan. Mereka menguasai jalannya laga, mula-mula, dengan membangun pertahanan yang kokoh. Dan kekokohan itu justru kian terlihat ketika Paul Pogba harus keluar lapangan karena cedera di menit 25 sehingga harus digantikan oleh Andrea Barzagli.

Gol Cepat dan Pergantian Pemain yang Sukses

Allegri sadar betul jika atmosfer Signal Iduna Park bisa merepotkan mental, setidaknya bisa meledakkan semangat para pemain Dortmund menjadi berlipat. Apalagi Juve hanya unggul 2-1 di pertandingan pertama. Itu artinya Dortmund sudah punya surplus mencetak gol di kandang lawan sehingga cukup mencetak satu gol saja – asal tak kebobolanβ€”mereka bisa melenggang ke perempatfinal. Terlihat lebih menjanjikan memang bagi Dortmund.

Tapi apa yang terlihat menjanjikan itu ternyata sulit direalisasikan. Dan Dortmund sudah menemukan kesulitan justru ketika laga baru berlangsung tiga menit. Itulah ketika Tevez, dari luar kotak penalti, sukses menembus gawang Dortmund yang dikawal Roman Weidenfeller. Gol tersebut praktis memindahkan tekanan ke kubu Dortmund.

Selain gol cepat. Pergantian pemain yang dilakukan Allegri bisa dikatakan pergantian yang sangat baik. Soalnya mantan pelatih AC Milan ini justru memasukan Barzagli dan menarik keluar Pogba yang mengalami cedera. Formasi 4-3-1-2 yang menjadi kesenangan Allegri otomatis hanya berlaku di 25 menit pertama. Selanjutnya skema beralih ke 3-5-2 yang dapat berubah menjadi 5-3-2 ketika sedang bertahan.



Skema tersebut berjalan lancar. Sebagian besar pemain Juve tentu saja tidak asing dengan pola 3-5-2 yang akan berubah ke 3-5-2. Sebab pola tersebut telah mereka mainkan selama tiga musim ketika ditangani Antonio Conte.

Perubahan skema ini membuat Stephan Lichtsteiner dan Patrice Evra, dua pemain yang dipercaya menjadi wingback, bisa lebih nyaman berkonsentrasi di kedua sisi lapangan. Mereka juga bisa lebih lepas untuk naik membantu serangan karena kini ada tiga bek tengah yang, salah satunya, bisa bergerak melebar untuk menutup lubang yang menganga saat keduanya naik ke pertahanan lawan.

Tidak heran jika Dortmund lumayan kesulitan menembus pertahanan Giorgio Chiellini, dkk. Sepanjang babak pertama, hanya ada lima umpan Dortmund yang sampai ke dalam kotak penalti Juve. Ini pula yang menyebabkan Dortmund tak bisa mengganggu Gigi Buffon. Hanya dua kali di babak pertama anak asuhan Juergen Klopp bisa membuat percobaan mencetak gol. Itu pun dari luar kotak penalti dan hasilnya jauh dari sasaran.

Tak Ada Pirlo dan Pogba, Marchisio pun Jadi

Cederanya Pogba, khusus untuk laga ini, terbukti menyodorkan sebuah β€œjalan mendadak” yang memaksa Allegri mengubah strategi yang dari sanalah jalannya pertandingan menjadi lebih mudah. Mulanya Juve memang terlihat kesulitan setelah Pogba keluar. Ada keseimbangan yang hilang di lini tengah. Ada fase sekitar 10-15 menit mereka agak keteteran di lini tengah.

Tapi ini adalah konsekuensi yang sudah bisa ditakar oleh Allegri. Mengganti gelandang tengah dengan seorang bek tengah, jelas bukan pergantian apel dengan apel. Ada kuantitas, juga kualitas, yang hilang di lini tengah menyusul cederanya Pogba. Hanya saja, goyahnya lini tengah itu diimbangi dengan bertambahnya kuanitas dan kualitas pertahanan dengan masuknya Barzagli. Lini belakang menjadi lebih solid.

Bagusnya lagi, selama masa transisi 10 menitan usai Pogba keluar, dan Dortmund sempat bisa lebih menguasai lini tengah, Allegri tak terpancing untuk mengubah kembali strategi. Ia tak terpancing untuk, misalnya, agak mendorong ke depan salah satu dari Chiellini/Bonucci/Barzagli untuk secepatnya mengamankan lini tengah. Allegri tetap ajeg dengan tiga bek.

Inilah yang akhirnya menjadi salah satu faktor penting di laga ini. Begitu lini pertahanan tetap solid bahkan walau pun ada kehilangan pemain vital di lini tengah, Juventus pelan tapi pasti bisa kembali membangun keseimbangan. Dan Claudio Marchisio memainkan peranannya di titik ini.

Mengapa Juventus mampu merawat keseimbangan tanpa adanya Pogba (bahkan tanpa Pirlo sejak laga pertama)? Jawaban yang sangat mudah dan itu terjadi di pertandingan tadi pagi: Karena Marchisio belum pernah memainkan peran Pirlo di lapangan selain melawan Dortmund. Marchisio sukses memainkan peran regista atau biasa dikenal deep lying playmaker di Juve.


[Overall - Player Dashboard]

Dari gambar tersebut kita bisa melihat bagimana Marchisio memainkan peran yang ditinggalkan Pirlo dengan baik. Dia mampu menjadi pengontrol serangan dan pengaman barisan belakang. Namun arah umpan Marchisio lebih dominan mengarah ke kedua sisi. Marchisio dengan cerdik mencoba memindahkan area pertarungan di lebar lapangan. Dan dengan itulah absennya Pirlo dan keluarnya Pogba bisa agak diatasi.

Tentu saja dengan mengarahkan ke kedua sisi lapangan akan memperkecil kemungkinan umpan untuk dipotong lawan. Dan peran Lichtsteiner dan Evra akan menjadi hal yang menentukan untuk aliran bola agar serangan balik dapat berjalan sesuai rencana. Dan terbukti dua gol terakhir bermula melalui serangan di sisi lapangan.

Praktis pertempuran akan lebih banyak terjadi di kedua sisi. Dan kedua sisi Dortmund yang dominan diisi Marco Reus dan Kevin Kampl tidak mampu bertarung dengan baik. Ini pun menjadi kedua kalinya Reus seperti tidak ada di dalam permainan, seperti di pertandingan pertama, dan kali ini Marchisio menjadi aktor utama pemutus aliran bola ke pertahanan Juventus dengan 10 kali memotong umpan.

Tingginya Garis pertahanan Dortmund Menjadi Bumerang

Musim ini di pertahanan Dortmund terus saja bermasalah. Klopp masih sangat gemar memainkan garis pertahanan yang tinggi. Namun itu semua tidak dapat ditopang dengan kesigapan para pemain dan kekompakan dalam antisipasi serangan balik.

Terlalu sering ada pemain yang tertinggal ketika menerapkan garis pertahanan yang tinggi. Hal ini yang membuat Juve leluasa membuat umpan-umpan terobosan dan mengecoh pemain belakang Dortmund. Kejadian tersebut juga terjadi ketika Dortmund bermain di Juventus Arena.


[Proses Gol Kedua Juventus]

Dalam proses gol kedua Juve, sangat jelas kesalahan kordinasi lini belakang dalam menerapkan garis pertahanan. Jakub Blaszczykowski yang diberi tanda lingkaran merah, terlihat terlambat untuk naik dan berdiri sejajar dengan rekannya yang lain. Dan celakanya lagi Jakub yang berposisi bukan sebagai pemain belakang merusak hasil kerja para pemain belakang.

Dengan pertahanan lawan yang koordinasinya buruk macam itu, Tevez dapat dengan leluasa berlari menuju arah bola (panah biru) yang dilepaskan oleh Marchisio. Tevez yang unggul ancang-ancang dan memiliki kecepatan yang baik, menjadi kesulitan tersendiri bagi pemain belakang Dortmund mengejarnya (panah hitam arah lari Tevez).

Kolaborasi Tevez dan Morata

Tevez mencetak gol pertama di Turin, ia mencetak gol pertama di Dortmund. Morata mencetak go Juventus kedua di Turin, ia mencetak Juventus gol kedua di Dortmund. Kedua penyerang tersebut mencetak gol dengan kedua kakinya. Hal ini menunjukkan bahwa dari minggu ke minggu kedua penyerang ini tampil sangat padu dan konsisten dalam mencetak gol.

Yang sangat menarik tentu peran mereka berdua yang selalu bermain saling berdekatan. Memudahkan mereka bedua untuk saling memperi umpan satu sama lain. Tevez dan Morata bahkan keduanya dapat bermain untuk sama-sama menjadi penjemput bola dan kualitas menggiring bola yang baik. Kualitas menggiring bola inilah yang membuat mereka tidak kesulitan untuk beradu kecepatan dengan pemain belakang Dortmund.

Jika mereka berdua terus bermain konsisten dan selalu dapat menutupi celah yang ditinggalkan oleh salah satu dari mereka sendiri, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi penerus duet nomer punggung 9 dan 10 yang begitu pada di Juve. Seperti duet Alessandro del Piero dan Pippo Inzaghi.

Kesimpulan

Musim ini menjadi musim yang buruk bagi Dortmund. Mereka memulai kompetisi Bundesliga dengan catatan yang begitu buruk. Namun mereka justru tampil superior di fase grup Liga Champions. Dan kali ini keanehan di dalam tubuh Dortmund masih berlanjut, tapi justru terjadi di Eropa yang sebelumnya mereka superior.

Sebelum menghadapi Juve di pertandingan pertama, Dortmund berhasil membenahi diri di liga domestik. Bahkan mereka datang ke Turin dengan bekal tak terkalahkan 3 kali secara berturut di liga. Dan di pertandingan tadi malam, Dortmund masih belum terkalahkan dalam 6 pertandingan Bundesliga secara beruntun.

Namun kebangkitan mereka di Bundesliga malah tak berlanjut di Liga Champions. Mereka bermain buruk dalam dua laga melawan Juventus, yang memaksa mereka mengakhiri perjalanannya di musim ini.

Sedangkan bagi Juventus, pertandingan tadi pagi menggambarkan betapa fleksibelnya Allegri dalam menerapkan (formasi) permainan. Perubahan tersebut justru membuat Juventus tampil lebih solid dalam bertahan dan melakukan serangan balik. Dan dengan itulah, kendati kalah dalam penguasaan bola, Juve sesungguhnya mendikte permainan dan akhirnya menguasai jalannya laga. Skor akhir menjadi konsekuensi logis dari situasi itu.

====

* Dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.

(roz/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads