Pada pertemuan pertama, 1 Oktober 2014 di Parc des Princes, kandang PSG, Zlatan dkk., berhasil mengalahkan Barcelona dengan skor 3-2. Kemudian Blaugrana, julukan Barcelona, berhasil menuntaskan dendamnya di hadapan pendukung sendiri dengan menggasak PSG 3-1 di Stadion Camp Nou, 11 Desember 2014.
Bila berkaca dari pertemuan kualifikasi Grup F Liga Champion 2014/2015 di kandang PSG, terlihat jika Barcelona mampu mencetak gol tandang lebih dari satu angka (skor 3-2). Dua gol tandang juga mampu diciptakan anak asuh Luis Enrique ketika bertandang ke markas Manchester City pada babak 16 besar Liga Champion. Kala itu dua gol yang diciptakan Neymar dan Luis Suarez membawa kemenangan 2-1 untuk Blaugrana sehingga mempermudah langkah mereka lolos ke fase berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barcelona Bisa Andalkan Bola Mati
Pertahanan PSG cukup baik dalam membaca serangan yang dibangun lawan. Fokus mereka ditujukan kepada motor serangan lawan yang menjadi sumber suplai bola. Seperti ketika mengalahkan Chelsea pada leg kedua 16 besar Liga Champion musim ini, Les Parisiens, julukan PSG, memilih fokus mematikan peran Eden Hazard. Dan berhasil.
Selain menjaga ketat Hazard, PSG juga melakukan covering area yang akan dikirimi umpan oleh Hazard. Misalnya areanya Oscar maupun Diego Costa.
Maka Enrique harus memutar otak agar tidak mengandalkan satu alur serangan saja. Pasalnya tumpu serangan awal Barcelona acapkali diserahkan kepada Andres Iniesta di lini tengah ditambah Lionel Messi yang sering memiliki berbagai cara untuk masuk ke sepertiga akhir lawan.
Dipastikan jika nanti di lini tengah Yoan Cabaye atau Thiago Motta, yang menggantikan absennya Marco Verratti karena akumulasi kartu, akan menutup ruang tengah Barcelona yang dimotori Iniesta, atau Messi yang acapkali turun sampai ke lini tengah.
Jika kombinasi gaya bertahan PSG berhasil mematikan Iniesta atau Messi, maka Barcelona bisa mengadalkan bola mati untuk membobol gawang Les Parisiens yang dikawal Salvatore Sirigu. Dari skema bola mati, pertahanan Thiago Silva kadang terlalu fokus kepada distribusi bola lawan sehingga sering mengabaikan posisi pemain lawan itu sendiri.
Ketika melawan Chelsea pada leg pertama 16 besar Liga Champion, PSG yang terlalu fokus menjaga Diego Costa di kotak penalti justru menjadi malapetaka karena bek PSG David Luiz kebingunan menjaga Branislav Ivanovic atau Gary Cahill.

Proses gol Ivanovic bek Chelsea ketika menghadapi PSG berawal dari proses bola mati.
Hal harus menjadi catatan penting karena Enrique bisa memaksimalkan setiap celah dari bola mati melalui Gerard Pique. Sejauh ini, di La Liga, bek Barcelona tersebut sudah mencetak empat gol dari 22 kali penampilannya.
Selain bola mati, titik fokus pertahanan PSG bisa dimanfaatkan Messi untuk memancing Silva dkk sehingga menciptakan ruang kosong di sisi lain. Dari ruang kosong tersebut bisa terbuka celah bagi Blaugrana untuk disusupi pemain dari lini kedua. Untuk cara mengalahkan seperti ini, Barcelona berhasil melakukannya saat mengalahkan City pada leg kedua babak 16 besar Liga Champion 2014/2015.

Messi mampu memancing pertahanan lawan untuk menciptakan ruang kosong yang bisa dimanfaatkan pemain Barcelona dari lini kedua.
Pressing Tinggi Kepada Barcelona
Bukan rahasia lagi jika Barcelona sangat mengandalkan umpan-umpan pendek pada permainannya agar unggul penguasaan bola. Akan tetapi, melihat soliditas PSG kepada lawan dan ruang-ruang di sepertiga pertahanan sendiri, bukan tidak mungkin mereka akan mampu mematahkan umpan-umpan pendek Messi, dkk.
Pasalnya, sejauh ini, tekanan yang dilakukan PSG dengan memagari pusat aliran pemain lawan dengan dua pemain dan menutup ruang bola memang masih ampuh. Hal itu yang membuat Hazard, sebagai motor serangan Chelsea pada leg kedua Liga Champion, tidak berkutik. Dirinya cuma mampu melepaskan satu umpan silang dan tidak melepaskan tendangan ke gawang satu kalipun.

Hazard ketika dikawal Veratti dan David Luiz ketika pertandingan leg kedua Liga Champion 2014/2015 di Stamford Brige
Tempo tekanan Les Parisiens kepada Barcelona pun harus lebih ditingkatkan dalam hal kecepatan untuk membuat para anak asuh Enrique membuat kesalahan-kesalahan ketika melakukan operan.
Tekanan yang dilakukan pun bisa dipraktikkan mulai dari area luar kotak penalti Barcelona sendiri. Intinya: high-pressing. Dari situlah bola yang berhasil direbut bisa dituntaskan tendangan-tendangan jarak jauh untuk menjebol jala Blaugrana.
Di sisi lain, Blaugrana juga lemah ketika mengantisipasi umpan-umpan jarak jauh. Kubu PSG bisa melepaskan umpan-umpan jauh dari areanya ke pertahanan Barcelona untuk melakukan serangan balik cepat. Sayangnya, absennya Verratti bisa menjadi kendala untuk membangu serangan seperti itu. Sebab biasanya gelandang asal Italia tersebut yang mengoperasikan umpan jauh dari tengah.
Maka diharapkan Cabaye atau Motta di lini tengah bisa menggantikan peran Verratti untuk menjadi jembatan antara lini belakang dengan depan, sehingga bola bisa dialirkan ke pertahanan Barcelona secara cepat dan akurat.
Biasanya, untuk menyambut bola jauh, menjadi spesialisasi gelandang serang Blaise Matuidi atau Ezequel Lavezzi sebagai penyerang, atau kedua bek sayap PSG seperti Maxwell atau Gregory Van der Wiel yang kerap membantu serangan sampai ke depan.
Dari lini dua sayap tersebut umpan-umpan diagonal bisa dimanfaatkan Edinson Cavani yang akan menjadi eksekutor di kotak penalti Barcelona. Inilah yang diterapkan Laurent Blanc, manajer PSG, ketika menahan imbang Chelsea di leg pertama 16 besar Liga Champion 2014/2015 di Parc des Princes.
Kesimpulan
Tugas PSG untuk meladeni Barcelona cukup berat karena absennya Verratti di lini tengah sulit tergantikan. Padahal peran Verratti amatlah vital. Akan tetapi absennya Verratti bisa membuat Blanc lebih fokus menguatkan pertahanan Les Parisiens untuk mengantisipasi ambisi Barcelona mencetak gol tandang.
Gaya pressing tinggi bisa diterapkan untuk menghancurkan tiki-taka Blaugrana, tapi di sisi lain PSG harus mewaspadai ruang-ruang kosong yang diciptakan oleh cairnya pergerakan Messi. Pasalnya beberapa pemain Barcelona, seperti Jordi Alba atau Ivan Rakitic, kerap muncul dari lini kedua ketika Trio Messi, Neymar dan Suarez buntu mencetak gol.
Pertandingan sendiri akan berlangsung sengit jika melihat kengototan Barcelona untuk mencetak gol dan bagaimana PSG merancang strategi agar bisa menang tanpa kebobolan atas Blaugrana. Diperkirakan hasil akhir akan imbang mengingat Les Parisiens, sepertinya, bakal memupuk pertahanan sebagai dampak absennya Verratti sebagai jembatan antar lini serang dengan pertahanan.
====
*dianalisis oleh @panditfootball, profil lihat di sini.
(roz/din)











































