Mengingat Lev Yashin, Si 'Laba-Laba Hitam' Pelopor Penjaga Gawang Modern

Mengingat Lev Yashin, Si 'Laba-Laba Hitam' Pelopor Penjaga Gawang Modern

- Sepakbola
Selasa, 22 Okt 2013 13:18 WIB
Getty Images
Jakarta - Penjaga gawang bukanlah sebuah pajangan di tengah kotak gawang. Terjemahan dari istilah keeper (bahasa Inggris) itu tidak hanya bertugas untuk menangkap dan/atau menghalau bola yang mengarah ke gawangnya.

Lebih dari itu, penguasa gawang berukuran 2,44 x 7,32 meter itu pun turut berperan dalam suatu penyerangan bagi kawannya. Bahkan, tidak jarang seorang penjaga gawang bisa mencetak gol langsung ke dalam gawang lawannya, atau bermain atraktif dan mendapat sorakan penonton.

Hari ini, 22 Oktober 2013, adalah sebuah momen yang sangat pas untuk mengingat posisi penjaga gawang. Itu karena persis 84 tahun lalu, salah seorang kiper terbaik yang pernah bermain di muka bumi ini lahir. Ya, dialah Lev Ivanovich Yashin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jauh sebelum kemunculan nama-nama kiper tenar semacam Gordon Banks (Inggris), Harald Sumacher (Jerman Barat), Dino Zoff (Italia), atau Iker Casillas (Spanyol), Lev Yashin boleh dibilang sebagai figur pertama yang mengangkat ketenaran kiper ke seluruh penjuru dunia.

Yashin sendiri tak hanya membantu klubnya meraih berbagai titel, namun juga merevolusi bagaimana seorang penjaga gawang melakukan tugasnya. Bahkan banyak yang mengatakan jika Yashin adalah pelopornya kiper modern.

Tak heran jika Yashin dijadikan ikon bagi kiper-kiper lainnya. Dan tak aneh pula jika IFFHS (International Federation of Football History and Statistic) menobatkannya sebagai penjaga gawang terbaik dunia abad 20.

Lebih dari 40 tahun setelah namanya pertama kali muncul ke dunia sepakbola internasional, masih banyak pecinta yang mengaitkan namanya dengan posisi kiper, bukan?

Siapa Lev Yashin?

Lahir di Moskow pada 22 Oktober 1929, di usia 13 tahun Yashin kecil sempat bekerja di sebuah pabrik senjata. Karena di perusahaan tersebut terdapat klub sepakbola, Yashin pun mengikutinya.

Namun Yashin tak membatasi pilihannya hanya pada sepakbola. Bahkan hoki es pun pernah ia geluti. Tercatat pada 1948 Yashin muda bergabung dengan Dynamo Moscow (sebuah tim hoki es di lingkungan tentara). Prestasinya termasuk bagus, yaitu gelar juara Uni Soviet (1954).

Hoki es dan sepakbola sempat menciptakan kebingungan bagi dirinya. Ia sempat "mengundurkan diri" dari dunia sepakbola karena merasa kalah bersaing dengan Alexei Khomich, penjaga gawang andalan Dynamo Moscow dan timnas Uni Soviet pada masa itu

Namun, garis nasib memihak Yashin. Khomich mengalami cedera sehingga Yashin menggantikan posisinya. Sejak itu, Yashin pun menjadi penjaga gawang utama Dynamo Moscow dan kemudian timnas Uni Soviet.

Lev Yashin bisa disebut sebagai salah satu one-club man karena selalu bermain untuk Dynamo Moscow (Uni Soviet). Bersama klub ini ia meraih lima gelar juara Liga Uni Soviet (1954, 1955, 1957, 1959, 1963), enam runner-up, serta tiga gelar juara Piala Uni Soviet (1953, 1967, 1970) dan sekali runner-up.

Sementara di level timnas, penjaga gawang berjuluk Black Spider itu berhasil menggenggam medali emas Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia, dan gelar juara Piala Eropa 1960 di Paris, Prancis.

Di luar itu, selain masih memperoleh runner-up Piala Eropa 1964, Yashin juga sempat bermain di Piala Dunia 1958, 1962, dan 1966. Yashin pun masih "bermain" untuk timnas Uni Soviet di Piala Dunia 1970, namun bukan sebagai penjaga gawang utama dan "hanya" menjadi asisten pelatih.

Selain gelar bagi timnya, Yashin pun memperoleh gelar individu. Salah satunya, pemain terbaik Eropa 1963. Hingga kini Yashin tercatat sebagai satu-satunya kiper yang memperoleh gelar Ballon d'Or itu.

Si Laba-Laba Hitam yang Atraktif

Mengenakan pakaian serba hitam dari atas sampai bawah, bahkan terkadang hingga kaos kakinya, Yashin memiliki beberapa julukan: si Laba-laba Hitam, Gurita Hitam, atau Macan Tutul Hitam. Julukan ini muncul karena kehebatannya menghentikan tendangan lawan, sehingga seolah ia memiliki 8 tangan.

Berbeda dengan era kiper saat ini, Yashin hidup dalam zaman penjaga gawang yang gerak tubuhnya relatif statis, dan seringnya hanya menunggu di bawah mistar gawang. Kala itu dunia tak mengenal istilah sweeper keeper, atau kiper sebagai awal mula serangan. Kiper yang hebat adalah kiper yang diasosiasikan sebagai penghenti tendangan ke arah gawang.

Adalah Yashin yang mengubah hal ini. Ia acap kali keluar dari gawang, bahkan dari kotaknya sendiri, untuk menghalau bola. Dikenal karena kharisma dan kepemimpinannya, Yashin juga seringkali mengomandoi barisan pertahanan dengan suara kerasnya.

Yashin juga jadi kiper yang memperkenalkan cara membuang bola dengan cara dipukul. Pernah suatu saat Yashin mengikuti pertandingan antara Inggris dan World XI dalam rangka perayaan ulang tahun FA pada 1953. Babak pertama pertandingan itu diakhiri dengan Yashin yang menghalau serangan dengan meninju bola hingga ke garis tengah lapangan.



Meski dikenal di dunia internasional dengan julukan si laba-laba hitam, Yashin lebih sering dipanggil 'Panther Hitam' oleh para fansnya. Ini karena Yashin juga sangat lincah, atraktif, dan sering mempertontonkan hiburan bagi penonton.

Biasanya pertunjukan atraktif itu ia lakukan dengan topinya, yang memang sering ia kenakan saat bertanding. Saat menyambut umpan crossing yang tinggi, Yashin akan melepas topinya, menyundul bola hingga jauh, dan memasang topinya kembali. Para suporter menyukai tindakan Yashin itu dan menghadiahinya dengan sorakan.

Tapi seiring waktu, tindakan melepas topi sebelum menyundul itu semakin jarang ia lakukan. Maklum, sepakbola berlangsung semakin cepat dan keras. Dulu kotak penalti tak pernah sepenuh sekarang, sehingga Yashin memiliki cukup waktu untuk melakukan atraksi.

Dengan kehebatannya, tak heran saat ia memutuskan pensiun, banyak orang yang ingin menghadiri pertandingan perpisahannya di Moskow pada 27 Mei 1971. Bahkan stadion pun dipenuhi hingga 103.000 penonton!

Sir Stanley Rouse, Ketua FIFA, pun mengucapkan kata-kata perpisahan. Ya, saat itu, kata-kata perpisahan itu ditujukan bagi Lev Yashin yang hendak meninggalkan dunia sepakbola.

Sejumlah pemain seangkatannya berada di panji kesebelasan internasional untuk memberikan penghormatan terakhir bagi Yashin. Mereka adalah Pele (Brasil), Eusebio (Portugal), Kalman Mezoly (Hungaria), Bobby Charlton (Inggris), Fachetti (Italia), dan Lubanski (Polandia), serta duo Jerman Barat (Franz Beckenbauer dan Uwe Seeler).

Sederet nama penting itu menunjukkan bagaimana berharganya seorang Lev Yashin di dunia sepakbola Internasional.

Membuka Rahasia "Falsafah" Kiper Saat Berkunjung ke Indonesia

Jakarta, 14 Maret 1970. Lebih kurang 90.000 penonton tampak memenuhi Stadion Utama, Senayan, Jakarta. Pertandingan persahabatan internasional yang berakhir 1-0 itu akhirnya dimenangkan Lev Yashin cs atas Soetjipto Soentoro cs.

Di balik kemenangan tipis itu, permainan Dynamo Moscow tampak didera udara panas. Dua botol air soda di pinggir gawang disediakan untuk membasuh tenggorokan. Tapi, Yashin hampir tidak henti-hentinya berbicara selama pertandingan berlangsung.

Perihal "banyak bicara" ini, dalam kliping majalah TEMPO, Yashin menjelaskan kepada yang belum mengerti. "Saya banyak bicara untuk membantu pemain belakang kami. Mereka sudah lelah, apalagi udara panas dan lembab".

Lalu apa sebabnya Yashin berani mengambil posisi keluar dari bawah gawang? "Ini memudahkan saya berkomunikasi dengan pemain belakang, dan berdasarkan pengalaman saya posisi tersebut yang paling baik. Makin jauh permainan dari daerah penalti, makin terjamin keselamatan gawang," ungkapnya.

Taktik pengawalan gawang seperti yang dikemukakan itu sudah barang tentu tidak mutlak keharusannya, karena seperti kata Yashin pula: "Hal itu tergantung pada pribadi penjaga gawang masing-masing”. Namun demikian, di balik "taktik" itu tersembunyi sebuah "falsafah" seorang penjaga gawang besar.

Selamat Jalan, Lev

Pada 1986, salah satu kakinya harus diamputasi karena terjangkit thrombophlebitis. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 20 Maret 1990, Lev Yashin mengembuskan nafasnya yang terakhir karena menderita kanker perut.

Salah satu pemain legendaris dunia telah pergi. Untuk mengenang dan mengabdi jasanya, pada 1994, FIFA pun memperkenalkan Lev Yashin Award. Penghargaan ini diberikan kepada penjaga gawang terbaik yang tampil di Piala Dunia.




===

* Akun twitter penulis: @novanherfiyana dari @panditfootball

(a2s/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads