Klub-klub yang menghabiskan uang dalam dunia sepakbola pastilah tidak aneh lagi. Namun, dari sekian banyak biaya yang ditanggung itu, porsi yang diberikan untuk bidang nutrisi anehnya sangat sedikit.
Mesti tidak semua, banyak klub sepakbola --sebagai pemberi kerja pada pemain bola-- bergerak lambat dalam memaksimalkan pemainnya untuk bekerja pada level yang diinginkan, atau bahkan dalam level lebih tinggi lagi.
Para pemain diharapkan berlatih dengan benar, namun sayangnya seringkali asupan gizi yang diberikan pada pemain tersebut kurang. Atau dalam kasus tertentu, malah tidak cocok. Klub bisa saja terlalu melebihkan satu jenis vitamin atau mineral, ketimbang memberikan banyak vitamin. Kesempatan untuk memberikan nutrisi yang benar pun kadang dihiraukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai contoh, menurut sebuah penelitian ilmiah, kram pada pemain bisa disebabkan oleh keringat yang berlebihan, atau keringat terlampau banyak. Yang terjadi di sini adalah berkurangnya jumlah garam dan berkurangnya ion-ion yang penting di dalam tubuh. Inilah yang dapat menjadi faktor datangnya kram di dalam otot saat seorang pemain sedang berlatih, atau menjalani sebuah pertandingan.
Pengaturan dehidrasi sendiri dapat dilakukan dengan metode pengukuran yang sangat sederhana dan mudah.
Cara yang pertama adalah dengan menimbang berat badan pemain, sebelum dan sesudah berlatih. Ini untuk memberikan indikasi level dehidrasi pemain bersangkutan, terutama pada saat berlatih di udara panas. Perhitungan ini juga memberikan indikasi awal mengenai massa tubuh yang hilang selama latihan.
Pada saat latihan, berat badan akan hilang karena energi akan dipakai untuk menghasilkan energi. Biasanya, yang dibakar di sini adalah karbohidrat dan sedikit lemak. Jumlah berat badan yang hilang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah air hilang akibat berkeringat. Secara umum, kehilangan berat badan sebanyak 1 kg pada saat berlatih sama dengan kehilangan 1 liter cairan tubuh.
Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menimbang berat badan sebelum dan sesudah latihan atau pertandingan, dengan para pemain yang diminta untuk bugil dan kering. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemain ditimbang dengan baju yang basah atau berlumpur.
Botol minum pun ditimbang dengan asumsi bahwa pemain menggunakan botol yang sama untuk minum selama latihan dan sesudah latihan. Tentu saja perlu diingat bahwa minuman yang dikonsumsi tak semuanya ditelan. Ada air yang ditelan, diludahkan, atau bahkan diguyur di atas kepala.Kedua cara ini merupakan cara yang paling efektif, dengan memakan biaya yang sangat minim, untuk mengukur tingkat dehidrasi dalam tubuh seorang pemain. Hasil yang didapatkan pun memuaskan. Hanya saja, memang kedua metode ini tidak maksimal dan masih memiliki kekurangan.
Cara lain yang paling efektif adalah dengan: the measurement equipment of salt losses in sweat atau mengugunakan alat khusus untuk mengukur tingkat dehidrasi/kehilangan garam di dalam cairan tubuh.
Cara Menghitung Garam yang Hilang di dalam Keringat
Ada beberapa cara. Salah satu metode yang bisa (sering) dilakukan adalah mengukur hilangnya garam dengan menggunakan kain kassa yang ditutup dengan adhesive plastic film. Selama latihan atau pertandingan berlangsung, kain kassa ini diletakkan di empat tempat yang berbeda di tubuh pemain.
Penelitian cara pengukuran ini telah dilakukan di beberapa klub elit di Eropa. Tes ini dilakukan terhadap 20-30 orang pemain. Hasil penelitian yang ditemukan setelah berlatih selama kurang lebih 90 menit ialah:
* Rata-rata keringat yang dihasilkan seorang pemain adalah sebanyak 2 liter. Akan tetapi, ada variasi dan ragam dari 1-3 liter meskipun para pemain melakukan jenis latihan yang sama, di kondisi yang sama, dan menggunakan jenis baju yang sama.
* Rata-rata minum yang dikonsumsi pemain adalah 800-1000 ml, tetapi variasi yang didapatkan berkisar antara 250 ml – 2 liter.
* Tidak ada hubungan antara jumlah keringat dari seorang pemain dengan jumlah air yang diminum.
* Kadar garam yang hilang pada seorang pemain berbeda satu dengan yang lainnya. Pemain yang memiliki adaptasi baik akan lebih sedikit kehilangan kadar garam, dibanding dengan pemain yang kurang beradaptasi.
* Seorang pemain dapat kehilangan 10 gram garam pada sebuah latihan.
*Pemain yang berlatih di udara dingin dapat kehilangan keringat dalam jumlah yang sama jika dibandingkan dengan latihan di udara panas. Perbedaan yang menyolok di sini adalah pemain minum jauh lebih sedikit dibanding ketika latihan di udara panas. Akibatnya pemain tersebut akan memiliki dehidrasi yang jauh lebih tinggi.
Hasil yang ditemukan di atas mungkin kelihatan sangat sederhana dan mudah diprediksi (kecuali hasil yang terakhir). Akan tetapi, ini dapat menjadi masukan yang sangat baik untuk tim pelatih, atau tim manajemen, sebuah klub. Tujuannya adalah untuk secara serius memaksimalkan level permainan para pesepakbolanya, dengan memberikan air atau cairan sesuai dengan kebutuhan pemainnya.Patut diingat adalah tujuan menjaga dehidrasi ini adalah untuk tidak minum terlalu banyak, tetapi untuk minum yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan. Ini dilakukan agar turunnya berat badan kurang dari 1-2% dari berat badan sebelum latihan.
Minum yang cukup dan kadar garam yang tetap stabil dalam tubuh bisa menjadikan sebuah perbedaan pada saat-saat vital. Lebih jauh lagi, jika memang diperlukan, risiko ini bisa dikurangi dengan memberikan ekstra suplemen garam.
===
* Penulis adalah Sport Physiotherapist yang bekerja sama dengan Pandit Football Indonesia dalam pengembangan sport science di Indonesia. Sering dipercaya sebagai fisioterapis tim nasional Indonesia. Akun twitter: @MatiasIbo
(a2s/krs)











































