Menjadi Pele, Menciptakan Pele

Menjadi Pele, Menciptakan Pele

- Sepakbola
Senin, 24 Feb 2014 15:42 WIB
Jakarta -

Pele adalah legenda sekaligus mitos. Bagi generasi sekarang, kehebatan Pele sudah biasa didengar, tapi sangat sedikit yang tahu persis apa, bagaimana dan di mana letak kehebatan Pele yang sebenarnya.

Namun, jika anda adalah pecinta permainan ajaib di lapangan hijau ini, catatan prestasi pemain berjuluk "The Black Pearl" sepanjang karir sudah sangat cukup untuk membuat anda hormat dan kagum kepadanya.

Edson Arantes do Nascimentoatau Pele mendapatkan kontrak profesional dari Santos saat masih berumur 15 tahun. Saat berumur 16 tahun, Pele langsung berhasil masuk ke tim utama Santos. 7 September 1956 adalah hari debut Pele bersama Santos dan ia langsung menarik perhatian banyak kalangan ketika langsung mencetak gol. Tidak berhenti sampai situ,di musim pertamanya menjadi pemain reguler Santos, Pele langsung menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Brasil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukses di klub membawa Pele ke dalam skuat tim nasional. Tidak perlu menunggu lama pula sampai Pele mencetak gol pertamanya untuk Brasil. Pertandingan debutnya melawan Argentina di Maracana pada 7 Juli 1957, diwarnai dengan gol pertamanya meski Brasil harus kalah 1-2.

Pele masih belum bosan mencatatkan prestasi yang luar biasa di usianya yang sangat belia. Ia berhasil masuk ke skuat Brasil di Piala Dunia 1958 yang membuatnya menjadi pemain termuda yang ikut Piala Dunia kala itu. Juga, Pele kemudian mencetak gol pertamanya di Piala dunia saat melawan Wales yang membuatnya menjadi pemain temuda yang mencetak gol. Sang legenda ternyata masih terus membuat kejutan dengan membuat hat-trick di semifinal melawan Prancis. Lagi-lagi, dia menjadi pemain termuda yang mencetak hat-trick di Piala Dunia.

Tidak akan ada habisnya jika kita menyebutkan semua prestasi Pele sepanjang kariernya. Tiga kali juara Piala Dunia menjadi prestasi terbesar yang hingga kini belum dapat dicapai oleh pemain lain di dunia. Meski Pele kemudian tidak pernah bermain di kompetisi Eropa, beberapa pihak tetap setuju bahwa Pele merupakan pemain sepakbola terbaik sepanjang masa.

Namun, perihal penobatan Pele sebagai pemain terbaik sepanjang masa ini memang masih mengundang banyak perdebatan. Beberapa pihak lain berpendapat bahwa pemain-pemain luar biasa lainnya seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Diego Maradona lebih layak dikatakan sebagai pemain terbaik sepanjang masa. Sulit untuk bisa mendapatkan hasil yang tidak mengundang perdebatan mengingat pemain-pemain tersebut tidak bermain pada satu zaman.

Terlepas dari sepakat atau tidak sepakat soal Pele merupakan pemain terbaik sepanjang masa, kita bisa mengatakan bahwa perjalanan hidup Pele merupakan gambaran yang cukup ideal untuk menjelaskan bagaimana seharusnya menciptakan pemain sepakbola. Dimulai dari lahir hingga masa pensiunnya, Pele seperti sudah dirancang untuk menjadi manusia sepakbola.

Pele lahir dalam lingkungan keluarga sepakbola. Ayahnya adalah Joao Ramos do Nascimento atau Dondinho, mantan pemain sepakbola profesional Brasil yang sempat bermain di Atletico Mineiro dan Fluminense. Prestasi Dondinho pun tidak buruk, sempat 6 kali memperkuat tim nasional Brasil, Dondinho berhasil mengkoleksi 19 gol.

Lingkungan sekitar dia tinggal sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, Brasil ketika itu adalah negara yang sangat menggilai sepakbola. Tinggal di daerah miskin membuat Pele tidak dapat membeli bola sepak. Namun hal ini tidak Pele tidak bisa bermain sepakbola bersama teman-temannya. Ia bermain sepakbola dengan menggunakan kaos kaki dan kertas koran yang diikat hingga menyerupai sebuah bola. Gang sempit di pemukiman padat membangun bakat sepakbola Pele pada masa pertumbuhan emasnya (umur 1-6 tahun).

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel "Dari Mana Datangnya Anak-Anak Berbakat?", bakat seorang anak muncul dari apa yang lingkungan lakukan terhadap diri anak tersebut selama masa pertumbuhan emas. Ketika lahir, setiap anak adalah kertas putih yang siap diberikan gambar kehidupan oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan masa kecil Pele sukses menggambar sepakbola pada kertas putih yang tersimpan pada tubuh Pele. Ayahnya yang seorang pemain bola ditambah lingkungan tempat tinggal yang penuh dengan sepakbola membuat Pele kecil menangkap informasi sepakbola yang sangat lengkap. Jadilah Pele tumbuh sebagai seorang anak yang memiliki bakat sepakbola yang sempurna.

Bakat sempurna di masa kecil sesungguhnya pun masih belum bisa menjamin seseorang menjadi pemain sepakbola yang luar biasa. Meski tidak melalui proses pembinaan profesional yang tertata rapih, Pele melalui proses pembinaan di sepakbola jalanan. Namun jika dilihat lebih dalam, apa yang dilalui Pele sebenarnya mirip dengan proses pembinaan yang dilakukan negara-negara maju di Eropa.

Akibat tidak adanya lapangan sepakbola yang memadai Pele bermain di area terbuka seadanya yang bisa dijadikan tempat bermain sepakbola. Futebol de Salao atau yang lebih kita kenal sebagai permainan futsal merupakan permainan yang sering dimainkan Pele di masa kecilnya. Sama halnya dengan kurikulum pembinaan sepakbola Inggris yang diluncurkan FA, hingga usia 16 tahun, anak-anak belum diperkenalkan pada permainan sepakbola 11 lawan 11 dengan ukuran lapangan 100 meter x 60 meter. Ukuran lapangan yang lebih kecil dan jumlah pemain yang lebih sedikit akan membuat interaksi anak dengan bola menjadi lebih banyak. Dengan begitu pengalaman yang didapat anak sepanjang bermain akan jauh lebih banyak ketimbang permainan 11 lawan 11 yang hanya sedikit berinteraksi dengan bola.

Selain itu, sulitnya fasilitas bermain sepakbola yang dialami Pele semasa kecilnya membuat Pele mempunyai mental bermain sepakbola yang sangat baik. Ketika dia mendapatkan kesempatan untuk bermain sepakbola yang sangat dia cintai, Pele tidak pernah mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Mental tidak pernah mau kalah terbangun dengan sangat baik akibat masa kecilnya yang sulit.

Hal ini ditandai dengan fakta yang menyebutkan bahwa Pele akan tetap tinggal di dalam stadion setelah pertandingan usai ketika dia gagal menampilkan performa terbaiknya. Setelah melewati pertandingan yang buruk Pele akan langsung mengevaluasi pertandingan tersebut dengan belatih agar tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang dia lakukan sepanjang pertandingan. Berjam-jam akan dia habiskan ketika penonton dan pemain lain sudah pulang meninggalkan lapangan untuk berlatih kembali. Tujuannya hanya satu, dia tidak mau bermain buruk lagi seperti pada pertandingan tersebut. Pembinaan sepakbola jalanan yang meski tidak tertata rapih, telah menanamkan mental seorang pemenang ke dalam diri Pele.

Inilah yang penulis maksud dengan bentuk perjalanan ideal seorang pemain sepakbola. Ketika lingkungan di masa pertumbuhan emas berhasil mengukir bakat seorang anak. Kemudian pembinaan berhasil memoles bongkahan bakat tersebut menjadi berlian yang sangat luar biasa.

Pemain sepakbola tidak lahir begitu saja akibat bakat alam yang diraihnya saat dilahirkan. Pemain sepakbola merupakan seseorang yang diciptakan oleh lingkungan dan dibina oleh sebuah sistem yang berjalan.

Pele memang bukan satu-satunya manusia yang melewati jalan hidup seperti ini. Setiap pemain sepakbola yang sukses pasti telah melewati jalan hidup yang serupa meski dengan kondisi yang berbeda.

Satu hal yang tergambar disini adalah bahwa Brasil bukan telah berhasil melahirkan seorang Pele, melainkan Brasil telah berhasil menciptakan Pele.

Melalui kondisi lingkungan yang sangat kondusif-lah bakat sepakbola tertanam di tubuh Pele kecil. Lingkungan Brasil pula yang kemudian membina Pele menjadi pemain kelas dunia yang tak tertandingi.

Dari sini maka menjadi satu hal yang mustahil jika dunia tidak lagi bisa menciptakan Pele-Pele berikutnya. Sepakbola hari ini sudah sangat berbeda dengan sepakbola pada tahun 40-an ketika Pele lahir. Perkembangan ilmu akan memudahkan sepakbola menciptakan pemain dengan kemampuan yang jauh lebih luar biasa ketimbang Pele.

Apalagi untuk sebuah negara berpenduduk 200juta lebih yang katanya sangat menggilai sepakbola. Menciptakan seorang Pele dari ratusan juta orang yang sangat menggilai sepakbola seharusnya bukan perkara yang sulit. Hanya saja hal tersebut tidak akan terjadi ketika lingkungan tidak mendukung. Hal tersebut juga tidak akan terjadi ketika proses pembinaan yang ada justru mengarahkan anak menjadi tukang pukul di lapangan.

Anak dengan bakat sepakbola seperti Pele tidak akan pernah lahir di negara manapun di dunia ini. Namun setiap negara dapat menciptakan Pele kapanpun mereka mau.Dan setiap anak, sebenarnya, berpeluang untuk menjadi Pele.

Barangkali, itulah yang dimaksud oleh legenda pelatih timnas Indonesia, Tony Pogacnik, saat berujar: menciptakan Pele adalah pekerjaan sebuah bangsa. [Baca artikelnya di sini].

====

* Penulis adalah mahasiswa Program Studi Magister Keolahragaan Institut Teknologi Bandung. Akun twitter: @aabimanyuu dari Pandit Football Indonesia.

(roz/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads