Beberapa waktu lalu, pelatih tim nasional U-23, Aji Santoso, mengeluarkan satu peraturan tegas. Bahwa para pemainnya mesti memiliki VO2max di atas 55 ml/kg min. Jika di bawah nilai ambang tersebut, maka konsekuensinya adalah pencoretan.
Lalu mengapa sebenarnya VO2max menjadi sangat penting? Apa ini adalah indikator vital bagi seorang pemain untuk bisa mengenakan seragam timnas?
Bicara soal stamina/daya tahan tubuh ketika berolahraga, pembicaraan masa kini memang sering berlanjut kepada pertanyaan: "Berapa VO2max-nya?". Ya, VO2max memang mulai populer seiring mulai masuknya sport science di Indonesia. Namun, apa sih VO2max itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
VO2max sebenarnya sudah bukan barang baru pada dunia olahraga. Sejak puluhan tahun lalu sudah banyak penelitian yang membahas tetnang VO2max seorang atlet. Secara definisi, VO2max adalah jumlah oksigen yang dikeluarkan dalam 1 kg berat badan seseorang ketika berolahraga.
Jumlah oksigen ini terkait dengan jumlah ATP atau energi yang dapat dihasilkan tubuh. Jumlah energi inilah yang kemudian berhubungan dengan stamina seorang atlet.
Di Indonesia sendiri, VO2max juga bukan baru-baru ini saja dianggap penting. Sejak dulu pelatih sepakbola akan mementingkan tingkat stamina yang baik bagi para pemainnya. Hanya saja, dulu mungkin belum ada ukuran yang jelas seperti apa stamina yang baik itu. VO2max lah yang kini menjadi tolok ukur baik atau buruknya daya tahan seorang pemain.

Kesalahan paling umum yang banyak terjadi dalam pola pikir di Indonesia adalah pemain sepakbola yang lebih baik adalah yang memiliki VO2max lebih tinggi. Akibatnya, banyak pelatih sepakbola yang memberikan porsi latihan berupa lari sejauh belasan kilometer dalam waktu tempuh yang singkat untuk meningkatkan VO2max. Seolah-olah para pemain bisa menjadi Lionel Messi jika dipaksa melakukannya.
Penting Sih, Tapi...
Mari gunakan analogi memilih mobil untuk lebih memahami fungsi VO2max. Jika tujuan Anda menggunakan mobil adalah untuk pulang pergi dari rumah ke kampus, apakah Anda akan memilih mobil offroad 4WD yang boros atau memilih mobil sedan yang hemat? Dalam hal ini, mobil hemat tentu akan lebih menguntungkan.
Namun jika Anda bepergian ke gunung atau alam terbuka, apakah menurut Anda mobil sedan yang hemat masih lebih baik dari mobil 4WD yang boros?
Pendapat soal mana yang lebih baik antara mobil hemat energi dan mobil boros energi harus dilihat lebih dulu mau diapakai untuk apa mobil itu. Mobil hemat tentu lebih pas digunakan jika medan yang dilalui tidak berat sehingga tidak butuh tenaga besar. Namun, mobil boros perlu dipakai jika ingin menghajar medan berat yang butuh tenaga besar.
Analogi ini bisa diterapkan pula dalam olahraga. Pemain sepakbola bukan seorang pelari jarak jauh yang harus berlari dengan kecepatan konsisten selama 2 jam lebih. Pemain sepakbola akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk jogging-jogging kecil ketimbang berlari dengan kecepatan tinggi. Berbeda dengan pelari jarak jauh, pemain sepakbola juga memiliki banyak waktu untuk berhenti dan mengambil napas.
Maka dari itu, akan menjadi sia-sia jika pemain sepakbola memiliki VO2max yang terlampau tinggi. Dia kemudian akan seperti mobil bertenaga besar yang digunakan untuk di jalanan perkotaan.
Satu Standar untuk Semua Pemain?
Dari sini kemudian timbul pertanyaan, sepenting apakah VO2max bagi pemain sepakbola? Sepakbola merupakan olahraga yang memerlukan tenaga besar. Sehingga dibutuhkan juga tubuh yang prima untuk melakukannya. Dengan begitu, daya tahan tubuh juga akan menjadi salah satu faktor yang patut diperhatikan.
Sekedar perbandingan, VO2max orang normal/pekerja kantoran berkisar pada 35-45 ml/kg min. Jika anda sudah rutin berolahraga seperti jogging mungkin dapat mencapai 45-50 ml/kg min. Jadi angka 55 ml/kg min, atau batas minimum timnas U23, sebenarnya memang angka yang wajar untuk dimiliki seorang pemain.
Sampai tahapan tertentu apa yang dilakukan Aji Santoso ini sudah tepat. Munculnya sebuah angka yang jelas dalam pemilihan pemain, dan bukan lagi sekedar intuisi atau penilaian yang bersifat subjektif semata, merupakan suatu tanda bahwa sepakbola kita sudah lebih maju dari sebelumnya.
Namun kemajuan ini masih bersifat setengah-setengah karena masih terdapat beberapa langkah lagi yang belum dilakukan.
Harus diingat kembali bahwa setiap pemain sepakbola tidak melakukan aktivitas yang sama di lapangan. Ada 11 pemain dalam satu tim yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Dengan begitu, VO2max yang dibutuhkan juga akan berbeda-beda pula.
Misalnya saja posisi penjaga gawang. Agak kurang adil jika memaksa kiper, yang biasanya tidak akan menempuh jarak lari yang jauh, untuk memiliki VO2max yang sama dengan pemain di posisi lain.Demikian pula dengan menyamakan nilai VO2max seorang gelandang dengan bek tengah. Ini pun akan menjadi tidak adil pula. Seorang gelandang akan terlalu mudah untuk mencapai angka 55 ml/kg min karena memang sudah terbiasa menempuh jarak jauh selama pertandingan. Sementara bagi bek tengah, angka tersebut mungkin harus didapat dengan mengerahkan kemampuan maksimal.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Denmark, seorang kiper rata-rata akan memiliki VO2max 51 ml/kg min. Gelandang dan bek sayap menjadi pemain yang memiliki rata-rata VO2max tertinggi dengan 62 ml/kg min. Penyerang memiliki rata-rata VO2max yang sedikit lebih rendah dari gelandang dan bek sayap yaitu 60 ml/kg min. Bek tengah menjadi posisi dengan VO2max paling kecil selain kiper. Rata-rata bek tengah hanya memiliki VO2max sekitar 56 ml/kg min.
Menyamakan nilai VO2max kepada semua posisi juga akan membuat penilaian menjadi tidak valid. Jangan sampai pelatih langsung senang ketika berhasil mendapatkan gelandangnya yang memiliki VO2max mencapai 57 ml/kg min, padahal angka tersebut masih jauh di bawah rataan pemain tengah.
Atau, ternyata seorang kiper dengan VO2max 53 ml/kg min harus dicoret dari tim, padahal angka itu sudah terhitung bagus untuk ukuran kiper.
Pada sisi lain, kita juga tidak boleh lupa bahwa sepakbola bukan olahraga yang sekedar lari-lari di lapangan tanpa melakukan apapun. Angka VO2max hanya menunjukan kemampuan daya tahan seorang pemain, namun tidak menunjukan kemampuan seorang pemain mengolah bola.
Jadi, tingkat kepentingan seorang pemain sepakbola memiliki VO2max yang sesuai standar juga berbeda-beda.
Lagi-lagi posisi di lapangan menentukan hal ini. Seorang gelandang dan bek sayap tentu penting untuk memiliki VO2max sesuai standar atau bahkan sedikit lebih tinggi lagi. Namun, seorang kiper sepertinya tidak masalah jika sedikit berada di bawah standar sekalipun.
Kiper yang tugas utamanya menjaga gawang akan lebih penting memiliki daya lompatan yang baik ketimbang daya tahan tubuh. Jadi, mungkin akan lebih cocok jika parameter penilaian kiper menggunakan nilai maksimal vertical jump.
Sepakbola adalah olahraga yang terlalu kompleks untuk menilai kemampuan seorang pemain dengan hanya menggunakan satu parameter saja. Apalagi jika satu parameter tersebut disamaratakan kepada kesebelas pemain yang ada di lapangan.
Mungkin saja ada pemain dengan VO2max yang buruk namun ternyata dia bisa memiliki kemampuan mengolah bola seperti Lionel Messi. Tinggal bagaimana kecerdikan seorang pelatih memanfaatkan pemain ini. Mungkin sebagai pemain pengganti di 20 menit terakhir permainan.
Jadi, sudah bukan saatnya lagi melihat pemain sepakbola hanya dari satu sisi penilaian. Banyak hal yang harus dinilai sebelum mengatakan pemain tersebut baik atau buruk. Bahkan terkadang ada juga pemain yang kurang baik jika bermain dalam kondisi tertentu, tapi luar biasa pada kondisi lain.
Namun kita juga patut sedikit tersenyum dengan apa yang sudah dilakukan oleh Aji Santoso. Perkembangan ini merupakan langkah positif yang juga patut diapresiasi. Tapi juga jangan berpuas diri dan tidak lagi berusaha untuk berkembang. Negara-negara tetangga kita sudah menggunakan metode yang jauh lebih canggih dari ini.
Untuk itu, masih banyak PR yang harus kita lakukan untuk mengembangkan sepakbola kita. Segala ketertinggalan kita, bahkan dari Malaysia dan Thailand, harus segera kita kejar. Terutama dalam hal penerapan ilmu pengetahuan dalam sepakbola semacam ini. Tidak cukup lagi memiliki prinsip, "Dulu waktu zaman saya, dengan cara ini kita bisa juara."
====
*ditulis oleh @aabimanyuu dari @panditfootball