Pep merombak formasinya pada pertandingan terakhir musim 2013/2014. Tidak tanggung-tanggung, ia melakukannya pada partai final DFB Pokal. Hasilnya, Die Rotten menang 2-0 atas Borussia Dortmund, sekaligus mengunci gelar terakhir Bayern musim lalu.
Musim lalu, formasi 4-1-4-1 dan 4-2-3-1 membawa Bayern sebagai tim yang superior. Selain karena komposisi pemain yang berkualitas, penggunaan formasi pun menjadi alasan.Di Bundesliga, Bayern mencetak 94 gol dan kebobolan 23 gol.Ini merupakan rekor gol terbaik di Bundesliga pada musim lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada satu persolan yang tidak bisa diatasi Pep: Bayern gagal mepertahankan gelar Liga Champions.Mereka bahkan kalah dua kali di kandang sendiri. Di fase grup mereka kalah 2-3 dari Manchester City. Sedangkan pada partai semifinal, Thomas Mueller dan kolega kalah 0-4 dari Real Madrid.
Dua kekalahan ini merupakan rangkaian dari lima kekalahan yang didapat juara 24 kali Bundesliga ini pada musim lalu. Penggunaan poros ganda dirasa masih belum bisa menunjang permainan Bayern. Terutama jika yang dihadapi adalah tim yang menggunakan serangan balik. Toh, dari lima kekalahan itu, Die Roten selalu memegang penguasaan bola hingga 60 persen.
Lantas, bagaimana wajah Bayern musim mendatang? Mungkinkah formasi 3-4-3 mampu menambal lubang-lubang kecil tapi fatal di musim lalu?
Melimpahnya Stok Pemain
Keberanian Pep untuk merombak formasi, tidak lain karena ia memiliki kualitas pemain yang merata. Pemain yang menghuni bangku cadangan memiliki kualitas yang sama bagusnya dengan pemain yang masuk daftar line-up. Terlebih, Pep kerap melakukan rotasi di lini tengah, sehingga menit bermain mereka dapat tetap terjaga.
Penerapan formasi ini tidak secara otomatis membuat Bayern bermain lebih bertahan pada musim depan.Menerapkan 3-4-3 tidak berarti menambah jumlah gelandang dan mengurangi jumlah pemain bertahan. Malah, slot dua wide midfielder biasanya diisi pemain yang berposisi sebagai fullback.
Formasi 3-4-3 di Bayern tidak akan sukses tanpa bantuan dua wide midfielder yang tepat. Kemenangan 2-0 atas Borussia Dortmund pada final DFB Pokal, menjadi bukti.
Ketika bertahan, dua wide midfielder yang dihuni Hojbjerg dan Rafinha secara bersamaan turun membantu pertahanan. Lima pemain bertahan yang telah siap menunggu di area kotak penalti, membuat Robert Lewandowski, yang kala itu masih berseragam Dortmund, tak mendapat suplai.
Pergerakan wide midfielder kala membantu serangan menjadi sulit terprediksi. Ia dapat menyisir sisi lapangan, ataupun langsung menusuk ke dalam. Pergerakan ini akan memberikan kerugian bagi lawan, karena mereka mesti membagi konsentrasi. Apakah akan menjaga ruang yang akan dimasuki wide midfielder, atau tetap bertahan menjaga daerahnya.
Bagi Bayern, pergerakan ini adalah hal yang menguntungkan karena mereka memiliki opsi serangan yang lebih bervariasi.
Pun kala bertahan, peran wide midfielder sangatlah vital. Saat diserang, wide midfielder ini mesti menjaga area sisi lapangan. Sejatinya, fungsi wide midfielder mirip dengan fullback dalam formasi yang menggunakan empat bek. Selain menyerang, ia juga memiliki tugas lain untuk bertahan.
Pemain Sayap yang Bermain Lebih Tinggi
Dengan 3-4-3 berarti menempatkan dua pemain sayap sejajar dengan penyerang. Penerapan ini akan berdampak positif kala Die Roten melakukan serangan balik. Bayangkan, bagaimana kombinasi Franck Ribery, Arjen Robben, Robert Lewandowski, Thomas Mueller, dan Mario Goetze melakukan serangan balik secara bersamaan ke area pertahanan yang ditinggalkan lawan.
Hal ini akan berdampak masif pada sistem pertahanan lawan, salah satunya adalah lawan akan mudah kehilangan konsentrasi kala menyerang. Lini pertahanan mereka tidak akan leluasa membantu serangan karena tiga penyerang Bayern telah bersiaga hingga garis tengah lapangan. Jika melakukan kesalahan sedikit saja, barisan penyerang Bayern memaksimalkannya menjadi peluang.
Gambarannya seperti ini. Saat tim lawan menyerang dan mengurung pertahanan Die Roten, lini pertahanan yang dibantu oleh gelandang mencoba untuk menahan aliran bola. Saat bola dikuasai lini pertahanan Bayern, maka bola tersebut akan dialirkan langsung ke sisi lapangan. Bisa ke kiri yang diisi Ribery, ataupun sisi kanan yang diisi Arjen Robben. Dengan posisi yang lebih tinggi, mereka bisa langsung mengancam bek lawan dengan berduel satu lawan satu.
Dengan stand by di depan, membuat Ribery ataupun Robben lebih segar saat melakukan serangan. Stamina mereka akan terjaga karena tak ikut bertahan. Sehingga, ketika mendapatkan bola, Robben dan Ribery akan lebih siap bertarung dan membuat peluang.

[Perkiraan starting line up Bayern Munich musim 2014/2015]
Tambahan Variasi Serangan
Saat menghadapi Wolfsburg dalam pertandingan pra-musim, Pep menempatkan Ribery, Robben, dan Lewandowski di lini depan. Sementara itu, pemain yang baru dibeli dari Valencia, Juan Bernat, dipasang sebagai gelandang kiri.
Serangan Bayern lebih condong ke area kanan yang diisi Robben. Ini membuat Lewandowski bergeser ke area tersebut untuk membantu pergerakan Robben. Pun dengan Ribery yang bergeser dengan menempati area tengah lapangan.
Sisi kiri yang kosong, membuat Bernat maju untuk membantu serangan. Ini yang kemudian membuat serangan Bayern lebih berwarna. Akibat Lewandowski yang ikut membantu Robben ke kanan, maka area tengah kotak penalti Wolfsburg hanya diisi oleh satu bek. Sementara itu, fullback kanan mereka tidak mengejar Ribery karena fokusnya teralihkan pada kehadiran Bernat.
Variasi serangan semacam ini, tampaknya akan menjadi andalan Bayern pada musim depan. Menggunakan tiga penyerang sekaligus dalam satu garis agaknya menjanjikan keuntungan tersendiri yang memang diincar Pep: efektifitas dan efisiensi serangan.
Efektif dan efisien ini mungkin cocok untuk apa yang sedang dirancang Pep. Dikritik karena possession-oriented dan Barca-esque, Pep mencoba menjawabnya dengan gaya menyerang yang lebih cepat, tak berlama-lama dalam memainkan bola di lini tengah, dan membayangkan bisa membunuh lawan secara cepat dan dingin.
Rentan Diserang
Tentu merupakan sebuah keuntungan bagi Bayern dengan menempatkan tiga penyerang di area pertahanan lawan. Meski unggul jumlah pemain saat menyerang, toh Bayern menjadi rentan diserang.
Pertahanan Bayern berada dalam kondisi gawat jika gelandang utama mereka tidak dapat bermain. Ini yang terjadi saat Die Roten kembali menghadapi Borussia Dortmund dalam ajang DFL Supercup pada Rabu (13/8) malam.
Meski menggunakan pola yang sama seperti saat mengalahkan Dortmund di ajang DFB Pokal, Bayern terlihat seperti tim yang inferior. Lini serang Dortmund dapat dengan mudah melakukan penetrasi langsung ke kotak penalti.
Bayern tidak bisa lepas dari tekanan yang diberikan para pemain Dortmund. Bisa jadi ini karena mereka tidak menggunakan para pemain utama yang belum fit benar. Dua gelandang mereka diisi oleh Sebastian Rode dan Gianluca Gaudino. Pep seperti kehabisan stok gelandang. Hanya ada nama Phillip Lahm di bangku cadangan.
Akibatnya, lini tengah Bayern menjadi tidak padu. Saat diserang, Rode dan Gaudino terlambat menutup pergerakan lini serang Dortmund. Bahkan, Ciro Immobile dan Pierre-Emerick Aubameyang sering berada dalam posisi bebas tak terjaga.

[posisi Rode dan Gaudino yang terlambat dalam menahan serangan balik yang dilancarkan pemain Dortmund]
Ini yang membuat dua gol bersarang ke gawang Manuel Neuer. Catatan statistik Bayern pun terbilang buruk. Mereka hanya melakukan empat tendangan dengan tiga mengarah ke gawang. Bandingkan dengan Dortmund yang melakukan 22 tendangan dan sembilan mengarah ke gawang. Ini menunjukkan betapa lini pertahanan Bayern begitu mudah ditembus. Andai Neuer tak bermain apik, mungkin Bayern akan kalah dengan skor yang lebih telak.
Ada kemunduran dalam jumlah tekel antara pertandingan DFL Super Cup dengan final DFB Pokal. Di DFL Super Cup, Bayern hanya melakukan 14 tekel. Sementara di DFB Pokal hingga 31 tekel. Aktivitas pertahanan Bayern pun lebih terfokus pada Neuer yang berjibaku menahan bola tendangan lawan. Praktis, tiga bek yang diisi Boateng, Dante, dan Alaba tidak menjalankan tugasnya secara efektif.
Lagi-lagi, kekalahan ini tidak menunjukkan bahwa Dortmund lebih banyak menguasai bola. Hingga 90 menit, Bayern unggul penguasaan bola hingga 61 persen. Artinya, Pep masih belum mampu mengatasi masalah tersebut. Dengan 39 persen saja, Dortmund nyatanya mampu memanfaatkan peluang menjadi kemenangan.
Meski memiliki Lahm, Bastian Schwensteiger, dan Thiago Alcantara yang mampu mengisi pos gelandang, tapi kehilangan Toni Kroos memang begitu terasa bagi Bayern. Mereka seolah tak memiliki pemain yang bertugas mendistribusikan bola dari belakang ke lini depan.
Kunci serangan masih berpusat di lini tengah, karena Ribery maupun Robben yang berperan sebagai pemain sayap, akan jarang menjemput bola, tidak seperti musim lalu. Mereka akan lebih banyak menunggu dan membuka ruang untuk melakukan serangan balik.
Jika kelemahan seperti ini tak dapat diantisipasi, jangan harap Bayern bisa meladeni permainan tim yang memiliki pemain sayap cepat seperti Real Madrid ataupun Chelsea. Bukan tidak mungkin pula, Bayern akan mengalami musim yang sulit jika hal ini terus-terusan terjadi.
Akankah 3-4-3 Berhasil pada Bayern?
Di Bayern, Pep bukanlah pelatih yang terpaku pada satu pola saja. Meski menggunakan 3-4-3 ia dapat mengubahnya sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan tiga pemain di lini serang akan menjadi hal yang menarik. Mereka bisa bermain sejajar dengan dua beroperasi di sayap. Atau, jika Robben atau Ribery tak dapat tampil, Pep dapat mengubahnya menjadi 3-4-2-1, atau bahkan 3-4-1-2, tergantung dari kesiapan pemain itu sendiri.

[utak-atik kombinasi lini depan Bayern]
Pep beruntung memiliki pemain seperti Mario Goetze dan Thomas Mueller. Keduanya bisa dipasang sebagai ujung tombak, gelandang serang, ataupun pemain sayap, seperti yang terjadi pada musim lalu. Begitu pula dengan Xherdan Shaqiri.
Kualitas pemain tidak menjadi masalah bagi Pep. Ia tinggal menjaga Boateng agar tidak hijrah ke klub lain pada musim ini. Trio Dante-Boateng-Javi Martinez akan menjadi tembok kokoh pertahanan Bayern. Yang jadi soal adalah kondisi Martinez yang mengalami cedera saat laga melawan Dortmund di Piala Super Jerman, Rabu kemarin (13/8) siapakah yang akan menggantikan Martinez? Pilihan itu akan ditujukan pada Holger Badstuber.
Di lini tengah, posisi wide midfielder bisa diisi oleh pemain dengan posisi natural sebagai fullback. Bukan tanpa alasan Pep membeli Juan Bernat dari Valencia yang berposisi sebagai fullback kiri. Jika Phillip Lahm bermain sebagai gelandang, Bernat akandipercaya untuk mengisi pos gelandang kiri.
Meski tengah dihimpit cedera, bukan tanpa alasan pula Pep masih berharap pada Thiago Alcantara. Bekas anak asuhnya di Barcelona ini menunjukkan permainan yang solid dalam menjaga lini tengah Bayern.
Jika Bayern menunjukkan penampilan seperti saat bermain di final DFB Pokal, petualangan menuju gelar juara Bundesliga sepertinya akan berjalan tanpa hambatan. Namun, hasil kurang memuaskan dari partai pra musim, terutama saat kalah 0-2 dari Dortmund, memberi isyarat bagi Pep untuk mengembalikan cara bermain Bayern kepada pola 4-1-4-1.
Pergerakan di Bursa Transfer
Berdasarkan data yang dirilis dari Transfermarkt.co.uk, untuk musim ini hanya empat pemain yang masuk: Pepe Reina, Juan Bernat, Robert Lewandowski dan Sebastian Rode. Total, Bayern hanya mengeluarkan kocek sebesar 11,44 juta pounds. Nilai terbesar dikeluarkan untuk Juan Bernat dari Valencia sebesar 8,8 juta pounds. Sementara Lewandowski dan Rode berstatus free transfer.
Neraca keuangan Bayern terbilang sehat karena mendapatkan 46,11 juta pounds, hasil dari enam pemain yang keluar. Nilai terbesar didapatkan dari transfer Toni Kroos ke Real Madrid senilai 26,4 juta pounds. Pemasukan lainnya didapatkan dari penjualan Mario Mandzukic ke Real Madrid seharga 19 juta pounds.
Musim ini Bayern tidak begitu aktif merekrut pemain. Penyebabnya adalah kualitas para pemain yang merata serta mereka telah berinvestasi pada musim lalu.Robert Lewandowski adalah salah satu contohnya. Dengan kontrak enam bulan tersisa, Bayern berhak langsung berhadapan dengan sang pemain untuk menyodorkan kontrak.
Dengan skuat yang ada saat ini, pep tinggal bertugas untuk meracik tim sekuat mungkin. Dengan komposisi pemain yang menunjang, tentu menjadi hal yang mungkin bagi Bayern untuk kembali merengkuh gelar juara Bundesliga pada musim ini.
Namun, tak lengkap rasanya jika telah memenangi Bundesliga dan DFB Pokal, tapi tidak bisa berjaya di Eropa. Pada 3-4-3, Pep percaya mereka akan juara.
====
*ditulis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.
(roz/a2s)