Melalui Vine,para penggemar sepakbola ber-multitasking sembari menonton bola, merekam momen-momen tertentu lalu mengunggahnya ke twitter.
Misalnya saja gol sundulan terbang Robin van Persie pada pertandingan Belanda menghadapi Spanyol. Hanya dalam sekejap salah satu gol terbaik di Piala Dunia itu menjadi viral berkat cuplikan Vine-nya.
Aplikasi yang telah dibeli Twitter ini tidak hanya digunakan oleh akun media, tapi juga individu. Padahal, kebanyakan klip diunggah lewat telepon genggam. Kualitas tayangan pun terkesan tidak profesional dan seadanya. Namun, ada keriaan yang secara nyata terlihat di situ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasannya? Melanggar hak cipta.
***
Masyarakat Indonesia masih beruntung karena semua pertandingan Piala Dunia 2014 disiarkan tv nasional. Meski tidak dikemas secara menarik, setidaknya masyarakat tidak harus membayar untuk menyaksikan ajang empat tahunan tersebut.
Lain halnya dengan Liga Inggris.Hanya dua pertandingan saja yang tiap pekannya disiarkan tv nasional. Itu pun hanya pada jam-jam tertentu.
Solusi terbaiknya tentu saja dengan berlangganan tv kabel atau tv satelit yang memiliki hak siar.Namun harga langganan dianggap terlampau membebankan pengeluaran.Untuk menyaksikan Liga Inggris, rata-rata diperlukan biaya langganan hingga 150 ribu sebulan.
Penggemar pun mencari jalan pintas. Langganan internet dengan tarif yang sama, dianggap lebih menguntungkan. Dengan koneksi internet memadai,penggemar akan dengan mudah mencari alternatif siaran dengan carastreaming. Cara ini terbilang efektif untuk menyaksikan pertandingan secara gratis.
Namun, hanya sedikit yang mengetahui bahwa streaming di situs bukan pemegang hak siar adalah perilaku pelanggaran hukum.
Ya, dan kini Premier League lebih serius untuk menghadapi masalah ini.
Lebih Menguntungkan
Sebenarnya, tarif untuk berlangganan stasiun tv pemilik hak siar, dengan berlanggananstreaming legal, tidak jauh berbeda. Harga berlangganan TV pemilik hak siar berada di kisaran 150 ribu rupiah per bulan atau 1,8 juta rupiah untuk satu musim. Sementara itu, tarif untuk streaming 120 ribu rupiah per bulan atau 1,46 juta per musim. Namun, tarif ini belum termasuk biaya berlangganan akses internet.
Bandingkan jika penggemar hanya berlangganan akses internet 1,8 juta per tahun. Mereka bisa melakukan banyak aktivitas seperti browsing, chatting,dan tentu saja streaming.
Langkah ini dianggap lebih menguntungkan. Apalagi penggemar biasanya hanya menonton tim kebanggaannya saja. Artinya, mereka hanya menyaksikan satu pertandingan, dari sepuluh pertandingan per pekan.
Minimnya peminat situs streaming legal pun disebabkan aktivitas promo yang tidak sekencang TV berlangganan. Ini menjadi persoalan tersendiri karena sering kali penggemar tidak tahu jika sebenarnya ada situs yang memiliki hak untuk menayangkan pertandingan Liga Inggris melalui internet.
Belum lagi berbicara mengenai kualitas koneksi internet yang kurang memadai di Indonesia. Penggemar mesti memiliki kualitas internet dengan kecepatan download hingga 100kilobit per detik, untuk mendapatkan kualitas gambar high definition (HD).
Dengan kualitas kecepatan yang seadanya saja, maka bersiap-siaplah untuk menerima kualitas gambar di kisaran 360-480 pixel. Ukuran yang tidak dianggap memuaskan untuk menghadirkan kenyamanan menonton.
Kualitas suara yang keluar pun biasanya pecah. Belum lagi jika komentatornya berbahasa Arab atau Rusia, kenyamanan menonton terganggu. Namun, faktanya, meski memiliki kelemahan,streaming ilegal masih tetap diminati. Banyak penggemar yang tiba-tiba merasa rendah hati dan mensyukuri nikmat kemajuan teknologi. Anggapan mereka, tak mengapa meski kualitas tak memadai, daripada tidak menonton sama sekali.
Lagipula, di Indonesia hingga kini belum ada berita tentang aparat hukum menangkap penggemar yang tengah menonton pertandingan, lewat situs streaming ilegal. Wajar saja jika cara ini masih dianggap aman.
Indonesia memiliki basis fans klub sepakbola yang masif, khususnya klub Inggris. Biasanya, mereka rutin menggelar acara nonton bersama setiap akhir pekan. Selain untuk menggelorakan kekompakan, acara nonton bersama sebenarnya memfasilitasi penggemar yang tidak berlangganan tv pemilik hak siar.
Acara nonton bersama nyatanya tidak begitu saja mengurangi penggemar yang mengakses situs streaming ilegal. Acara nonton bersama biasanya digelar di kafe atau gedung olahraga, dan biasanya dipungut biaya. Penggemar juga mesti keluar rumah yang berarti mesti izin kepada keluarga agar dibukakan pintu rumah, tengah malam nanti.
Premier League Makin Serius
Sebelum liga bergulir, Premier League selaku operator Liga Inggris mengeluarkan dua keputusan terkait Vine dan streaming ilegal.
Pertama, mereka meminta fans untuk tidak mengunggah apapun yang terjadi dalam satu pertandingan Premier League, seperti proses gol dan momen lainnya, ke Vine. Kedua, Premier League mangancam akan memidanakan penggemar yang memberikan akses streaming dan penggemar yang menonton siaran lewat streaming ilegal.
Ini dilakukan karena mereka menganggap dua hal tersebut sebagai pelanggaran hak cipta. Pelakunya bisa dijerat sanksi yang diterapkan di setiap negara.
Ya, pelanggaran hak cipta bisa diproses di negara tempat pelanggaran itu terjadi.
Premier League tidak main-main. Sejak musim kompetisi 2011/2012, 30 ribu situs ilegal ditutup. Salah satu akun penyedia streaming ilegal, Delveboy, mengatakan jumlah terbanyak dalam satu pertandingan mencapai 150 ribu pengguna. Dalam satu pekan, traffic dari situs yang dikelolanya bisa mencapai 500 ribu penonton. Pertandingan yang paling banyak disaksikan di situsnya adalah yang melibatkan klub Liverpool, dengan rata-rata 120 ribu penonton per pertandingan.
Dari fakta di atas, terlihat bahwa situs streaming ini begitu seksi untuk dikelola. Ada simbiosis mutualisme di antara pemilik situs dengan penggemar. Pemilik situs meraup untung dari iklan yang dipasang, sedangkan penggemar bisa menyaksikan klub kebanggaannya bertanding.
Berdasarkan data dari Forbes, pada musim lalu, Liga Inggris disaksikan di 650 juta rumah di 175 negara. Secara finansial, para pemegang hak siar dan komersial harus membayar hinggamencapai 1,9 miliar pounds per musimuntuk mendapatkan hak tersebut.

Kerugian Penyelenggara Hak Siar
Berdasarkan data tahun Premier League tahun 2012, terdapat 634 juta rumah yang menyiarkan Liga Inggris setiap musimnya. Data tersebut akhirnya menarik menarik minat SkySports dan BT Sports untuk memperbesar nilai investasi mereka menguasai hak siar liga Inggris. Terhitung sejak musim 2013/2014. Nilai ivestasi itu melonjak hingga tiga miliar pounds atau jika dirupiahkan menjadi 60 trilyun dengan masa durasi kontrak mencapai tiga tahun.
Tak hanya itu saja, BBC pun mengeluarkan dana sebesar 178 juta pounds untuk hanya membeli highlights, yang disiarkan dua kali per pekan.
Sekitar 80% pemasukan klub dari prize money berasal dari penjualan hak siar. Ini yang membuat Premier League menjadi begitu posesif menyangkut siaran liga. Hitung-hitungannya seperti ini:
Yang berhak menayangkan highlights adalah BBC. Memang, mereka menayangkan program tersebut secara gratis, tapi hanya di Inggris, karena cakupan siaran tidak tertangkap ke negara lain. BBC lantas membuat podcast mobile seharga 50 pounds per tahun. Dengan ini, pelanggan dapat menyaksikan siaran BBC, termasuk highlights Liga Inggris.
Jika satu persen dari 634 juta rumah atau 6,3 juta rumah menyaksikan proses gol lewat Vine,maka mereka tidak perlu berlangganan BBC untuk menyaksikan highlights. Artinya, BBC akan kehilangan pasar potensial sekitar31,5 juta pounds per tahunnya.
Untuk streaming, kita akan menggunakan pengandaian yang sama. Fox Sports mematok harga 89 pounds per musim untuk akses streaming. Lantas, satu situs streaming ilegal bisa diakses hingga 500 ribu pengunjung per musim. Jika dua situs diakses satu juta pengunjung per musim, begitupun kelipatannya. Masalahnya, didunia maya saat ini ada puluhan website streaming illegal. Kondisi tentu saja berdampak pada Fox Sports yang harus rela kehilangan pasar potensial sekitar 89 juta pounds, atau bahkan mungkin lebih.
Premier League memiliki kewajiban untuk melindungi pemilik hak siar. Dengan nilai hak siar paling tinggi di dunia, Premier League mesti menjaga tren positif adanya kenaikan kontrak hak siar setiap tahun. Maraknya situs streaming ilegal tentu akan memengaruhi nilai yang ditawarkan televisi pemilik hak siar itu sendiri.
Juru bicara Premier League, Dan Johnson, mengatakan bahwa uang pemasukan hak siar digunakan klub untuk memastikan para pemain bintang tetap digaji. Agar mereka dapat menyuguhkan permainan yang paling baik.
"Jika Anda ingin tontonan sepakbola berkualitas, Anda harus mengganjarnya dengan uang," kata Johnson.
***
Entah mesti bersorak, atau tersedak, kini industrialisasi sepakbola telah menunjukkan bentuk paling sempurnanya, yaitu ketika tak ada yang gratis, dan semua harus dinilai dengan uang. Pantas jika ada slogan "fight against modern football". Para suporter yang telah jengah enggan sepakbola dikapitalisasi dan menjadi dagangan pasar.
Tapi pemikiran seperti itu patut dipertanyakan.Jika teknologi siaran belum secanggih seperti saat ini, sepakbola adalah hiburan yang mahal.
Di Inggris misalnya. Sepakbola baru mulai disiarkan televisi pada 1938. Itu pun dengan kualitas yang jauh dari kata nyaman. Jika ingin nyaman, beli lah tiket, dan nonton pertandingan di tribun.
Lalu, mengapa ada stasiun televisi yang bermurah hati mau menayangkan pertandingan secara gratis?
Jawabannya karena ada pengiklan yang bisa menutupi biaya pembelian hak siar. Lantas, mengapa saat ini tidak ada stasiun televisi yang menyiarkan sepuluh pertandingan per pekan?Bisa jadi karena pemasukan dari iklan yang tidak cukup, sehingga mereka menawarkan pertandingan tersebut pada penggemar yang mau membayar saja.
Mengakses situs streaming ilegal adalah bentuk dari pelanggaran hak cipta. Artinya, perilaku seperti ini melanggar hukum dan wajib dikenai sanksi.
Direktur Intellectual Property Institut, Prof. Jim Gibson mengatakan streaming dari situs ilegal berarti melanggar hukum lewat dua hal.
"Pertama, ketika mengunduh, bahkan hanya sebagian dari file, ini sudah disebut 'pseudo-streaming'. Aksi ini dihitung sebagai menyalin materi hak cipta. Kedua, ketika pengguna streaming konten, ini termasuk copyright violation."
Indonesia memiliki Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pelanggaran atas barang atau materi yang memiliki hak ciptadiancam penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling banyak lima miliar rupiah.
Sementara itu, bagi yang sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait diancam pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak lima ratus juta rupiah.
***
Ini adalah saat yang tepat bagi penggemar untuk memperlihatkan sebesar apa dukungannya bgi klub. Jika menyebut diri sebagai fans fanatik, mengeluarkan uang bagi klub yang didukung adalah salah satu bentuk loyalitas.
Toh, uang itu juga akan kembali digunakan untuk tim.
Ungkapan Panglima Viking, Alm. Ayi Beutik patut untukmenjadi dasar pertimbangan: "Jika menghitung untung rugi, maka dukungan kita tak akan murni lagi."
====
*ditulis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini
(roz/din)