Sepatu Bola yang Terus Berevolusi

Sepatu Bola yang Terus Berevolusi

- Sepakbola
Jumat, 17 Okt 2014 13:25 WIB
Getty Images
Jakarta - Bagi seorang pesepakbola, sepatu adalah senjata satu-satunya untuk bertarung di atas lapangan. Seragam/jersey boleh saja sama dengan yang lain, namun sepatu akan menjadi ciri pribadi seorang pemain. Maka tak heran jika banyak pertimbangan yang diambil ketika kita akan memilih sebuah sepatu bola. Bukan hanya soal warna dan penampilan, tapi juga kesesuaian dengan kaki.

Sejak pertama kali hadir, sepatu sepakbola sendiri telah mengalami banyak perubahan. Dari mulai sepatu yang menutupi pergelangan kaki untuk memberikan perlindungan maksimal, hingga kini semua berlomba-lomba membuat sepatu seringan mungkin.

Beberapa catatan sejarah menunjukan bahwa pada tahun 1525, orang yang pertama kali memiliki sepatu serupa sepatu bola adalah Raja Henry VIII dari Inggris. Sepatu milik King Henry ini sudah dilengkapi dengan paku yang menempel pada bagian bawah sepatu. Dengan bahan badan sepatu terbuat dari kulit, sepatu ini menutupi seluruh pergelangan kaki hingga sedikit di atas engkel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Antara tahun 1500 dan 1800-an, para pemain sepakbola yang kebanyakan adalah para pekerja pabrik, memaku sendiri bagian bawah sepatu dengan menggunakan besi. Dengan begitu, mereka memiliki sepatu yang dapat digunakan untuk berlari di lapangan sepakbola.

Namun, tidak adanya aturan sepatu bola menjadikan sepakbola sebagai olahraga yang sangat berbahaya. Tidak jarang para pemain mengalami luka atau bahkan patah tulang setelah bermain. Bagaimana tidak. Tulang kering mereka akan berhadapan langsung dengan tajamnya besi.

Karena itulah pada tahun 1891 penggunaan sepatu bola mulai diatur. Sepatu sepakbola hanya boleh dilengkapi oleh paku yang terbuat dari bahan kulit. Diameter paku tidak boleh kurang dari 1,27 cm dan bentuknya mesti bulat dan tidak boleh runcing.

Sepatu sepakbola yang ada pada saat itu masih menggunakan 6 buah paku, dengan 4 buah terletak pada bagian depan dan dua buah pada bagian belakang. Pada masa ini, semua pemain dalam satu tim menggunakan satu jenis sepatu yang sama persis. Tak ada pembedaan antara sepatu untuk si gelandang, atau sang penyerang.

Memasuki tahun 1940an, semakin populernya sepakbola membuat banyak orang mulai berfikir untuk menciptakan sepatu bola yang lebih baik lagi. Penggunaan bahan kulit pun mulai dipertanyakan. Orang mulai sadar bahwa bahan kulit membuat sepatu menjadi lebih berat, apalagi jika dipakai dalam kondisi basah.

Sepatu sepakbola tidak lagi ditujukan untuk melindungi kaki semata. Orang-orang mulai menyadari bahwa sepatu juga mampu meningkatkan performa para pemain. Sepatu yang terlalu mementingkan perlindungan pada kaki justru menghambat pergerakan. Berat sepatu yang terlalu berlebihan juga membuat pemain harus mengeluarkan tenaga lebih saat bergerak.

Dari sinilah mulai diciptakan sepatu yang tidak lagi menggunakan paku dari bahan kulit. Plastik dan karet dipilih agar bobot sepatu lebih ringan. Dengan begitu, pemain akan mampu bergerak lebih leluasa dari sebelumnya.

Paku

Sebagaimana sepatu olahraga lain yang dimainkan di atas lapangan rumput, pada sepatu sepakbola juga terdapat paku yang menempel pada bagian bawah sepatu. Fungsinya adalah untuk memudahkan pergerakan para pemain di lapangan rumput.

Bagian inilah yang menjadi salah satu pusat perhatian dalam pengembangan sepatu sepakbola. Bahkan, hingga kini terus dicari kombinasi yang paling baik untuk paku pada sepatu sepakbola.

Pada dasarnya, paku yang menempel pada bagian bawah sepatu sepakbola berfungsi untuk memudahkan para pemain bergerak. Lapangan rumput yang tidak rata, apalagi saat lapangan basah, membuat pemain akan mudah terpeleset jika menggunakan sepatu dengan bagian bawah rata. Karena itulah sepatu pada olahraga yang dimainkan di lapangan rumput akan menggunakan sepatu berpaku.

Secara garis besar, saat melakukan gerakan, kaki pemain akan memberikan tekanan kepada tanah. Gaya reaksi yang diberikan oleh tanah kepada kaki akan menghasilkan sebuah gaya normal dan gaya gesekan/traksi (traction force). Gaya inilah yang memungkinkan para pemain mampu melesat ke arah yang berbeda atau berhenti.

Paku pada sepatu sepakbola dirancang agar pemain mampu menciptakan gaya traksi yang tepat ketika bergerak di lapangan rumput. Gaya traksi yang terlalu kecil akan membuat pemain mudah terpeleset. Sedangkan gaya traksi yang terlalu besar akan menyebabkan pergerakan pemain terlalu kaku dan membuat pemain rentan terkena cedera.



Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, semula terdapat 6 buah paku berbentuk bulat yang terbuat dari kulit pada sepatu bola. Namun, kemudian diketahui bahwa kulit bukan bahan yang cukup baik. Jumlah paku 6 buah dengan bentuk bulat pun bukan kombinasi yang paling baik.

Tak ayal, kini sepatu sepakbola lebih banyak menggunakan plastik, karet, atau besi sebagai bahan paku yang menempel di bagian bawah.

Ketiga bahan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahan besi akan memberikan keuntungan saat pemain berlaga di tanah basah dan lembek akibat hujan. Namun, besi akan memberikan beban lebih bagi pemain karena lebih berat.

Sedangkan untuk paku dari bahan plastik dan karet akan baik saat digunakan bermain di lapangan kering. Karena lebih ringan, karet dan plastik akan membuat pemain mampu bergerak lebih mudah. Selain itu dari segi biaya produksi, karet dan plastik pun lebih murah ketimbang besi.

Tidak Cocok untuk Rumput Sintetis

Perkembangan sepakbola menghadirkan satu fasilitas baru untuk bermain sepakbola. Sulitnya menumbuhkan rumput secara alami membuat rumput sintetis kini hadir di lapangan sepakbola.

Namun ternyata, hadirnya rumput sintetis ini juga menghadirkan permasalahan baru. Beberapa waktu belakangan ini, muncul isu soal lapangan sintetis yang meningkatkan resiko terhadap beberapa cedera. Misalnya saja cedera ligamen di lutut, serta beberapa cedera tubuh bagian bawah disinyalir lebih rentan terjadi saat bermain di rumput sintetis.

Ini karena lapangan sintetis ternyata memiliki lapisan permukaan yang lebih keras dari rumput alami. Berbeda dengan rumput alami, lapisan pada rumput sintetis tertutup rata sehingga paku dari sepatu sepakbola tidak menancap dengan sempurna seperti saat berada di rumput alami.

Hal ini membuat pemain tidak akan mendapatkan traksi yang sesuai saat melakukan pergerakan. Karena itulah pemain akan lebih mudah terpeleset. Selain itu, tekanan yang diterima oleh kaki akan lebih besar saat bermain di lapangan rumput sintetis.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan beberapa cedera menjadi lebih rentan terjadi saat bermain di rumput sintetis. Tubuh bagian bawah pemain akan menerima beban yang lebih berat dan lutut akan menjadi bagian yang paling menerima beban berat, karena bagian inilah yang menerima beban saat pemain melakukan manuver.

Karena itulah, selain melakukan evaluasi terhadap kondisi rumput sintetis, penyesuaian terhadap sepatu juga perlu dilakukan. Sepatu sepakbola yang digunakan di rumput alami tidak cocok untuk digunakan di rumput sintetis.

Sepatu sepakbola untuk rumput sintetis dirancang dengan menggunakan paku yang lebih pendek dan lebih banyak. Paku yang lebih pendek akan membuat sepatu tetap mampu menjejak sempurna meski paku tidak mampu menembus permukaan lapangan. Serta jumlah yang tersebar ke seluruh bagian sepatu akan membuat tekanan yang diterima oleh kaki menjadi tersebar merata.

Meski sama-sama bermain sepakbola, perbedaan kondisi lapangan bermain akan membutuhkan sepatu yang berbeda pula. Hal ini disebabkan hubungan antara permukaan lapangan dengan sepatu akan mempengaruhi performa dan perlindungan terhadap kaki pemain. Hubungan antara sepatu dan permukaan lapangan yang baik akan berdampak baik pula bagi perlindungan kaki pemain.

Karena itulah penting untuk memilih sepatu yang tepat saat bermain sepakbola. Jika pemilihan sepatu yang tepat belum mampu meningkatkan performa kita, maka setidaknya pilihkan sepatu yang tepat untuk perlindungan kaki kita.



====

*ditulis oleh @aabimanyuu dari @panditfootball

(roz/a2s)

Hide Ads