Sejak tragedi Munich, Manchester United harus buru-buru mempersiapkan timnya lagi. Sempat hadir spekulasi bahwa mereka sebaiknya mengundurkan diri saja dari semua kompetisi dan mempersiapkan tim secara lebih leluasa untuk musim berikutnya.
Pembicaraan-pembicaraan penuh keputusasaan banyak terjadi, mulai di Old Trafford, markas tim, tempat latihan, bahkan di koridor rumah sakit. Namun, ketua kesebelasan saat itu, Harold Hardman, mengeluarkan pernyataan yang mengguncang semua orang dengan penuh rasa tidak percaya sambil dikombinasikan dengan kekaguman: “Di saat paling berat seperti ini pun, kami akan melanjutkan program musim ini. Kami memiliki utang kepada masyarakat dan juga sebuah kewajiban kepada sepakbola.”
Jimmy Murphy, asisten Busby yang tidak ikut melakukan perjalanan ke Munich, diberi tugas mengambil alih tim. Saat itu ia sedang melatih tim nasional negaranya, Wales, untuk melaju ke Piala Dunia. (Baca artikelnya di sini )
Manchester United membangun ulang tim mereka
Usaha Murphy dan staf kesebelasan bekerja sangat keras untuk mencari pemain. Tapi sejak hari itu, United menjadi kesebelasan yang penuh simpati. Banyak kesebelasan rival yang menawarkan bantuan mereka.
Liverpool dan Nottingham Forest adalah dua kesebelasan pertama yang menghubungi United untuk bertanya tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu United. Apakah mereka bisa meminjamkan pemain atau memberikan uang santunan.
FA juga mencoba membantu United dengan membebaskan aturan “cup-ties” yang bisa membuat satu pemain bermain dengan dua kesebelasan yang berbeda selama satu musim (untuk ajang piala, dalam hal ini adalah Piala FA). Perubahan peraturan ini membuat Stan Crowther datang dari Aston Villa, ia memulai pertandingan pertamanya melawan Sheffield Wednesday satu jam setelah menandatangani kontrak.

Murphy ingat tentang kesepakatan tersebut: “Eric Houghton adalah manajer Villa pada saat itu, dan dia mengatakan kepada Stan (Crowther) bahwa kami tertarik padanya. Dia tidak ingin meninggalkan Villa, tapi Eric menyuruhnya datang ke Old Trafford untuk menyaksikan pertandingan Sheffield Wednesday. Di jalan, dia berpikir bahwa ia harus membantu kami (dengan bermain), tapi Stan mengatakan bahwa ia tidak membawa seragam. ‘Jangan khawatir, saya membawa sepatumu di dalam tas saya,’ kata Eric. Kami bertemu sekitar satu jam sebelum kick-off.”
Ketika itu MU belum bisa menentukan siapa yang dimasukkan pada lembar susunan pemain yang diturunkan pada pertandingan tersebut. Lembar tersebut dibuat kosong tanpa dituliskan satu pun nama pemain. Ruang ganti juga sangat sepi.
Bill Foulkes dan Harry Gregg, dua orang korban yang selamat dari tragedi Munich yang secara mengejutkan dimasukkan ke dalam daftar susunan pemain. Ini yang membuat tim muda, pemain cadangan, dan pemain transfer darurat United menjadi sangat bersemangat dan ternyata mampu menghancurkan Wednesday 3-0. Luar biasa.
“Saya tidak berpikir siapa pun yang bermain dan menonton pertandingan tersebut akan melupakan malam itu,” kata Albert Quixall, pemain Wednesday. “Kami (United) bermain sepenuh hati dan mengeluarkan permainan terbaik, kami tidak peduli kami akan kalah dengan skor berapa,” kata Shay Brennan, pemain berusia 20 tahun yang membuat debut tim utama di sayap kiri, dan mencetak dua gol. Alex Dawson, berusia 17 tahun, menambahkan gol ketiga.
“Pemain yang lebih tua selalu mendorong saya,” kenang Brennan. “Mereka memang sering muncul di pertandingan tim cadangan (reserve) dan memberikan tips. Duncan (Edwards) adalah pemain favorit saya.”
Namun, dua hari setelah kemenangan mengejutkan itu, Edwards meninggal dunia di rumah sakit.
Gugurnya pahlawan masa depan Man United dan timnas Inggris
Ginjal Edwards sudah rusak parah dalam kecelakaan itu. Ginjal buatan sebenarnya cukup untuk menyelamatkan hidupnya, tetapi mengurangi kemampuan darah untuk menggumpal. Edwards mulai mengalami pendarahan internal, dan setelah perjuangan yang panjang, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Seolah tragedi Munich berulang kembali.
Jimat United sudah pergi. Edwards sudah menjadi kekuatan utama, ia adalah pesepakbola yang sempurna. “Dia satu-satunya pemain yang pernah membuat saya merasa rendah diri. Jika saya bisa memilih untuk bermain dengan siapa di sisa hidup saya, saya akan memilih dia,” kata Charlton.
Edwards telah dianggap secara luas hari ini sebagai pemain terbaik yang pernah Inggris miliki. Nobby Stiles mencoba mengenang: “Pada pemakamannya di Worcestershire, pendeta mengatakan bahwa kita akan melihat bakat besar lagi, bahkan pemain yang jenius akan muncul. Tapi hanya akan ada satu Duncan Edwards.”
“Sentimen bisa mempengaruhi penilaian dan perspektif kita, namun tidak demikian halnya dengan dia. Duncan Edwards adalah yang terbesar. Saya melihat dia di dalam pikiran saya,” tambah Charlton.
Setelah tragedi dan kematian Edwards, mempertahankan gelar juara liga menjadi terlalu sulit untuk United, mereka akhirnya merosot ke papan tengah. Di Piala Champions pun mereka langsung tersingkir. Meskipun mereka mengalahkan AC Milan 2-1 di Old Trafford pada leg pertama semifinal Piala Eropa, tim asuhan Murphy dihajar 4- 0 di Italia. Mimpi Eropa United akhirnya berakhir.
Hanya Piala FA yang sedikit memberikan senyuman. Di babak ke enam, United bermain imbang 2-2 melawan West Bromwich Albion, untuk kemudian memenangkan pertandingan ulang dengan skor 1-0.

United akhirnya sampai di babak final Piala FA. Empat pemain yang selamat dari kecelakaan: Charlton, Foulkes, Gregg, dan Dennis Viollet. Busby sendiri hadir menyaksikan langsung di Wembley.
Pada hari itu United memakai phoenix sebagai lambang di dada seragam mereka. Ya, seperti phoenix, yang menjelang akhir hidupnya ia terbakar menjadi abu. Kemudian dari abu tersebut, ia terlahir kembali. Phoenix rising from the ashes.
Tragedi Munich adalah hal terbaik yang pernah terjadi untuk Man United
Pertandingan final Piala FA itu sendiri berakhir untuk kemenangan Bolton Wanderers 2-0, dan musim yang penuh tragedi akhirnya usai sudah, tanpa medali, tanpa gelar, … dan hanya tragedi.
Namun ada sesuatu yang lain, sesuatu yang mempengaruhi takdir dan masa depan Manchester United. “Ini sangat berefek pada keseluruhan aspek di sepakbola, terutama suporter. Ini yang membuat kami lebih bergairah. Suporter ingin Manchester United untuk menjadi yang terbaik,” kata Charlton.
Simon Barnes, menulis di The Times 50 tahun kemudian, ia menyatakan: “Delapan pemain Manchester United yang meninggal di Munich telah menciptakan sesuatu, sesuatu yang mendekati ‘kesempurnaan’. Alih-alih kenangan pahit, mereka meninggalkan sebuah legenda yang melekat dengan abadi, penuh keindahan dan kemuliaan. Sebuah tim terbesar yang pernah ada.”
Sejak saat itu, tidak ada hal lain selain yang terbaik lah yang terjadi kepada takdir tim dan suporter Manchester United. Simpati, rasa hormat, rasa belasungkawa, semuanya bercampur. Hari ini, 57 tahun kemudian, laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, dan seluruh manusia di bumi ini telah mendapatkan sebuah warisan berharga: setiap detail terkenang dari tragedi Munich.
Busby kembali bekerja sebagai manajer pada musim panas setelah itu, dan sekali lagi ia mengatur untuk membangun ulang United. Dalam lima tahun, ia kembali mendatangkan beberapa pemain terbaik yang pernah mengenakan seragam Manchester United.

Tragedi dan simpati telah membantu menarik hati mereka semua: para pemain, tim lawan, tim rival, siapapun yang berkaitan dengan sepakbola.
“Saya tidak sabar untuk sampai ke Manchester United,” seperti yang pernah dikatakan oleh George Best. Best didatangkan oleh United pada tahun 1961 pada usianya yang baru 15 tahun.
“Wolves mungkin merupakan tim yang saya dukung, saya bermimpi untuk bermain di sana. Tapi United adalah kesebelasan besar, dan tragedi Munich telah membawa mereka kepada simpati masyarakat yang luas”, lanjut Best.
Best ingat saat ia bertemu Busby, “Saya mungkin tidak akan tahu bahwa ia adalah manajer United jika tidak ada tragedi Munich. Dada Busby hancur dalam kecelakaan itu dan ia sempat dipastikan akan meninggal. Perannya dalam permainan sangat besar setelah itu, sehingga Anda dapat membayangkan bagaimana perasaan saya, seorang pemain berusia 15 tahun yang datang dari Belfast yang sedang beruji coba, ketika saya menjabat tangannya. Rasanya seperti sedang diperkenalkan kepada Tuhan.”
Tujuh tahun kemudian, pada usia yang hanya baru menginjak 22 tahun, setahun lebih tua dari Edwards ketika dia meninggal, Best mencetak gol ke dua United saat mengalahkan Benfica 4-1 di final di Stadion Wembley untuk dinobatkan sebagai juara Eropa.
Bobby Charlton juga mencetak dua gol, satu dekade setelah delapan dari rekan satu timnya meninggal di Munich.
Busby, pada tahun ke-22-nya sebagai manajer, akhirnya memenuhi mimpinya. “Mereka datang kembali dengan segenap hati mereka untuk menunjukkan kepada semua orang siapa Manchester United sebenarnya. Ini adalah hal yang paling indah yang pernah terjadi dalam hidup saya.”
Busby Babes yang hancur lebur, akhirnya terlahir kembali.
6 Februari 1958, pukul 15:04, waktu memang terasa berhenti seketika untuk Manchester United. Tapi di saat yang bersamaan, cerita sesungguhnya baru saja dimulai. Sebuah cerita yang selamanya akan menggetarkan setiap jiwa yang berhubungan dengan Manchester United dan sepakbola.
===
* Akun twitter penulis: @dexglenniza dari Pandit Football Indonesia
Baca kisah lain seputar Tragedi Munich 1958:
United Pasca Tragedi Munich sebagai Manchester Phoenix
Suatu Hari, 6 Februari 1958 ...
Nada-Nada dari Munich 1958
Romantisme Bocah-bocah Busby
Tragedi Pesawat Munich 1958 dalam Infografik
Infografik Kronologi Tragedi Pesawat Munich 1958
(din/a2s)