Dalam hidup, segala sesuatu yang berkaitan dengan "yang pertama" akan menjadi penting. Kehadiran "yang pertama"-lah yang memungkinkan munculnya para pengikut lain, seperti manusia pertama di bumi, perang dunia pertama, atau mungkin anak pertama yang diidam-idamkan setiap pasangan.
Β
Dari "yang pertama"-lah manusia akan belajar untuk membuat kesalahan dan menentukan keputusan yang akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Karena itulah, "yang pertama" atau yang meletakkan pondasi tak selamanya sukses. Ia hanya hadir untuk membuka jalan bagi kejayaan-kejayaan selanjutnya.
Tak terkecuali di sepakbola. Inggris mungkin mengaku sebagai peletak dasar sepakbola modern pertama. Namun bukan berarti mereka yang paling berkuasa.
Demikian pula di Italia. Adakah yang tahu siapa penguasa sepakbola Italia pertama? Kebanyakan orang mungkin menerka Juventus, AC Milan, Inter Milan, atau bahkan duo Roma sebagai kaisar pertama Serie-A. Namun jawabannya bukan pada lima klub di atas. Penguasa pertama Italia justru kini terkubur jauh-jauh di dasar piramida sepakbola, tepatnya di divisi amatir. Jauh dari ingatan dan dari ingar-bingar kesuksesan industrialisasi sepakbola saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena Marcello Bertinetti Menonton Pertandingan Juventus
Cerita dimulai pada tahun 1892, ketika klub dibentuk oleh seorang guru lokal bernama Domenico Luppi. Usaha baru ini muncul dengan nama Societa Ginnastica Pro Vercelli dan awalnya mengkhususkan diri di bidang senam dan permainan anggar.
Sebelas tahun kemudian, pemain anggar peraih medali emas Olimpiade yang masih seorang siswa SMA, Marcello Bertinetti kembali ke Vercelli setelah menonton pertandingan Juventus. Ia kemudian membangun tim sepakbola US Pro Vercelli Calcio di bawah naungan Societa Ginnastica Pro Vercelli.
Bertinetti tak mengembangkan klub sendirian.
Sebulan kemudian dalam pertandingan persahabatan, dua pemain klub Pietro Leone, Giuseppe Milano dan kapten tim masa depan Guido Ara di Vercelli datang. Ingin bergabung dengan Pro Vercelli, kala itu mereka ditanyai oleh eksekutif klub tentang motif di balik niatan mereka. Ara pun menjawab, "Untuk menjadi juara Italia."
Jawaban ini kemudian disambut ejekan dari penguasan Societa Ginnastica Pro Vercelli.
Tapi klub yang baru lahir ini memulai perjalanan yang luar biasa. Pro Vercelli memainkan pertandingan resmi pertama mereka tanggal 3 Agustus 1903 melawan Forza e Constanza.

(provercelli.homestead.com)
Tidak sampai satu tahun usia Pro Vercelli, mereka disibukan mencari warna identitas kesebelasan. Pro Vercelli kemudian memakai identitas garis-garis hitam dan putih, seperti Juventus, dengan mengecat kaus mereka masing-masing.
Namun pemain merasa lelah karena harus mengecat garis-garis hitam dan putih di kaus mereka yang berulang kali memudar ketika dicuci. Akhirnya pun mereka memilih untuk mengenakan warna putih pada kaus tim dan hitam di bagian celana.
Ara di Vercelli dianggap oleh banyak orang sebagai superstar pertama di sepakbola Italia. Ia terkenal memiliki dribbling serta passing indah dan mendapat julukan 'L'elegante Guido' (Guido yang Elegant).
Namun keindahannya tersebut dibarengi dengan kemauannya untuk mengandalkan benturan fisik. Ia pun pernah berujar, "Sepakbola bukan untuk gadis kecil."
Vercelli sendiri adalah klub Italia pertama yang membuat pelatihan dan regenerasi. Tim itu terdiri dari anak muda, pemain kelas menengah dan mereka mampu menjalankan latihan lebih intens. Bola mati menjadi santapan latihan setiap hari. Itu didasarkan karena Pro Vercelli dominan menggunakan taktik bola panjang.
Berkat pola latihan yang terjadwal-lah pemain mereka memiliki keunggulan dalam hal kebugaran dan fisik yang baik sehingga Pro Vercelli mendapat julukan The Leonis (Lions).
Scudetto Pertama Bermodalkan Sukacita
Meskipun mencapai divisi utama pada tahun 1907, Vercelli masih sebuh klub amatir dan para pemainnya tidak dibayar. Para pemain menjalani permainan atas dasar sukacita. Dan atas dasar bermain dengan sukacita inilah mereka mampu meraih Scudetto pertama di tahun 1908 dan Scudetto kedua di tahun 1909.
Namun upaya untuk meraih gelar ketiga secara beruntun harus dirusak oleh Inter setelah Federasi Sepakbola Italia (FIGC) memutuskan untuk mengubah aturan dengan menentukan juara dengan cara play-off setelah kedua kesebelasan memilik poin sama di akhir kompetisi. Meskipun Vercelli memiliki selisih gol lebih baik.
FIGC yang saat itu sangat berambisi untuk menjadi perintis play-off, memilih tanggal untuk mempertemukan calon juara, Inter Milan dan Pro Vercelli. Tanggal yang dipilih FIGC ini menuai banyak kontroversi karena beberapa pemain Vercelli sebelumnya telah berkomitmen untuk bermain di Queens Cup, turnamen militer di Roma.
Vercelli protes, tapi tidak didengar.

(RunofPlay.com)
Vercelli pun akhirnya menurunkan tim lapis empat mereka yang merupakan tim anak-anak dan remaja. Pemain tertua Vercelli yang berjuang untuk merebut scudetto ke-3 mereka hanya berusia 15 tahun. Meskipun mereka sadar harus menghadapi kesebelasan yang berotot orang dewasa, anak-anak dari Vercelli akhirnya sukses mencetak 3 gol, meskipun pada akhirnya Inter berhasil meraih gelar scudetto pertama mereka, setelah mengalahkan anak-anak dari Vercelli dengan skor 10-3.
Kekalahan di final ditebus di musim berikutnya dengan berhasil merebut kembali gelar scudetto dari Inter. Semangat dan amarah atas ketidakadilan ini terus mereka bawa hingga merebut gelar scudetto tiga kali berturut-turut dalam kurun waktu 1910-1913.
Setelah meraih lima gelar, Pro Vercelli harus menunggu sampai 1920-1921 untuk memenangkannya kembali di musim 1920/1921.
Di musim 1921-1922, setelah perselisihan mengenai struktur kompetisi liga Italia, FIGC terbelah. Semua tim utama membentuk Konfederasi Independen Football Italia (CCI). Pro Vercelli bergabung dengan liga CCI dan Pro Vercelli memenangkan gelar ketujuh dengan sang kapten, Ara, telah beralih menjadi pelatih.
Setelah itu, Pro Vercelli diundang untuk memainkan pertandingan persahabatan melawan Liverpool yang ketika itu menyandang juara Liga Inggris. Pada semua pertandingan persahabatan yang dilakoni Liverpool, mereka sukses melumat semua lawan. Dan untuk melawan Pro Vercelli, Liverpool hanya mampu meraih hasil imbang.
"Mereka belum pernah mengalahkan kami hari ini," kata Ara, "dan mereka tidak akan pernah mencapainya."
Kehancuran Datang Seiring Perubahan

(soccerway)
Dengan keuangan yang teramat minim, Pro Vercelli harus rela tersisih dari kasta tertinggi akibat perubahan sistem baru di Liga Italia yang mulai beralih menjadi profesional. Vercelli tidak mampu bersaing dengan klub-klub kaya yang berasal dari kota-kota besar.
Ketidaksanggupan mereka untuk bersaing juga disebabkan kepergian Ara. Ia pergi di tahun 1926 untuk melatih Como meski sempat kembali di tahun 1932 hingga 1934. Setelah Ara kembali meninggalkan Pro Vercelli untuk selamanya, The Leonis pun akhirnya harus terdegradasi ke Serie B.
Musim 1947/1949 pun menjadi periode panjang untuk Leonis. Mereka harus terdegradasi dari Serie B, dan bahkan selanjutnya harus terus merosot ke Liga Amatir akibat dilanda kebangkrutan. Terlalu lama nama Pro Vercelli tenggelam di kasta bawah membuat mereka terlupakan sebagai kesebelasan yang dulu pernah menguasai sepakbola Italia selama 14 tahun.
Kini sebagian orang hanya mampu mengenal Juventus sebagai penguasa Italia dan AC Milan sebagai wakil Italia yang menjadi tim tersukses di kompetisi Eropa. Namun, dahulu kala, pernah muncul nama klub Pro Vercelli sebagai penguasa pertama.
====
*penulis biasa menulis di situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @randyprasatya
(roz/a2s)