Di luar Italia, nama Derby della Lanterna antara Genoa C.F.C dan U.C. Sampdoria memang tak setenar Derby della Madoninna antara dua kesebelasan kota Milan, Derby Roma, atau Derby D’Italia antara Juventus dan Inter Milan.
Namun, bukan berarti tak ada luapan emosi derby di antara klub kota pelabuhan tersebut. Bahkan, derby yang dinamai dari sebuah mercusuar di pelabuhan kota Genoa ini dinilai sebagai derby kebelasan sekota terpanas di Italia hingga saat ini.
Kala Sampdoria terdegradasi ke Serie B pada musim 2011, suporter Genoa pun tak segan-segan memperingati 'kematian' sang musuh dengan mengheningkan cipta di stadion. Di tengah kota, mereka juga mengarak peti mati dan melakukan prosesi pemakanan untuk mengejek kejatuhan Sampdoria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampdoria melawan Genoa berbeda dengan derby lainnya [di Italia]. Saya telah merasakan semua derby dan [derby] Lanterna memiliki semua itu. Derby ini menyajikan lebih banyak kebencian dibanding yang lain, ini yang membuatnya menjadi seru."
Derby antara dua kesebelasan kota Genoa, kota terbesar keenam di Italia, ini mungkin baru pertama terjadi pada tahun 1946. Namun sejarah bagaimana kesebelasan Sampdoria terbentuk menjadi awal dua kesebelasan ini saling melempar dengki.
Sampdoria Lahir Karena Kebencian Mussolini Terhadap Genoa
Pada mula-mula sepakbola berkembang di Italia, ada tiga klub di kota pelabuhan tersebut yaitu Genoa C.F.C, Society Andrea Doria, dan Sampierdarense. Di antara ketiganya, Genoa menjadi yang terkuat.
Doria hanya menang tujuh kali dari 44 pertemuan dengan Genoa, sementara Genoa memenangi 28 pertandingan hingga tahun 1946. Nasib serupa dialami Sampierdarense. Tiga belas pertemuan melawan Genoa hanya berbuah satu kemenangan bagi Sampierdarense yang sering disebut juga Sampier.
Sebenarnya wajar jika Genoa memiliki skuat lebih hebat. Pasalnya, kesebelasan tersebut merupakan salah satu yang tertua di Italia. Dari awal terbentuk pada 1893 hingga 1924, sembilan gelar kompetisi teratas Italia telah dimiliki mereka.
Keberhasilan Genoa tak lepas dari tangan dingin pelatih asal Inggris, William Garbutt. Ada yang mengatakan Garbutt yang tak memiliki pengalaman melatih ini ditunjuk oleh salah satu pelatih legenda di Italia, Vittorio Pozzo.
Garbutt mengisi skuatnya dengan para pemain Inggris. Pada 1912, terdapat delapan pemain Inggris yang menghuni skuat Rossoblu. Dengan bantuan dari para pemain asal Inggris ini, Garbutt berhasil memberikan tiga scudetto bagi Genoa.
Kesuksesan ini menimbulkan kebencian bagi seorang diktator Italia yang berpaham fasis, Benito Mussolini. Ia tak rela sebuah kesebelasan yang beranggotakan para pemain non-Italia menjadi penguasa tanah kelahirannya. Genoa dianggap sebagai antek Inggris.

Lantas ia pun memerintahkan agar Sampier dan Doria menggabungkan kekuatan untuk melawan dominasi Genoa. Pada 1927, terciptalah La Dominante Genova. Penamaan La Dominante, sebagaimana terlihat dari akar katanya yaitu dominan, adalah harapan kesebelasan yang baru tersebut mengambil pucuk kekuasaan dari tangan Genoa.
Namun harapan tinggal harapan. Kesebelasan 'bentukan' Musolini ini hanya bertahan selama tiga tahun. Pendukung Samper dan Doria tak terkesan atas performa La Dominante. Pada Italian Football Championship, kompetisi teratas sebelum Serie A, La Dominante hanya dua kali finis di urutan ke-10, bahkan tak terpilih sebagai peserta musim pertama Serie A.
Pada musim pertama di Serie B, La Dominante gagal promosi ke Serie A karena hanya berada di peringkat tiga klasemen akhir. Musim berikutnya pada 1930-1931, La Dominante melemah. Di akhir musim mereka harus menelan pil pahit menjadi peringkat terakhir klasemen Serie B sehingga terdegradasi ke Serie C.
Karena kegagalan ini, La Dominante pun pecah. Sampierdarense dan Andrea Doria memilih jalannya masing-masing. Sampierdarense kembali ke Serie B pada musim berikutnya dan Andrea Doria berkutat di Serie C.
Sampier berhasil melenggang ke Serie A untuk pertama kalinya pada musim 1933-1934. Lalu, saat mereka mengakhiri musim di urutan ke-5 di Serie A musim 1938-1939, mereka melakukan merger dengan kesebelasan asal Genoa lain, yakni Corniglianese dan Rivarolese, untuk melahirkan Associazione Liguria Calcio.
Di Serie A, Liguria bertemu kembali berkesempatan berhadapan dengan Genoa C.F.C, sang penguasa kota Genoa. Namun peta kekuatan masih belum memihak pada sang penantang karena saat itu Genoa masih merupakan satu kesebelasan kuat di Serie A. Dari 16 pertemuan, Liguria hanya memenangi kurang dari lima pertandingan.
Selama Liguria bertarung 'sendirian' melawan Genoa, Andre Doria perlahan-lahan menunjukkan kemajuan yang baik. Hingga pada akhirnya mereka berhasil ke Serie A untuk pertama kalinya pada musim 1945-1946.
Mendapati Doria telah menampilkan peningkatan kualitas, Liguria yang didalamnya terdapatt Sampierdarense, kembali menyatukan kekuatan untuk meruntuhkan Genoa C.F.C. Dan pada 12 Agustus 1946, setelah Perang Dunia II usai, Samper dan Doria bergabung dan menciptakan Unione Calcio Sampdoria.
Warna seragam baru pun diciptakan untuk menunjukkan rasa kebersamaan Sampier dan Doria. Warna merah-hitam Sampier dan biru berpolet putih Doria pun melahirkan simbol warna seragam Sampdoria hingga saat ini.
Derby della Lanterna sebagai Penentuan Penguasa Kota Genoa

Kelahiran Sampdoria dianggap sebagai bentuk tantangan bagi Genoa, khususnya para pendukungnya. Hal ini terjadi karena presiden Sampdoria kala itu, Amedeo Rissotto, meminta pada pemerintah Genoa untuk berbagi Stadion Luigi Ferraris, kandang Genoa C.F.C, sebagai kandang Sampdoria.
Pemerintah kota tak mempermasalahkannya karena Sampdoria pun berasal dari kota Genoa.
Maka terjadilah pertemuan derby pertama pada 3 November 1946, giornata 7 Serie A. Sampdoria yang berstatus sebagai tuan rumah, membuka Derby della Lanterna dengan kemenangan meyakinkan, 3-0.
Saat itu Genoa tampil buruk sepanjang musim. Pada 17 laga pertama, Genoa hanya menorehkan dua kemenangan. Pada pertemuan kedua, Genoa berstatus sebagai tuan rumah, Genoa kembali tumbang di tangan Sampdoria dengan skor 2-3.
Bisa dibilang, saat itu adalah pertama kalinya identitas Genoa sebagai salah satu kesebelasan besar di Serie-A mulai meluntur.
Anggapan itu tak sepenuhnya salah. Nyatanya, sejak kehilangan magis Garbutt, pelatih Inggris yang membesarkan Genoa, kesebelasan tersebut memang bukan lagi sebuah kesebelasan besar. Tak ada satu pun scudetto diraih setelah Italian Football Championship berubah menjadi Serie A. Padahal, sebelum menjadi Serie A, Genoa selalu berada di papan atas Italian Football Championship.
Situasi memang telah berbalik. Saat Genoa sedang terpuruk, Sampdoria muncul sebagai kekuatan baru. Trofi Serie A, trofi yang tak bias diraih Genoa, diraih Sampdoria pada musim 1990-1991. Empat gelar Piala Italia dan satu trofi Super Coppa pun melengkapi koleksi gelar juara Blucherciati.
Tak hanya di liga domestik, Sampdoria pun melebarkan sayapnya ke Eropa. Pada akhir 1980an, Sampdoria sekali menjuarai Piala Winners UEFA dan sekali menjadi runner-up. Kala berstatus jawara Italia pun Sampdoria berhasil menjadi runner-up di Piala Eropa, sekarang Liga Champions.
Awal 90an memang merupakan masa keemasan Sampdoria. Saat itu, Il Samp diperkuat oleh talenta-talenta terbaik Serie A. Dilatih oleh pelatih legendaris asal Yugoslavia, Vujadin Boskov, Sampdoria diperkuat oleh pemain macam Gianluca Pagliuca, Pietro Vierchowood, Gianluca Vialli dan sang kapten, Roberto Mancini.
Di final, mereka ditumbangkan Barcelona yang dilatih oleh Johan Cruyff.
Namun hal itu tak membuat para pendukung Genoa mengakui kehebatan Sampdoria. Para pendukung Genoa tetap menganggap bahwa Genoa lebih besar dari Sampdoria karena pernah 9 kali menjuarai Italian Football Championship.
Kemenangan Sampdoria pada pertemuan pertama musim 2014-2015 mengganjilkan kemenangan Sampdoria menjadi kemenangan ke-13 atas Genoa dalam 25 tahun terakhir. Jika ditotal secara keseluruhan, 91 pertandingan yang mempertemukan keduanya berakhir 34 kemenangan untuk Sampdoria, 34 seri, dan 23 kemenangan untuk Genoa.
Sampdoria unggul.
Pada akhir pekan ini, keduanya kembali bersua. Laga ini pun tentunya tak kan kalah sengit dengan pertarungan Derby della Lanterna lainnya. Apalagi kini kedua kesebelasan saling berdampingan di klasemen sementara Serie A, Sampdoria 6 dan Genoa 7 dengan poin sama 35.
Genoa tentunya tak mau lagi menelan kekalahan. Meski berstatus tamu pada pertemuan ke-92 ini, Genoa memiliki misi untuk menang dan menunjukkan bahwa mereka tak kalah hebat dibanding Sampdoria. Untuk menunjukkan siapa penguasa kota Genoa yang sebenarnya.
Sementara Sampdoria, masih terus menjaga mimpi Mussolini yang tak ingin para asing menguasai kota Genoa.
====
*penulis biasa menulis untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi
(roz/roz)











































