Estetika yang Tak Ternilai Uang

Sponsor di Kostum Kesebelasan (Bagian 2-Habis)

Estetika yang Tak Ternilai Uang

- Sepakbola
Rabu, 04 Mar 2015 19:16 WIB
ist.
Jakarta -

Pada tulisan bagian pertama (baca di sini), FIFA menjelaskan ada dua hal esensial mengapa mereka mengatur—yang di dalamnya juga melarang kehadiran sponsor—sedemikian rinci kostum yang dikenakan kesebelasan nasional: (1) Menjaga estetika, (2) Menjaga ekslusifitas sponsor kompetisi.

Alasan-alasan tersebut memperlihatkan bahwa FIFA bukanlah kelompok puritan yang menginginkan sepakbola bersih dari komersialisasi. Badan yang diketuai Sepp Blatter tersebut menginginkan industri masuk ke sepakbola. Namun, ada batas-batas tertentu yang mesti dituruti oleh semua kesebelasan dan penyedia kostum (apparel) agar estetika tetap terjaga.

Ini yang membuat FIFA menghukum Puma pada 2004 karena melanggar 'estetika' tersebut. Mereka membuat kostum kesebelasan nasional Kamerun dengan bahan yang tipis dan ketat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asosiasi Sepakbola Inggris, FA, melakukan hal yang sama. Walaupun sudah 38 tahun sejak pertama kali sponsor di kostum diperbolehkan pada 1977, tapi FA juga memberikan aturan yang ketat. Hal-hal rinci seperti penempatan logo, hingga hal yang lebih makro seperti jenis sponsor yang dilarang, diatur dalam dokumen yang disusun setiap musimnya.

Agar Tipografi Lebih Rapi

Urusan kostum, Liga Inggris mungkin salah satu yang paling rumit dan serba terbatas. Kesebelasan dan perancang busana kostum tidak bisa dengan bebas menggunakan jenis huruf dan angka tertentu. FA telah menetapkan bahwa seluruh kesebelasan di Premier League harus menggunakan jenis huruf dan angka yang sama.

Kesebelasan hanya bisa mengubah jenis huruf dan angka mereka jika bermain di luar kompetisi yang diatur FA seperti pertandingan pra-musim, dan kompetisi Eropa.

Misalnya, warna huruf dan angka pada kostum ketiga Arsenal berwarna putih saat berlaga di Premier League, dan hijau terang saat berlaga di Liga Champions. Pun dengan jenis huruf dan angka Liverpool yang terlihat lebih padat dan tebal saat bermain di Liga Champions. Melalui aturan ketat itulah, FA sedang mencoba menerapkan standar.

Mereka yang Dilarang

Kesebelasan tidak boleh memuat pesan ataupun tulisan yang bersifat kebencian, ancaman, kasar, hinaan, diskriminasi, pesan yang menyerang, dan pesan politik. Dari jenis sponsor, FA hanya melarang sponsor dari produsen rokok, sementara dari rumah judi, bir, dan rentenir masih diperbolehkan.

Pesan “kebencian” atau “diskriminasi” seperti yang tertulis di atas, termasuk jika pemain membuka kaus saat merayakan gol. Selain dihukum oleh wasit, pengelola liga juga berhak memberikan hukuman tambahan.

Ada kalanya kesebelasan ingin memberi dukungan, misalnya, kepada rekannya yang sakit dengan mengenakan kostum khusus saat memasuki lapangan. Untuk hal tersebut, mereka harus sudah mengantongi izin dari pengelola liga. Tanpa izin, siap-siap saja mendapatkan sanksi.

Pengaturan jenis sponsor pada kostum di Liga Inggris terbilang bebas. Namun, FA membatasi jenis sponsor tersebut bagi pesepakbola yang masih berusia di bawah 18 tahun. Ketentuannya adalah sponsor tersebut mengganggu kesejahteraan (judi dan rentenir) dan kesehatan masyarakat (alkohol).

Saat Sponsor Menghilang dari Kostum

Laga antara Galatasaray menghadapi Real Madrid pada babak perempatfinal Liga Champions musim 2012/2013, menghadirkan kerutan di dahi penggemar.Tidak seperti biasanya, Madrid tampil dengan kostum polos tanpa logo “Bwin” pada bagian dada. Padahal, “Bwin” sudah melakukan kerjasama bernilai 60 juta dollar dengan durasi tiga tahun.

Apa yang dilakukan Real Madrid bukanlah tanpa dasar. Mereka merujuk pada aturan UEFA yang secara tegas melarang penyematan logo sponsor jika bertentangan dengan aturan yang ada pada suatu negara tempat pertandingan berlangsung.

Karena pertandingan digelar di Stadion Ali Sami Yen, maka Real Madrid harus tunduk pada aturan Pemerintah Turki yang melarang segala jenis perjudian, termasuk sponsor judi karena sifatnya yang mengajak.

Madrid sebenarnya bisa jika memilih tidak tampil polos. UEFA memberikan sejumlah pilihan seperti menggunakan sponsor program UEFA, atau sponsor kegiatan amal. Namun, Madrid lebih memilih tampil polos.

Pemerintah Prancis sendiri melarang iklan alkohol dan rokok. Aturan ini sudah diterapkan sejak 1991 untuk semua ajang olahraga. Kompetisi Rugby Eropa yang bernama “Heinekken Cup” menjadi hanya “H Cup” di Prancis. Di Liga Champions pun, logo “Heineken” berubah menjadi tulisan “Enjoy Responsibly”.

Selain Prancis, Russia, Ukraina, dan Norwegia juga melakukan pelarangan terhadap sponsor alkohol. Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, kapan?

Aturan UEFA Lebih Sederhana

UEFA sebenarnya punya aturan yang lebih sederhana tentang logo sponsor pada kostum pemain. Mereka mensyaratkan sponsor tersebut sama seperti sponsor kompetisi domestik, yang sudah disetujuioleh asosiasi negara masing-masing.

Secara spesifik, UEFA “hanya” minta disediakan ruang kosong di kedua tangan untuk disematkan logo kompetisi dan tulisan “respect”. Hal-hal lainnya merupakan peraturan yang mengatur secara luas seperti tidak boleh ada sponsor selain di kostum, celana, dan kaus kaki, termasuk tidak boleh ditempatkan di kit bag, tas P3K, dan botol minum pemain.

Pemilihan kostum juga diatur. Kesebelasan tuan rumah boleh memilih warna terlebih dahulu. Jika tak sepakat, maka UEFA yang mengambil keputusan. Saat di tengah lapangan, jika wasit kebingungan soal warna kostum, maka ia yang berhak menentukan.

Soal warna ini terjadi di Liga Inggris pada musim ini. Walau bermain tandang, tapi Chelsea dan Everton tetap mengenakan kostum biru-biru saat menghadapi Manchester City yang berkostum biru muda. Anehnya, Manchester City mengenakan kostum putih-hitam (bukan biru muda) saat main tandang menghadapi Leicester City yang berkostum biru-putih.

Pemilihan kostum ini biasanya disetujui saat manager meeting. Namun, saat pertandingan, wasit bisa memutuskan kostum warna apa yang dikenakan.
Selebihnya, UEFA mengatur seperti nomor pemain yang hanya dari nomor 1 hingga 99, serta nomor 1 hanya dipakai untuk penjaga gawang.

Membatasi Apparel

Penyedia kostum (apparel) mendapatkan ruang “gratis” di kostum pemain. Ini akan menguntungkan bagi apparel kesebelasan nasional di kompetisi FIFA, karena hanya mereka satu-satunya logo komersial yang tertera pada kostum pemain.

Anda mestinya sadar mengapa Adidas menggunakan tiga garis strip pada bagian pundak, ketimbang garis tebal sepanjang bahu.



FIFA secara tegas membatasi ruang bagi apprel untuk menampilkan kekhasannya. Apparel juga tidak bisa secara bebas menggunakan logonya, kecuali sudah terdaftar pada FIFA yang membuat lima jenis identifikasi: name, logo, product line, figurative logo, dan script. Apparel tidak diperkenankan memunculkan lebih dari tiga identifikasi yang telah terdaftar tersebut. Ukuran logo pun dibatasi menjadi hanya 20 sentimeter persegi.

FIFA mengatur penambahan logo yang menjadi kebiasaan sejumlah apparel. Selain sepanjang bahu, Adidas biasanya melingkarkan tiga garis pada ujung lengan. FIFA menysaratkan tidak boleh lebih dari delapan sentimeter baik di kostum maupun di celana.

Jika Adidas menggunakan 'tiga garis', Umbro biasanya menggunakan garis tebal dengan logo umbro yang berderet. Penggunaan 'tiga strip' di ujung lengan juga maksimal hanya delapan sentimeter, pun dengan logo 'umbro' yang biasanya disimpan di kedua sisi di bawah lengan.

Harus Sesuai Ketentuan

Jika aturan FIFA terkait kostum mencapai 92 halaman, aturan FA sebenarnya hanya memuat 24 halaman. Lain halnya dengan FIFA yang mengatur tentang “boleh atau tidak”, FA sendiri lebih fokus kepada bagaimana sponsor mesti ditempatkan pada bagian depan kostum.

Sponsor pada bagian depan kostum diatur maksimal 200 sentimeter persegi. Pada bagian lain, seperti punggung, celana, dan kaus kaki, maksimal hanya 100 sentimeter persegi.

FA juga memberi tahu cara bagaimana menghitung luas dari objek yang simpel seperti persegi panjang, lingkaran, trapesium, ketupat, hingga yang dua buah persegi panjang.



Perhitungan ini juga akan berubah tergantung latar dari logo sponsor tersebut. Logo dengan latar hitam seperti kostum Wolfsburg di atas, berarti dihitung seluas persegi panjang. Latar hitam turut dihitung sebagai bagian dari logo sponsor.



Untuk sponsor Southampton di atas, hitungannya juga lain lagi. Walaupun menggunakan latar putih, tapi yang dihitung hanyalah tepat dari huruf “f” hingga “m”. FA beralasan latar putih sama seperti dengan warna kostum. Tentu, hitungan ini juga akan berubah pada kostum tandang.

Jika Southampton mengenakan kostum tandang biru tua, dengan sponsor berlatar putih, cara menghitungnyanya akan sama seperti Wolfsburg di atas. Kecuali, logo sponsor hanya tertulis begitu saja, dengan latar warna kostum tandang.



Paling menguntungkan untuk sponsor adalah menempatkan logo mereka pada desain kostum khas kesebelasan itu sendiri. Contohnya, Garmin yang tepat berada di “chest ring” dari kostum Middlesbrough. Hal ini menciptakan adanya latar khusus, padahal latar tersebut memang begitu adanya.

Mengapa Sponsor Mesti Diatur?

Jika yang bicara adalah mereka yang tidak menginginkan industrialisasi pada sepakbola, jawabannya jelas: sejak jaman Manchester United masih bernama Newton Health sekalipun, tidak ada sponsor yang menempel pada kostum!

Sebenarnya, alasannya malah kebalikan dari hal itu. Kostum sepakbola menjadi salah satu pemasukan bagi kesebelasan. Mereka, baik yang bekerjasama dengan penyedia kostum ataupun tidak, mendapatkan keuntungan dari kostum. Masalahnya adalah maukan penggemar membeli kostum dengan desain yang buruk?

Kostum adalah bentuk komunikasi kesebelasan dengan khalayak ramai. Mengapa kostum merah identik dengan Manchester United, Liverpool, dan Arsenal, sedangkan kostum biru identik dengan Chelsea dan Everton? Bagaimana misalnya, suatu saat jika Manchester United mengganti kostum utama menjadi warna kuning? Pasti tidak sedikit fans yang menolak, karena United sudah populer dengan kostum merah.

Ini pula yang terjadi pada Cardiff City. Sang pemilik baru, Vincent Tan, dengan semena-mena mengubah warna kostum Cardiff dari biru menjadi merah. Warna utama Cardiff malah menjadi kostum tandang. Vincent beralasan kalau warna merah menggambarkan keberuntungan. Pria asal Malaysia tersebut bahkan mengubah logo Cardiff dari burung biru menjadi sebuah naga!

Penggemar Cardiff pun protes karena merasa identitas mereka sudah hilang. Mereka pun menolak mengenakan kostum berwarna merah, dan membeli kostum sebelum logo mereka diganti menjadi naga.

Terdapat tiga prinsip desain: kesatuan, keselarasan, dan keseimbangan. Dalam membuat kostum, penyedia kostum umumnya memiliki desainer sendiri. Tanpa sponsor, umumnya kostum sudah memiliki nilai estetika itu sendiri. Sponsor harus ditempatkan pada posisi dan proposi yang sesuai.

Kehadiran sponsor pada kostum pemain bukan sekadar mencirikan mereka dagang perusahaan itu saja, tapi nama besar kompetisi juga dipertaruhkan. Tanpa aturan, barangkali mudah dari kita menemukan kostum kesebelasan yang “norak” karena sponsor minta yang macam-macam.

Liga Spanyol sempat dipermalukan oleh La Hoya Lorca dan CD Lugo. La Hoya Lorca menempatkan brokoli sebagai latar kostum dengan tiga sponsor di dada. CD Lugo sendiri memiliki desain bibir gelas bir, karena bekerjasama dengan produsen bir. Kostum kiper mereka tak kalah “unik” karena menempatkan tentakel gurita.

Menilik pada argumen FA, penyantuman lebih dari satu kostum pada bagian dada, sebenarnya tidak menghargai ekslusifitas sponsor.Hal lainnya menyangkut estetika. Karena tidak ada standar baku yang mungkin berbeda-beda pada setiap orang, membuat estetika menjadi perkara yang lebih sumir, juga sulit untuk dinilai dengan uang.




===

* Akun twitter penulis: @Aditz92 dari @panditfootball

(din/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads