Bicara soal melawan kemustahilan untuk menjadi berjaya, Nottingham Forest punya kisahnya. Klub yang mengantongi dua gelar di kompetisi Eropa ini tak melakukannya dengan mudah.
Sebelum tahun 1976, atau tepatnya sebelum kedatangan seorang Brian Clough dan tangan kanannya Peter Taylor, kesebelasan asal Notinghamshire Inggris, daerah Midlans Timur Inggris yang berbatasan dengan Yorkshire Selatan di Utara Barat tersebut memang tak pernah membayangkan bisa mengalami masa-masa ketika mereka dikenal sebagai jawara Britania.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi semua berubah ketika Clough datang pada 6 Januari 1975 dan kemudian disusul oleh Peter Taylor setahun selanjutnya.
Atas tangan dingin keduanya, Nottingham berhasil menjuarai First Division 1977/1978 dan dilengkapi sepasang piala European Cup (nama lama Piala/Liga Champions) 1979 dan 1980. Jumlah yang sama diraih pada League Cup 1978 dan 1979 serta dua gelar lainnya, masing-masing European Super Cup, juga FA Charity Shield 1978.
Si Ceplas Ceplos Brian Clough, Sekaligus Motivator yang Baik
Clough datang ke City Ground, markas Nottingham, dengan membawa cerita beragam. Ia pernah meloloskan Derby County ke puncak piramida kompetisi dengan menjadi juara Divisi Kedua, lalu menjadi juara Divisi Pertama pada 1971/1972.
Akan tetapi, keisengannya mengundurkan diri berujung keributan dengan pihak direksi Derby. Sempat mengasuh Brighton & Hove Albion selama satu musim, Clough pun lalu minggat karena karena merasa tidak senyaman rumahnya di Derbyshire.
Dari kota pesisir pantai tersebut Clough kemudian ditawari untuk menangani salah satu tim terbesar di Inggris saat itu, Leeds United. Ia dianggap mampu untuk meneruskan kesuksesan Don Revie, manajer sebelumnya yang menjadikan Leeds raksasa.
Siapa sangka, ketika didapuk menjadi pelatih Leeds United pun Clough lebih sering bertengkar dengan pemain. Tak ayal Clough pun ditendang akibat dianggap tidak bisa meneruskan kesuksesan.
Clough memang dikenal sebagai salah satu manajer yang sering bicara terlampau tinggi. Namun itu hal wajar, mengingat dahulu sebelum sukses, ia sering dipandang sebelah mata. Hanya bertahan selama 44 hari di Leeds, Nottingham βThe Tricky Treesβ Forest dijadikan destinasi berikutnya oleh Clough, meski dengan risiko mendapatkan gaji lebih rendah daripada membesut Leeds United.

Memang, ia datang ketika kesebelasan bewarna merah ini tengah kesulitan dana. Untuk membeli pemain saja mereka tidak sanggup. Bahkan, Nottingham akan menjual beberapa pilar kunci mereka, seperti yang diceritakan beberapa paragraf sebelumnya.
Clough sendiri tipikal pelatih yang sangat bergantung kepada pemain andalan. Tiga bulan pertama diawali tanpa kemenangan untuk Nottingham, kecuali pada laga debutnya ketika ia mampu mengalahkan Tottenham Hotspurs 1-0 pada piala FA. Kemenangan itu pun berbau keberuntungan karena para penggawa Tottenham terlambat datang 10 menit sebelum kick-off.
Keterpurukan Clough semakin membuktikan jika dirinya tidak sanggup berjalan sendirian. Bagaimanapun juga, ia tetap membutuhkan pasangan sejatinya yakni sang pencari bakat, Peter Taylor.
Keduanya sempat berpisah kala Clough membatalkan kerjasama dengan Brighton dan pindah ke Leeds. Taylor tetap bertahan kemudian menjadi pelatih kepala bersama Brighton.
Setelah keduanya berbaikan, orang yang dibutuhkan Clough itu pun datang ke Nottingham pada Juli 1976.
Peter Taylor, Pencari Bakat Terbaik Bagi Nottingham
Seorang Clough memang tidak akan sukses tanpa tangan kanannya tersebut. Mereka sudah saling mengenal sejak masih menjadi pemain di Middlesbrough di Tahun 1955 hingga 1961. Keduanya dipersatukan kembali ketika Clogh menjadi pelatih di Hartlepools United dan Taylor menjadi asistennya.
Kebersamaan mereka terus berlanjut ke Derby County di Tahun 1967 sampai 1973, lalu sebagaimana diceritakan sebelumnya Clough dan Taylor berpisah ketika sanga tangan kanan tak mau mengikuti Clough ke Leeds United.
Perpisahan Clough dan Taylor pun sempat disesalkan oleh Leeds. Jelang pemecatan Clough, direksi sempat berujar bahwa, "Kenapa kita tidak mengontrak Clough bersama Taylor juga?"
Clough dan Taylor memang ibarat sayur tanpa garam. Kedua pria itu saling melengkapi dengan kemampuan masing-masing. Sang pelatih pintar menyusun konsep dengan visi sekaligus menjadi motivator yang hebat. Sementara itu sang asisten mampu bergerak memenuhi dan melengkapi keinginan Clough.
Mencari bakat-bakat hebat merupakan keahlian Taylor. Di Derby County, Taylor adalah orang yang membawa Roy McFarland dan Dave Mackay. Dua pemain yang kariernya sempat dianggap hampir habis ini kemudian menjadi pilar penting dalam tim Clough. Adalah Taylor juga yang berjasa mendatangkan kiper legendaris Peter Shilton dari Stoke City seharga 270 ribu poundsterling.
Taylor juga yang merayu Clough untuk membeli Kenny Burns, penyerang Birmingham. Meski sebetulnya Clough ini tidak suka kepada Burns, pemain dari Skotlandia ini menjadi Player of The Year Nottingham pada 1978.
Prestasi Singkat Nottingham Forest
Kesuksesan awal Nottingham adalah ketika mereka mencapai promosi ke divisi teratas pada 1976/1977. Mereka bertengger di peringkat ketiga klasemen akhir divisi dua bersama dengan Wolverhampton Wanderes dan Chelsea.
Rupanya Nottingham merupakan tim promosi dengan menjadi kesebelasan kelima sepanjang sejarah dengan poin terendah. Saat itu, The Tricky Trees promosi dengan 52 poin dari 42 kali bertanding di divisi dua 1976/1977.
Seluruh elemen pun berpesta. Akan tetapi tidak ada perempuan di sana. Clough hanya memperbolehkan kesebelasannya minum alkohol. Setelah promosi, tidak ada orang yang menduga jika Nottingham akan langsung meroket. Memasuki Oktober 1977, mereka sudah bertengger di posisi puncak.
Mereka menjadi juara setelah mencetak rekor tidak terkalahkan dari 42 laga, terhitung dari 26 November 1977 hingga 9 Desember 1978. Catatan ini mengalahkan rekor Burnley dengan 35 kali tanpa kekalahan.
Nottingham pun menjadi juara dengan jumlah 64 poin dari 42 pertandingan. Tropi juara juga sempat dibawa pulang Clough ke rumahnya, untuk disimpan di atas televisi dan disaksikan oleh anak-anaknya.

Lalu, tahun berikutnya, John McGovern dkk gagal mempertahankan gelar juara. Pasalnya mereka turun satu peringkat menjadi kedua dan hanya mendapatkan gelar runner-up. Jumlah 60 poin mereka tidak cukup untuk mempertahankan juara.
Kendati demikian, mereka mendapatkan koleksi trofi baru, yakni menjadi tim terkuat di turnamen paling bergengsi di Eropa. Nottingham berhasil menjuarai European Cup (sekarang UEFA Champions League) 1978/1979 dengan mengalahkan Malmo dengan skor tipis 1-0.
Trevor Francis menjadi pahlawan atas gol semata wayangnya. Usai laga, Clough dan Taylor terus diangkat-angkat oleh para pemain di Olympia Stadion, Munich. Berikutnya, Nottingham pun berhasil mengukuhkan diri sebagai kesebelasan terkuat Eropa dengan memenangai European Super Cup, setelah menang agregat 2-1 dari Barcelona.
Kenangan manis itu masih terasa pada tahun berikutnya. Pasalnya, Nottingham berhasil mempertahankan juara European Cup 1979/1980. Kali ini, giliran Hamburg yang dipermalukan.
Ada cerita sedikit menarik sebelum laga final melawan kesebelasan asal Jerman tersebut dimulai. Seminggu sebelum laga berlangsung di Santiago Bernabeu, Spanyol, seperti biasa Clough membawa skuat ke Cala Mirror, tempat favoritnya. Di sana mereka berkumpul tanpa ada sesi latihan atau peraturan jam malam dan seluruh elemen tim malah bebas mengkonsumsi alkohol.
Ketika pertandingan berlangsung, Hamburg mendominasi. Nottingham sempat unggul melalui tendangan John Robertson di menit 20. "Saat turun minum aku bertanya-tanya, apa kami mampu bertahan?" ujar Clough di dalam hatinya.
Rupanya keunggulan itu bertahan hingga peluit panjang. Garry Birtles langsung tanpa basa-basi membuka jerseynya sebagai luapan kebahagiaan. Selain European Cup, Nottingham juga mempertahankan gelar juara League Cup pada tahun yang sama serta mempersembahkan FA Charity Shield pada Tahun 1978.
Kendati menjuarai European Cup, The Tricky Trees gagal bersaing di papan atas First Divison. Mereka semakin turun dengan berada di peringkat lima klasemen akhir.
Perceraian Clough-Taylor dan Kemunduran Nottingham
Setelah meraih berbagai kesuksesan di dua musim terakhir, Clough berencana merombak skuat, mengingatdi First Division pun mereka semakin menurun. Beberapa pemain seperti Birtles, Frank Clark, Francis Trevor dan Larry Lyold meninggalkan City Ground dalam waktu seminggu.
Sayangnya, kepergian mereka tidak diimbangi oleh strategi transfer Taylor. Entah mengapa, pada musim 1980/1981, Taylor kesulitan mendapatkan pemain pengganti berkualitas. Nama-nama seperti Justin Fashanu (dari Norwich City) dan Peter ward (dari Brighton), tidak tampil sesuai harapan.
Pada akhir musim, McGovern dkk semakin turun peringkat. Kali ini mereka bertengger di peringkat tujuh, dengan poin 50, jauh dari Aston Villa di puncak yang mengoleksi 60 poin.
Musim 1981/1982 prestasi Nottingham lebih hancur lagi karena terjerembab di peringkat 12 di akhir musim. Diperparah kesalahpahaman peran antara Clough dan Taylor, sang asisten pun pergi dan memilih kembali ke Derby. Kali ini dengan status sebagai seorang Manajer.
Kabar tersebut membuat Clough bungkam dan tidak pernah berkomunikasi kembali dengan patner setianya tersebut. "Jika aku melihat mobilnya mogok dan ia sedang mencari tumpangan, aku akan terus berjalan," cetusnya kesal.
Hubungan mereka sempat melunak pada 1990. Akan tetapi, hal tersebut didorong oleh kematian Taylor. Kala itu Clough pun mengalami kegalauan bukan main dan hidupnya tak berarah. Ia lebih sering meminum alkohol, bahkan pernah ditemukan terkapar di sebuah parit.
Kehidupan pribadi Clough yang kacau ,serta kondisi keuangan Nottingham semakin tidak sehat di awal 1990-an, akhirnya membuat Clough memutuskan pensiun setelah 18 tahun melatih di City Ground. Tepatnya pada April 1993.

Nottingham Era Hasawi
Cerita tentang keindahan dan kejayaan masa lalu, sebagaimana pun menarik dan menggugah emosi, tetaplah cerita yang tak bisa dijadikan apa-apa. Nottingham yang kini adalah Nottingham yang terus menerus berjuang untuk kembali ke Liga Primer Inggris, bukan Nottingham yang membuat semua orang terpukau di era Clough dan Taylor.
Optimisme sempat muncul, ketika pada pertengahan Juli 2012 mereka dibeli oleh Fawaz Al Hasawi, pengusaha yang juga salah satu orang terkaya di Kuwait.
Hasawi membeli Nottingham setelah pemilik klub sebelumnya, Nigel Doughty, meninggal dunia pada Februari 2012, diduga akibat serangan jantung. "Masa depan Nottingham merupakan inti dari rencana kami yang akan kita umumkan pada waktunya," ujar Hasawi melalui situs klub.
Akan tetapi, cita-cita promosi tersebut masih jauh dari terlaksana setelah skuat besutan Dougie Freedman tersebut masih berkutat di papan tengah Championship.
Kendati demikian, mungkin pada musim berikutnya Nottingham bisa lebih berbenah. Hasawi pun bisa mendatangkan pemain-pemain yang berkualitas, seperti yang dijanjikan sebelumnya.
Atau, suatu saat nanti, The Tricky Trees bisa menemukan Clough dan Taylor berikutnya yang akan membawa mereka menemukan keajaiban, naik dari divisi bawah, juara, dan kemudian berjaya di Eropa.
Hingga saat itu tiba, yang bisa dilakukan memang hanya berpegang pada ingatan tentang jejak seorang Brian Clough di kota Nottingham. Apa boleh bikin!
====
*ditulis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.
*Foto-foto: Getty Images
(roz/a2s)