Tak Ada Cinta Ancelotti di Turin

Tak Ada Cinta Ancelotti di Turin

- Sepakbola
Selasa, 05 Mei 2015 15:31 WIB
Tak Ada Cinta Ancelotti di Turin
Jakarta -

Juventus Stadium akan kedatangan musuh sekaligus bagian dari sejarah Juventus yakni Carlo Ancelotti pada Rabu (6/5/2015) dinihari WIB. Kali ini ia datang ke Kota Turin sebagai pelatih Real Madrid.

Musim lalu Ancelotti berhasil membawa Madrid juara Liga Champions, gelar yang terakhir kali dimenangi Juventus 19 tahun silam. Pertemuan Ancelotti dengan La Vecchia Signora diperkirakan berlangsung ketat karena keduanya memiliki misi tersendiri: Ancelotti ingin mempertahankan gelar, sedangkan Juve ingin kembali merajut kejayaan di Eropa.

"Dia memberikan senyuman kepada para penggemar. Dia memberikan 'La Decima’ yang kami nanti selama 12 tahun yang ajaib dengan empat piala," ujar Iker Casillas, kiper sekaligus kapten Real Madrid seperti yang dikutip Marca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ancelotti membesut Juventus pada 1999-2001. Satu-satunya gelar yang diberikan Don Carlo pada β€œSi Nyonya Tua” hanyalah Piala Intertoto, yang meloloskan Juventus secara otomatis ke Piala UEFA musim berikutnya. Namun, karena bertengger di peringkat kedua klasemen Serie A, maka Juve pun otomatis lolos ke babak utama Liga Champions. Sayangnya, di musim tersebut Juventus yang masih diasuh Don Carlo tidak bisa bicara banyak dengan menempati juru kunci grup E.

Pada akhir musim 2000/2001 Ancelotti dipecat karena tidak bisa membawa Juventus juara, meski hanya kalah dua poin di bawah A Roma.

Usai dipecat Ancelotti dan Juventus seperti asyik pada dunianya masing-masing. Juve mengalami musim yang menyenangkan dengan menjadi juara Liga Italia pada musim 2001/2002, sementara AC Milan berhasil lolos ke babak utama Liga Champions karena menempati peringkat kedua.



Lolosnya Milan ke Liga Champions musim 2002/2003 berakhir manis. Mereka menjadi juara pada kompetisi paling bergengsi di Eropa tersebut dengan mengalahkan Juventus (!).

Gelar itu semakin membuat Ancelotti nyaman bersama Milan. Setelah itu, berbagai gelar diberikan Don Carlo buat Rossoneri di antaranya juara Liga Italia, Coppa Italia, dua kali UEFA Super Cup, FIFA Club World Cup, dan dua gelar Liga Champions.

Menjadi Saingan

Salah satu hasil didikan Ancelotti di Milan adalah Andrea Pirlo. Ia mengubah posisi Pirlo yang asalnya gelandang serang menjadi gelandang bertahan yang berperan sebagai deep-lying playmaker.

Kini, Ancelotti dan Pirlo berada di sisi yang berseberangan. Namun, keduanya masih memiliki hubungan yang akrab seperti ketika masih bersama di Milan selama delapan tahun. Pirlo menganggap Don Carlo layaknya ayah ketika memimpin sebuah kesebelasan.

"Rasanya seperti bertemu dengan ayah," ujar Pirlo. "Dialah yang memindahkan posisi baru kepadaku di depan para pemain belakang. Sungguh masa-masa yang indah bersamanya," sambungnya seperti yang dikutip La Gazzetta dello Sport.

Ancelotti cuma merendah. Menurutnya terlalu berlebihan jika Pirlo menganggapnya sebagai ayah. Pelatih 55 tahun tersebut lebih senang dianggap seorang kakak oleh Pirlo. "Dia (Pirlo) melihat saya sebagai figur seorang ayah, tapi saya menganggap dia sebagai adik," ungkap Don Carlo.

Yang membuat pertemuan nanti malam menjadi tidak akrab adalah kenangan kurang menyenangkan penggemar Juventus karena dikalahkan Milan pada final Liga Champions 2002/2003. Mereka menyebut Don Carlo seperti seekor babi sebagai ekspresi ketidaksukaan para ultras β€œSi Zebra”. Ancelotti tidak pernah diharapkan untuk kembali dan mereka senang ketika pria kelahiran 1959 tersebut hengkang dari Juventus pada 2001.

Dalam otobiografinya yang berjudul Preferisco la Coppa ia menyatakan bahwa ultras Juventus mencoret dinding stadion dengan tulisan β€œSeekor babi yang tidak bisa melatih”.

Setiap kembali ke Turin, Ancelotti selalu dipandang sebagai lawan. Tidak ketinggalan umpatan serta hujatan selalu mengarah kepadanya. Ancelotti pun mengaku kalau ia memang tidak pernah menyukai Juventus.

"Saya tidak pernah menyukai Turin. Itu terlalu glamor, seperti galaksi yang jauh dari gaya hidup saya. Juventus adalah tim yang tidak pernah saya cintai dan mungkin tidak akan pernah," ungkapnya kepada Marca.

Sejatinya Don Carlo sudah menjadi saingan besar Juventus sejak menjadi pemain. Mantan gelandang tengah ini menghapus dominasi Juventus di Liga Italia dengan memperkuat AS Roma meraih scudetto Serie-A 1982/1983. Kemudian, sebelum melatih Juventus kala masih membesut Parma pun ia menjadi kompetitor Bianconeri.

Ancelotti pun menyindir Giovanni Agnelli, pemilik Juventus saat itu, dalam otobiografinya. Ancelotti menganggap Agnelli terlalu ikut campur kepada skuat besutannya, "Zinedine Zidane adalah pemain terbaik yang saya telah latih. Tapi setiap kali Giovanni Agnelli datang ke ruang ganti dia mengabaikan saya dan berbicara setelah Zidane.”



Rahasia Strategi Don Carlo dan Siap Menyerang

Dalam wawancara dengan CNN, Ancelotti mengatakan bahwa kesebelasannya lebih difavoritkan, tapi Juventus merupakan lawan yang sulit dikalahkan karena sangat kompak, serta memiliki pertahanan yang baik dan jarang membuat kesalahan.

Maka pertandingan nanti merupakan ujian ketangguhan bagi para bek Juve yang diperkirakan bakal menurunkan duet Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci, untuk menghadang Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo tanpa Karim Benzema yang sedang cedera.

Kendati demikian Don Carlo memberi isyarat, para anak asuhnya akan tampil menyerang untuk unggul agregat di kandang lawan dengan mencetak gol ke gawang Gianluigi Buffon. "Dengan pemain yang kami miliki kami harus menyerang. Skuat ini sudah sangat termotivasi. Kita tahu mereka dan pada pertandingan ini dimana kami bisa membuat sejarah," papar Ancelotti.

Tapi untuk melancarkan strategi menyerangnya itu pria yang pernah melatih Chelsea ini tidak mau membocorkan siapa pengganti Benzema di lini depan nanti.

Perlawanan Allegri

Di kubu tuan rumah, Pelatih Massimilliano Allegri tidak begitu terpukau dengan segala yang telah dicapai oleh Ancelotti. Allegri, yang juga pernah menangani AC Milan, menganggap kalau inilah saatnya menghentikan gelar-gelar yang selalu diraih Ancelotti.

"Dia (Ancelotti) telah meraih banyak gelar di Italia, Inggris, Prancis dan Spanyol. Kini waktunya ia berhenti menambah gelarnya," cetus Allegri kepada FourFourTwo.

Allegri tentu saja ingin meyakinkan kepada para suporter bahwa apa yang telah pergi sulit untuk kembali. Walau Allegri turut memuji Ancelotti sebagai pelatih yang cerdas, namun ia akan berusaha merebut tambahan gelar yang ingin dipertahankan Real Madrid dan membawanya ke Kota Turin.

Pada akhirnya Juventus Stadium nanti merupakan modal awal bagi kedua kesebelasan, terutama bagi Juventus yang saat ini memiliki peran sebagai penentuan keran gelar bagi kesebelasannya atau lawannya. Jika Juventus menang, maka penantian mereka selama 19 tahun di Eropa kian terbuka lebar.

Namun, cerita akan berakhir berbeda jika Don Carlo meraih kemenangan. Ia akan semakin dibenci suporter Juventus yang akan ia balas dengan senyuman.


====

* Penulis biasa menulis untuk situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun Twitter @RandyNteng

(krs/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads