Upaya MLS Merebut Hati Amerika

Upaya MLS Merebut Hati Amerika

- Sepakbola
Minggu, 10 Mei 2015 09:32 WIB
Jakarta -

Sepakbola memang belum menjadi olahraga paling populer di Amerika Serikat. Namun, liga sepak bola Amerika, Major League Soccer (MLS), sudah menunjukkan peningkatan pesat jika dibandingkan dengan 20 tahun silam saat pertama kali digulirkan.

Musim lalu MLS berhasil mendapatkan pemasukan 750 juta dolar dari tayangan televisi. Jumlah rata-rata penonton per pertandingan pun meningkat hingga mencapai 19.000 orang. Musim ini, salah satu kesebelasan yang baru menjalani musim pertamanya, New York City FC, sudah berhasil menjual 14.000 tiket terusan untuk satu musim.

Saat pertama kali digelar pada 1996, MLS mengalami banyak hambatan. Tidak mudah bagi mereka untuk menarik minat masyarakat untuk hadir ke stadion. Tingkat popularitas MLS kalah jauh dari liga olahraga lain seperti NBA (bola basket), NBL (baseball), NFL (American Football), dan NHL (hoki es).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak mudah bagi sepakbola untuk masuk ke hati masyarakat Amerika. Mereka sudah berkali-kali mencoba untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap sepakbola. Amerika sudah memulainya sejak 1968 ketika mereka menyelenggarakan North American Soccer League (NASL). Beberapa pemain dunia seperti Franz Beckenbauer dan Pele sengaja didatangkan untuk semakin memeriahkan kompetisi ini. Tidak hanya itu, mereka pun menyesuaikan beberapa peraturan agar sesuai dengan selera masyarakat Amerika; salah satunya dengan menghapuskan hasil imbang pada tiap pertandingan.

Usaha demi usaha tersebut nyatanya tidak membuat sepakbola menggeser posisi olahraga lain yang sudah populer terlebih dahulu di Negeri Paman Sam ini. Bahkan, setelah Amerika menggelar Piala Dunia 1994 dan menggelar kompetisi profesional yang baru, MLS, keadaan tetap tidak berubah.

MLS mengalami masa-masa sulit pada musim-musim awal. Pada lima musim pertama MLS mengalami kerugian hingga 750 juta dolar dan menyebabkan dua kesebelasan gulung tikar. Pada setiap pertandingan, hampir semua stadion sepi penonton. Ditambah lagi, kesebelasan mesti menyewa stadion dari pihak lain, sehingga memberatkan neraca keuangan.

Clark Hunt, investor terbesar FC Dallas, mengakui kondisi tersebut amat menyulitkan mereka. “Ketika masa-masa awal tersebut semua sangat berat. Kami sempat berfikir bahwa kami tidak akan berhasil,” katanya. “Ketika itu, hanya ada 10 kesebelasan dengan tiga orang pemilik. Kami benar-benar dalam masalah ketika itu,” tambahnya.

The Beckham Effect

Salah satu faktor yang kemudian membawa kebangkitan MLS adalah David Beckham. Kehadiran bintang asal Inggris ini sedikit banyak telah meningkatkan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Amerika terhadap MLS. Beckham juga yang kemudian menjadi awal untuk kedatangan bintang-bintang lain seperti Thierry Henry, Kaka, David, Villa, dan Frank Lampard.



Meski demikian, MLS tidak menggantungkan semua pada pengaruh Beckham seorang. Pasalnya, setelah melalui penelitian lebih lanjut, “Beckham Effect” hanyalah peningkatan semu.

Yang dimaksud “peningkatan semu” adalah peningkatan yang tidak memiliki efek domino dan berkepanjangan. Misalnya saja pada Juli 2008, sebanyak 46.754 orang hadir ke Giants Stadium untuk menyaksikan pertandingan antara New York Red Bulls melawan LA Galaxy. David Beckham bermain membela LA Galaxy pada pertandingan tersebut. Pertandingan kemudian berakhir dengan skor 2-2 dan para penonton pulang dengan rasa puas setelah mendapat hiburan yang luar biasa.

Namun, angka ini tidak terulang pada pertandingan-pertandingan New York Red Bulls selanjutnya. Rata-rata penonton di stadion pada pertandingan New York Red Bulls pada musim itu hanya mencapai 13.727. Lalu ke mana perginya 33.027 penonton lain?

Inilah yang dimaksud dengan peningkatan semu yang diberikan Beckham kepada MLS. Beckham memang berhasil membuat jumlah penonton pertandingan kandang LA Galaxy dan beberapa pertandingan tandang mereka ramai dikunjungi penonton. Namun kehadiran Beckham tidak bisa menciptakan suporter-suporter baru bagi kesebelasan lain di MLS.

Sekitar 33 ribu orang yang hadir ke Giants Stadium pada pertandingan New York Redbull melawan LA Galaxy adalah warga Amerika yang memang tertarik dengan sepakbola, tapi belum sampai tahap menjadi suporter.

Orang-orang ini hadir ke stadion murni karena memang ingin mencari hiburan di dalam stadion. Mereka yang datang hanya ingin mengisi waktu senggang atau membunuh kepenatan sebagaimana saat datang ke tempat hiburan lainnya. Kehadiran David Beckham ke stadion itu tentu akan memberikan nilai hiburan tersendiri yang memang dicari oleh orang-orang ini.



Mereka tentu berbeda dengan para suporter yang hadir ke stadion karena loyalitas kepada kesebelasan. Suporter akan datang ke stadion kapan pun tim kesayangan mereka bertanding, tidak peduli siapapun lawan atau pemain yang berlaga pada pertandingan tersebut. Dengan begitu, seharusnya tidak akan ada perbedaan yang terlalu mencolok antara pertandingan yang menghadirkan Beckham dengan pertandingan yang tidak menghadirkan David Beckham.

Tidak Adanya Basis Suporter

Sebagai sebuah kompetisi MLS tidak memiliki basis suporter. Ini yang menjadi pekerjaan rumah yang hingga kini belum tuntas. Ini juga yang membuat MLS masih belum bisa menggeser olahraga top lain di Amerika.

Pihak MLS sadar bahwa basis suporter tidak bisa terbentuk hanya dengan sekedar mendatangkan pemain-pemain bintang dunia. Pemain bintang hanya efektif untuk keuntungan jangka pendek, buka jangka panjang.

Butuh waktu panjang untuk membangun basis suporter. Ada banyak proses yang mesti dilewati, dari mulai menghasilkan prestasi, hingga menjalin hibungan yang baik kepada semua pemangku kebijakan yang berkepentingan.

Untuk mencapai hal ini, MLS memulai dengan membangun komunikasi kepada para penikmat sepakbola. Salah satu caranya adalah mereka memaksimalkan media dalam jaringan/online (daring) yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan penggemar. Setidaknya terdapat tujuh media sosial yang digunakan MLS untuk menjalin komunikasi yaitu, Facebook, Twitter, Instagram, Google+, Tumblr, Vine, dan Foursquare. Ditambah lagi mereka juga masih memiliki channel Youtube dan situs yang bisa difungsikan untuk hal yang sama.

Media daring tersebut aktif digunakan untuk menjalin komunikasi. Tujuannya jelas: memperluas minat terhadap MLS. Tiap media memiliki keunikan tersendiri sehingga penyebaran informasi tidak monoton. Untuk Tumblr misalnya, MLS memberikan kolom kepada para pemain untuk mengisi blog sendiri dan menceritakan kehidupan mereka.

Semua media tersebut terintegrasi dengan situs web sehingga semua orang bisa mencari informasi dengna mudah. Situs web tersebut juga terintegrasi ke situs web tiap kesebelasan yang juga dikelola dengan baik. Bahkan, bisa dibilang jika Liga Primer Inggris pun kalah dalam pengelolaan media daring dan situs web ini.

Peningkatan Brand MLS

MLS mulai meningkatkan brand mereka. Mereka menggunakan tenaga profesional sehingga organisasi dijalankan dengan tepat guna dan tepat sasaran. Mereka membangun semua hal agar brand MLS bisa diterima masyarakat dengan baik.

Dari situ, fokus mereka kemudian adalah merangkul bagian paling dekat yang mereka punya saat ini. Dalam hal ini mereka kembali ke 33 ribu orang yang datang pada ke Giants Stadium pada Juli 2008 tersebut. Pihak MLS menilai, meskipun orang-orang ini belum menjadi suporter yang loyal terhadap mereka, tapi setidaknya orang-orang ini telah memiliki minat terhadap sepakbola. Hal yang lebih penting, mereka telah memiliki pengalaman menyaksikan pertandingan sepakbola. Dengan begitu, orang-orang ini tahu bagaimana luar biasanya menyaksikan pertandingan sepakbola.

Maka memang tidak ada satupun orang yang datang ke stadion saat pertandingan MLS, yang tidak mendapatkan pelayanan yang baik. Pihak MLS akan memberikan pelayanan yang luar biasa, agar orang tersebut merasakan kondisi yang senyaman mungkin. Bagi mereka, semua orang yang datang ke stadion adalah orang yang sangat penting bagi perkembangan MLS. Karena itu, tidak ada yang boleh keluar stadion, kecuali membawa pengalaman tak terlupakan dalam hidup mereka.

“Bagi kami, semua orang yang datang berasal dari golongan VIP, maka kami akan perlakukan sebagaimana mestinya,” kata Clark Hunt tentang bagaimana mereka memperlakukan penonton MLS.



====

* Penulis adalah editor Pandit Football Indonesia, beredar di dunia maya dengan akun @aabimanyuu

** Foto-foto: Getty Images

(a2s/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads