Andai Prancis-Domenech Putus Lebih Cepat

Andai Prancis-Domenech Putus Lebih Cepat

- Sepakbola
Selasa, 22 Jun 2010 09:23 WIB
Johannesburg - Prancis krisis dan sorotan paling tajam bisa jadi mengarah ke sosok pelatih Raymond Domenech. Andai Prancis dan Domenech mengakhiri kerjasama lebih cepat mungkin ceritanya tak begini.

Prancis krisis. Ini diawali dengan kata-kata bernada hinaan yang dilontarkan striker Nicolas Anelka kepada Domenech, yang berujung dipulangkannya pemain depan Chelsea itu.

Dalam perkembangan selanjutnya para pemain Prancis memutuskan untuk mogok latihan menjelang laga melawan Afrika Selatan malam nanti. Sebuah kondisi yang buruk mengingat Les Bleus dihadapkan pada partai hidup mati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cukup ruwet untuk mengurai apa sebenarnya akar masalah yang dihadapi timnas Negeri Mode itu. Tapi satu benang merah bisa diambil dari ucapan Zinedine Zidane. Seperti diberitakan sebelumnya, eks pemain Prancis itu menilai Domenech sudah terlalu lama menjabat.

Terlalu lama. Tahun ini adalah tahun keenam Domenech mengarsiteki tim Ayam Jantan. Pria kelahiran 24 Januari 1952 itu juga menjadi pelatih timnas Prancis dengan masa tugas paling lama dalam kurun waktu seperempat abad terakhir.

Para pendahulu Domenech rata-rata menakhodai Prancis selama empat tahun. Sebagai contoh adalah Henri Michel (1984-1988), Michel Platini (1988-1992), Gerard Houllier (1992-1993), Aime Jacquet (1994-1998), Roger Lemerre (1998-2002), dan Jacques Santini (2002-2004).

Kita bahas tiga nama terakhir yang berhasil membawa Prancis ke kejayaan. Jacquet adalah pelatih yang berhasil membawa Zidane dkk. menjadi juara dunia. Sebuah kesuksesan bermakna ganda karena Piala Dunia digelar di rumah sendiri. Tak lama setelah mengantar tim Prancis berjaya, Jacquet pun mengundurkan diri.

Tongkat estafet kemudian diberikan kepada Lemerre. Mewarisi tim bentukan Jacquet, pria bernama lengkap Roger Leon Maurice Lemerre-Desprez itu berhasil membawa Prancis juara Euro 200 dan Piala Konfederasi 2001. Kegagalan di Piala Dunia 2002 membuat federasi sepakbola Prancis (FFF) memecat pelatih kelahiran 18 Juni 1941 itu.

Selanjutnya jabatan tersebut diduduki Santini. Satu gelar berhasil dipersembahkan yakni Piala Konfederasi 2003. Sebelum kejuaraan Piala Eropa 2004, Santini memutuskan mengundurkan diri. Ada pun hasil di Euro ketika itu adalah Les Bleus kandas di perempatfinal.

Domenech adalah suksesor dari Santini. Prestasi tertingginya sejauh ini adalah membawa "Si Biru" jadi runnerup Piala Dunia 2006.

Dua tahun setelahnya yakni di Euro 2008, pria yang dikenal menerapkan sistem astrologi dalam penentuan skuadnya itu menuai hasil buruk.

Andai pasca kegagalan di Austria-Swiss itu kerjasama Domenech dan Prancis berakhir, entah Domenech yang mengundurkan diri atau FFF yang memecatnya, mungkin ceritanya tak begini.

Andai mereka putus lebih cepat, Domenech akan dikenang dengan positif, sebagai pelatih yang berhasil membawa Prancis menjadi finalis Piala Dunia.

Tapi kini nasi sudah menjadi bubur. Apa pun nasib Domenech atau pun keputusan FFF nantinya, yang muncul hanyalah memori buruk bila membicarakan mereka di kelak kemudian hari. (nar/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads