Jelang Final
Prancis Dulu Prancis Sekarang
Minggu, 09 Jul 2006 12:16 WIB

Berlin - Bau Prancis 1998 masih cukup menyengat dalam skuad Les Bleus 2006. Beberapa pilar mereka tentu saja sudah mengalami perubahan, tapi tetap mereka masih mampu menembus final.Zinedine Zidane, Fabien Barthez, Lilian Thuram, dan Patrick Vieira adalah empat nama beken yang delapan tahun lalu tampil di final dan mempersembahkan kemenangan Prancis atas Brasil. Malam ini, Minggu (9/7/2006), mereka kembali lagi sekaligus untuk memupus kenangan pahit empat tahun lalu ketika timnya tersingkir di babak pertama di Korea-Jepang."Sekalipun nama mereka masih sama, tapi mereka tak lagi sama. Mereka telah lebih tua, sudah berubah. Anda tak bisa membandingkan mereka," demikian ungkap pelatih Raymond Domenech menjelang duel pamungkas Prancis versus Italia di Olympic Stadion, Berlin.Di awal turnamen Prancis disepelekan banyak orang karena masih bermaterikan pemain-pemain lawas. Zidane yang tak lagi punya speed pun terkesan hanya jadi simbol dari kejayaan Prancis di akhir era 90-an.Tapi para veteran itu membuktikan kepada dunia bahwa mereka masih eksis dan patut diperhitungkan. Faktanya, walaupun tersendat di dua pertandingan pertama, tapi Prancis berhasil melewati babak demi babak dan lolos ke final.Barthez misalnya. Ia memang masih menyisakan kekhawatiran fans karena membuat blunder di semifinal saat menghadapi Prancis. Tapi kiper berusia 35 tahun itu, yang secara kontroversial mengalahkan Gregory Coupet dalam perebutan posisi nomor satu, sejauh ini baru kebobolan dua gol. Thuram pun demikian. Usia 34 tahun membuatnya meninggalkan posisi bek kanan untuk bergeser ke sentral pertahanan. Tapi kecepatannya yang telah jauh berkurang tidak membuatnya tidak kehilangan syarat sebagai salah satu bek terbaik di Piala Dunia kali ini.Vieira, yang belum lama ini genap berumur 30, yang di tahun 1998 tampil sebagai pemain pengganti di menit-menit akhir babak kedua, masih dominan dalam perannya sebagai gelandang bertahan. Tekel-tekelnya masih menakutnya setiap pemain lawan. Zidane? Ia seperti mendapat kekuatan baru di Jerman. Playmaker 34 tahun ini ternyata masih cemerlang dan menghapuskan penilaian orang tentang dirinya yang sudah habis bersamaan dengan kiprahnya di klub Real Madrid musim ini.Zizou -- panggilan Zidane -- adalah motor kemenangan Prancis atas Brasil di babak perempatfinal. Ia rupanya amat suka mengalahkan Tim Samba, sama seperti ketika si botak keturunan Aljazair ini mengukir dua dari tiga gol kemenangan Prancis atas Brasil di final 1998. Dikatakan Domenech, momen 1998 amat fantastis, dan itu terulang lagi saat ini. "Tapi keduanya berbeda," ujarnya. Leadership mungkin salah satu perbedaan itu. Kini tak ada bek sekharismatik Laurent Blanc atau Marcel Desailly maupun kapten Didier Deschamps di lini tengah. Zidane terlalu "pendiam" untuk seorang komandan di lapangan. Akan tetapi, seperti ucapan Domenech, aura keempat pemain itu sudah menutupi perbedaan itu. "Terkadang kata-kata tak berarti apa-apa. Kehadiran mereka saja sudah cukup."Mampukah para singa tua itu melakukannya sekali lagi, kali ini menghadapi Italia yang dikenal memiliki tembok pertahanan sangat baik? Kenapa tidak? Semangat Stade de France 1998 mungkin akan membaluri mereka untuk mengangkat tropi Piala Dunia untuk kedua kalinya, sebelum membiarkan sebuah generasi baru lahir. (a2s/)