Bincang Eksklusif dengan Declan Hill: Match-Fixing yang Mewabah

Bincang Eksklusif dengan Declan Hill: Match-Fixing yang Mewabah

- Sepakbola
Jumat, 12 Apr 2013 10:53 WIB
AFP/Denis Charlet
Jakarta - Match-fixing atau pengaturan pertandingan adalah sesuatu yang ada, sesuatu yang benar keberadaannya di dalam sepakbola. Seperti halnya penyakit, match-fixing pun berubah menjadi sesuatu yang mewabah.

DetikSport dan Pandit Football, berkesempatan untuk mewawancarai Declan Hill, penulis dari buku 'The Fix: Soccer and Organized Crime'. Setelah berkorespondensi melalui surat elektronik, Hill setuju untuk melakukan wawancara via Skype pada Kamis (11/4/2013) malam WIB. Hill pun menjawab beberapa pertanyaan dan menjabarkan apa yang dia ketahui tentang kasus suap dan pengaturan pertandingan dalam sepakbola.

Hill, yang akibat buku yang ditulisnya menjadi narasumber terpercaya dari beberapa media seperti BBC, Telegraph, dan Guardian, menceritakan bagaimana dia bisa tertarik dengan itu semua. Semuanya dimulai pada suatu malam di Moskow.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya memulai ini semua.. gosh, 15 tahun lalu, sekitar tahun 1999 [sic] ketika saya berada di Moskow," ujarnya.

"Waktu itu saya bekerja pada sebuah acara dokumenter untuk televisi Kanada-Amerika mengenai hubungan tindak kriminal yang terorganisir, yang dilakukan mafia Rusia, dan liga hoki nasional dari olahraga hoki es --yang mana merupakan olahraga terbesar di sini, di Amerika Utara."

"Jadi, saya dan seluruh kru televisi pergi ke Moskow untuk melakukan wawancara dengan, seperti yang diberitahu oleh FBI, seorang bos mafia. Kami makan malam bersamanya dan saya bertanya, 'Mengapa Anda suka hoki?'. Dia lalu menjawab, 'Saya memang suka hoki, tapi saya cinta sepakbola'."

"Dia lalu bercerita bahwa dia pernah menyaksikan langsung Piala Dunia 1994, antara Brasil melawan Italia. Dia hadir di stadion dan berada dalam tribun khusus yang berisi orang-orang penting, yang disediakan oleh FIFA, dengan Al Gore, Hillary Clinton, Pele, dan dia tidak cuma sekadar berada di sana, tetapi justru duduk di baris paling depan. Di dalam restoran di Moskow itu, saya pun berpikir, apa yang orang ini lakukan di sepakbola?"

Hill kemudian melakukan riset. Melalui riset itulah dia kemudian mendapatkan fakta-fakta menarik dari pengaturan pertandingan, kasus suap, hingga judi bola. Mulai dari Eropa, hingga pelosok Asia Tenggara. Dia menyebut Indonesia beberapa kali di dalam bukunya, tapi tidak pernah menceritakan mengenai kasus pengaturan pertandingan di Indonesia.

Kasus pengaturan pertandingan sendiri mulai mencuat ke permukaan sekitar Februari silam. Interpol mengeluarkan nama Dan Tan, seorang berkebangsaan Singapura, sebagai tersangka pengaturan pertandingan sepakbola secara global. BBC melansir, 30 negara dan hampir 700 pertandingan diselidiki oleh Interpol.

"Saya menulis yang sebenarnya. Saya menulis fakta. Sebagai jurnalis, Anda dan saya tahu bahwa ada dua macam fakta: fakta yang kita ketahui dan fakta yang bisa kita tulis di dalam buku dan diterbitkan. Dan saya harus memaku diri pada fakta kedua," kata Hill.

Pria berkebangsaan Kanada itu kemudian menjelaskan alasan mengapa kasus pengaturan pertandingan adalah sesuatu yang mewabah dan berbahaya. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah bagaimana wabah tersebut bisa membuat penggemar sepakbola jadi malas menyaksikan pertandingan.

"Saya akan memberikan contoh yang sering dibicarakan orang-orang. Dan itu adalah pertandingan antara Olympique Lyon melawan Dinamo Zagreb."

"Olympique Lyon menang 7-1. Saya tidak punya informasi spesifik mengenai pertandingan itu, tapi saya tidak bisa menemukan fans di manapun yang berpikir bahwa pertandingan itu tidak disuap. Mungkin ada saja orang di luar sana yang berpikir itu adalah pertandingan yang jujur, tapi saya kesulitan untuk menemukannya."

"Dan itulah masalahnya. Bukan soal apakah pertandingan itu disuap atau tidak. Tapi, hal seperti itu bisa memengaruhi orang-orang untuk berpikir, jangan-jangan pertandingan ini sudah disuap."

"Dan begitu orang-orang berpikir bahwa pertandingan sudah disuap, mereka akan mulai malas menyaksikan sepakbola," paparnya.

Yang menarik, di dalam bukunya Hill menyebut bahwa salah satu match-fixer berasal dari Indonesia. Sang match-fixer memberikan statemen kepada Hill bagaimana cara mereka memberikan sinyal kepada pemain yang sudah disuap. Hill, dalam wawancara semalam, mengaku masih ingat dengan jelas wajah orang Indonesia itu.

Kami bertanya, "Apakah Anda pernah bertemu dengan orang ini?"

"Ya," jawab Hill.

"Apakah Anda masih ingat wajahnya dengan jelas?"

"Ya."

"Apakah Anda tahu nama dari orang ini?"

"Ya."

"Bisakah Anda menyebutkan siapa namanya?"

"Tidak."

Hill menjelaskan sekali lagi, ketidakbisaannya menyebut nama orang itu adalah lantaran fakta yang dia ketahui dan fakta yang bisa dituliskan dan dirilis adalah dua hal yang berbeda. Dia pun memilih untuk bersikukuh pada pilihan yang kedua.

Wawancara selengkapnya dengan Hill akan dirilis dalam waktu dekat di kanal About The Game.


(roz/krs)

Hide Ads