Ketua umum PSSI terpilih, La Nyalla Mattalitti, mengancam akan meniadakan kompetisi Liga Indonesia tahun ini jika Menpora tetap tidak memberikan izin kompetisi bergulir. La Nyalla juga meminta Imam Nahrawi mengakui dirinya sebagai Ketum PSSI hasil KLB Surabaya.
Demikian diungkapkan La Nyalla usai melakukan pertemuan dengan 18 klub ISL di Hotel Sultan, Jakarta. Pertemuan tersebut digelar untuk menyatukan suara yakni meminta Menpora untuk mengakui hasil dari Kongres PSSI pada 18 April lalu. Salah satunya mengakui La Nyalla Mattalitti sebagai Ketua terpilih periode 2015-2019.
Seluruh klub tersebut dijadwalkan akan bertemu dengan Imam Nahrwai pada Senin (27/4/2015) sore nanti untuk membahas kelanjutan Liga Indonesia.
"Perwakilan klub ini sudah saya suruh ke Menpora, kami hargai undangan Menpora. Tapi yang mereka mau pertanyakan terlebih dahulu adalah apakah Menpora mengakui keputusan KLB 18 april atau tidak. Kalau tidak diakui ya sudah mereka akan pulang. Itu saja. Kami ini sudah sah diakui FIFA dan AFC, silakan liat di website mereka," kata La Nyalla. [Sampai berita ini diturunkan, pada laman FIFA, asosiasi sepakbola Indonesia masih tercantum Djohar Arifin Husin sebagai presiden dan Joko Driyono sebagai sekjen--Red]
"Saya tidak ikut dalam pertemuan besok. Hari ini saya berangkat ke kongres AFC di Bahrain. Besok perwakilan PSSI ada yang datang, termasuk 18 klub," lanjutnya.
La Nyalla menambahkan, jika dirinya mempersilakan Menpora jika ingin mengundang para anggotanya untuk membahas kompetisi ISL. Tapi jika hasilnya sama saja, yakni kompetisi tetap tidak diberi izin maka ia sudah menyiapkan keputusan yang lebih besar.
"Kemarin, kami sudah datang (ke Kemenpora) sudah cukupkan, saya menghargai. Sekarang mereka mengundang klub-klub silakan, kalau mereka mau menghadapi anggota kami. Saya mau urus kongres AFC terlebih dahulu. Begitu balik, 1 mei, kami akan rapat Exco pada 2 Mei. Kalau sampai pemerintah tidak mengeluarkan izin, force majeure, maka tahun ini tidak ada kompetisi," cetusnya.
Sebaliknya, jika menpora ingin berdamai dengan PSSI, bukan hanya gugatan PT UN saja yang dicabut, tetapi ancaman kompetisi dihentikan juga tak akan terjadi.
“Jangan tanya sama saya dampaknya. Menpora yang melakukan seperti ini. Batas waktu sampai tanggal 2 mei 2015. Kalau Menpora mau berdamai dengan PSSI, gugatan PTUN dicabut. Kami tidak ingin terbelenggu. PSSI sudah terpilih secara sah, kalau kita tidak melakukan tindakan hukum maka Indonesia bisa langsung di suspend. Karena kita melakukan tindakan hukum, akhirnya Indonesia masih di-pending (suspend) ini tidak boleh pemerintah ikut campur di intern PSSI.”
Jika hukuman FIFA akhirnya dijatuhkan pada Indonesia, La Nyalla akan meminta Pertanggungjawaban Menpora.
"Kalau sampai kejadian di-suspend. Saya minta orang yang bertanggung jawab adalah Menpora Ima Nahrawi. Kedua, Budiarto Shambazy. Karena dia yang selalu mengatakan lebih baik di-suspend. Asal tahu saya tetap diakui FIFA. Tidak bisa diganti," kata La Nyalla.
"Dan ingat kalau sampai Indonesia di-suspend saya tetap diakui oleh AFC sebagai ketua umum PSSI. Intinya, batas waktu 2 Mei akan rapat Exco akan lihat kondisi beberapa hari ini. Kalau Menpora tetap berkeras maka force majeure berlaku, dan dampaknya akan semua, termasuk timnas. Klub tidak mau dikasih transisi, cobalah belajar statuta, kita tidak boleh berhubungan di luar lingkungan sepakbola," tuntasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT











































