Imam Nahrawi: Kompetisi Akan Digelar, Pencabutan Pembekuan Nanti Dulu

Setahun Pembekuan PSSI

Imam Nahrawi: Kompetisi Akan Digelar, Pencabutan Pembekuan Nanti Dulu

Mercy Raya - Sepakbola
Selasa, 05 Apr 2016 15:45 WIB
detikSport/Rengga Sancaya
Jakarta -

Pembekuan PSSI sudah hampir setahun lamanya. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, belum berniat untuk mencabut pembekuan itu.

Pembekuan PSSI lewat surat tertanggal 17 April 2015 direncanakan menjadi momentum pembenahan PSSI. Sebab, sudah terlalu banyak masalah-masalah yang muncul. Dari pemain tak bayar, dualisme klub dan pengurus provinsi, sampai adanya kasus sepakbola gajah.

Untuk menjalankan fungsi organisasi, Kemenpora membentuk tim transisi. Harapannya, kendati PSSI dibekukan kompetisi--yang jadi pekerjaan terbesar yang menyangkut hidup orang banyak--tetap berjalan. Tapi ternyata jauh panggang dari api. Tim transisi ada tapi tak terlihat. Kompetisi tak bergulir, klub-klub hanya tampil dalam turnamen. Dari Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kaltim, sampai Piala Bhayangkara yang baru ditutup akhir pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PSSI memasuki babak baru. Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan Kemenpora, pada Senin (7/3/2016). Artinya, Menpora punya waktu 21 hari untuk mencabut SK pembekuan, atau otomatis batal.

Tapi, PSSIΒ kembali mendapatkan tamparan yang sekaligus semestinya menjadi momen berbenah. Ketua Umum PSSI, La Nyalla M. Mattalitti menjadi tersangka kasus korupsi dana hibah dan kini menjadi buron.

Imam Nahrawi belum berniat mencabut pembekuan itu. Dalam rancangan dia, justru pelaksanaan liga yang didahulukan. Meskipun untuk melaksanakan kompetisi tersebut, kemenpora dan tim transisi belum menemukan solusi yang tepat. Muncul opsi menawarkan bidding kepada pihak independen untuk menggelar kompetisi.

Baca Juga: Setahun Pembekuan PSSI, Apa Kabar Sepakbola Indonesia?

Berikut wawancara Mercy Raya, Amalia Dwi Septi dan Femi Diah dari detikSport pada Senin (4/4/2016) dengan Menpora Imam Nahrawi di ruang kerjanya, Wisma Menpora, Senayan, Jakarta. Imam masih menyimpan optimisme ada perbaikan pada sepakbola Indonesia.

Tanya (T): Pembekuan PSSI sudah berjalan satu tahun, apakah Menpora masih butuh waktu lebih lama lagi untuk mereformasi sepakbola Indonesia?

Jawab (J): Saya kira tidak ada kata terlambat bagi sebuah rencana perubahan besar dan waktu hanyalah cara untuk menghitung mundur atau menghitung maju. Kalau kita lihat dari perspektif tantangan sekaligus mimpi besar bagi masa depan sepakbola, bagi saya waktu satu tahun untuk mengubah keadaan saat ini sampai ke cita-cita itu sangatlah pendek.

T: Apa kendala terbesar kok sampai satu tahun ini belum terlihat apa-apa?
Β 
J: PSSI ini kurang jujur dan terbuka dalam mendefinisikan sepakbola ini milik siapa. Sementara di sisi lain lewat sepakbola inilah masyarakat mendapatkan hiburan, sepakbola ini tempat masyarakat bersorak sorai mendukung klubnya. Tapi perlu diingat apakah benar-benar menjadi kegembiraan yang nyata. Nah, ini kan semu.

T: Semu seperti apa?

J: Saya tidak ingin masyarakat bola, suporter yang terlibat tidak bermain dengan semu, tetapi bermain dengan total, maksimal. Menonton pun karena ada permainan yang menarik, bukan peraturan yang menarik. Jadi terlalu sulit untuk menjelaskan kepada publik menurut saya apakah waktu satu tahun cukup untuk pembenahan atau tidak.

T: Dengan kondisi seperti itu Menpora butuh waktu berapa lama lagi agar sepakbola nasional berada dalam kondisi yang diinginkan menpora, yakni sepakbola sebagai hiburan masyarakat, pekerjaan, industri, dan nantinya bermuara kepada prestasi?

J: Sebulan pun bisa, asal semua sadar bahwa kita punya tujuan yang mulia. Jangan mencurigai atau menuduh pemerintah intervensi. Enggak ada istilahnya negara ingin menghanguskan atau meluluhlantakkan ekonomi di sepakbola apalagi hiburannya. Tidak ada. Yang ada pemerintah ingin semua terlibat dalam bola ini betul senang lahir batin, senang gajinya dibayar, senang kalau duit yang dia kelola untuk apa. Senang karena hasil auditnya dilakukan terbuka, senang kalau tidak ada bentrok, polisi juga terlibat dengan tersenyum.

T: Tapi faktanya setahun ini belum berbuah apa-apa.

J: Ya, karena mereka tidak mau.

T: Semata-mata mereka yang tidak mau atau karena Kemenpora justru tidak bergerak cepat sehingga membuka celah kepada siapapun termasuk PSSI untuk hidup dalam masa pembekuan ini? Misalnya, Kemenpora gagal merangkul voter sementara PSSI masih mesra dan dengan mudah mengajak klub bikin liga lagi.

J: Ketika kompetisi dihentikan oleh mereka, digulirkan opini kepada pubik bahwa yang menghentikan adalah Kemenpora. Itu sesuatu yang menurut saya sah dilakukan oleh mereka karena media pun tidak semuanya berpihak pada rencana perubahan. Termasuk media sosial. Sehingga mestinya disampaikan mereka yang menghentikan ternyata pemerintah yang menghentikan. Lalu pemerintah ingin yang terlibat ini dalam liga profesional.

T: Langkah kemenpora ke PSSI-nya sendiri seperti apa? Selama setahun dibekukan mereka masih solid, bahkan ketika ketua umumnya jadi buron.

J: Biarlah itu menjadi urusan hukum ya. Faktanya, di MA saya dikalahkan kemudian berkembang ketum PSSI sedang ada urusan ke luar negeri. Di sisi lain kompetisi dituntut untuk bergulir. Terkait federasi ini urusan klub, anggota, dan voter. Sila kalau mereka memang enjoy dengan keadaan ini, berarti menjadi sebuah keharusan pemerintah untuk melakukan kebijakan baru dan kebijakan yang akan lebih tegas lagi.

T: Kebijakan tegas itu sampai dengan membentuk federasi baru atau lebih kepada berjalannya kompetisi?

J: Wah kalau wacana itu (pembentukan federasi sepakbola baru) sudah lama. Masyarakat bola ini banyak macamnya. Ada yang minta dibentuk federasi baru, ada yang minta PSSI segera disuntik mati, macam-macam. Saya kira ini sebuah harapan bagi tata kelola sepakbola. Nah pemerintah sesungguhnya ingin mengambil kebijakan yang lebih radikal lagi, tapi kita kan tahu PSSI memiliki aspek historis. Ada aspek sosiologisnya juga yang kita tidak bisa melupakan itu. Karenanya sebenarnya yang salah bukan organisasinya, tetapi orang-orangnya yang memang harus dibenahi dengan baik.

T: Jadi menpora berniat untuk mengganti semua personil di PSSI yang ada sekarang?

J: Bukan berarti yang semua di sana jelek. Tetapi harus ada komitmen yang sama untuk perbaikan. Tetapi kita pun harus taat pada statuta FIFA yang mereka agungkan. Oke kalau taat kita laksanakan dengan baik, konsekuen dan komitmen. Kalau toh sekarang terbawa masalah ini, bisa dari statuta atau tidak. Ini sepenuhnya harus kesadaran dari anggota, apakah dibiarkan terus begini atau tidak. Tetapi masyarakat kan tidak boleh dikorbankan.

T: Untuk bergulirnya liga menunggu perbaikan organisasi atau bisa jalan lebih dulu?

J: Anggota PSSI itu hanya sekian klub dan asprov, tapi masyarakat bola sangat luar biasa besar, karenanya sekarang pemerintah akan mendorong sebisa mungkin kompetisi harus digelar. Tentu dengan segala regulasi dan tata kelola yang mereka siapkan. Kontrak pemain harus jelas, gaji harus jelas, pembagian sponsor, tv, kemudian pelibatan suporter dalam klub harus jelas, kalau liga berjalan dengan baik. Maka pemerintah tidak akan ragu untuk mempersilakan ISL itu berjalan dengan baik di masa akan datang.

T: Itu artinya akan melibatkan operator yang baru tapi lama itu?

J: Katanya ada PT baru. Tim transisi meminta ada bidding bagi calon-calon operator. Waktunya memang cukup mendesak. Kapan nih liga? Antara keterdesakan untuk menggulirkan liga ini dengan perubahan di PSSI dan kompetisinya yang butuh waktu ada bentrokan. Berkejaran. Kalau tidak segera diputar, Menpora dituduh lagi nanti. Tapi terus terang ini untuk masyarakat, saya sudah mewakafkan diri saya untuk perubahan. Saya tidak peduli dengan cemoohan, huuu-an dari suporter. Saya peduli dengan masa depan sepakbola!

T: PT Liga milik Joko Driyono. Yang baru PT GTS juga, kalau cuma ganti nama tapi orangnya sama. Bagaimana?

J: Selagi itu kalau tata krama profesional dijalankan, kenapa tidak? Toh saya juga menunggu yang lain belum ada. Walaupun orangnya orang lama? ya, sambil kita lihat. Sekarang saya sudah minta aparat hukum untuk terlibat. Kalau masih ada yang mengatur-atur lagi seperti kemarin. Ayo kita bertindak tegas. Tidak semua orang lama jelek. Tetapi semoga ada perubahan dalam hati nuraninya untuk menata sepakbola. Karena saya juga menunggu orang baru, tidak muncul sampai sekarang. Coba siapa operator baru?

T: Syarat lainnya berkaca kepada PT Liga dan PSSI yang dahulu seperti apa?

J: Saya ingin tahu apakah betul-betul operator itu lepas dari federasi. Karena ke depan itu harus full (ke operator). Saya ingin lihat nanti. Saya ingin, entah Bapak Joko Driyono atau siapapun yang melaksanakan liga betul-betul independen dan tidak ada dalam stuktur federasi.

T: Kapan batas waktu menpora untuk siap menggelar kompetisi itu?

J: Kami belum sampai ke sana. Yang pasti April ini, seperti yang disampaikan Presiden, sudah harus ada kompetisi. Semoga sebelum kongres FIFA itupun sudah harus selesai federasinya.

T: Ada pesan lain dari Presiden kepada menpora terkait kompetisi?

J: Seperti yang disampaikan kepada wartawan (saat final Piala Bhayangkara). Tidak ada yang beda.

T: Katanya pemerintah sudah dua kali bertemu FIFA?

J: Sudah. Hasilnya...(tertawa). Perwakilannya ada. Tidak harus semuanya disampaikan secara terbuka, kan? Karena seperti kita tahu, mafia bola itu luar biasa pintar. Kami belum melangkah mereka sudah sampai duluan.

T: Sejauh mana komunikasi Kemenpora dengan FIFA saat ini?

J: Ya seperti yang pernah saya sampaikan juga, mereka sudah berkirim surat. Kami juga sudah berbalas surat tentang kondisi sepakbola tanah air. Kami melakukan dua model: korespondensi dan fisik datang ke FIFA.

T: Condong ke arah positif?

J: Sangat positif. Demikian AFC sangat positif. Artinya saya sangat optimistis bahwa perubahan itu betul-betul terjadi dengan baik.

T: Kalau perhitungan pak Imam sendiri berapa pekan lagi untuk pencabutan pembekuan?

J: April kompetisi harus jalan, oke, karena desakan publik luar biasa. Sementara untuk perbaikan federasinya ya silakan anggota yang akan memilih. Karena sekali lagi pemerintah tidak ingin ada dua federasi, tidak ingin juga ada dua kompetisi, tidak ingin juga ada konflik yang berkepanjangan seperti dulu, ada KPSI dan PSSI. Coba kurang mulia apa pemerintah. Kalau berpikir macam-macam bisa saja situasi itu terjadi lagi.

T: Terkait sepakbola adalah prestasi itu menpora tidak lupa kan menyiapkan timans ke SEA Games 2017 dan Asian Games 2018?

J: Pada 2017 nanti saat SEA Games Malaysia kita akan ikut, akan main. Apalagi Asian Games 2018. Saya sudah tugaskan orang-orang yang tepat untuk mencari pemain sip ke daerah-daerah. Tapi saya berharap di SEA Games nanti dan Asian Games tidak boleh lagi dijudikan. Jangan lagi ditukarkan Merah Putih dengan rupiah.

(fem/fem)

Hide Ads