Martunis mendaftarkan dirinya dalam seleksi melalui jalur masuk Bintara bersama putra-putri Aceh lainnya. Dia akan mengikuti tahapan-tahapan tes dan tak mendapatkan perlakuan istimewa.
"Martunis akan menempuh materi tes yang sudah ditentukan oleh panitia," jelas Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Goenawan, saat ditemui detikcom di ruang kerjanya di Mapolda Aceh, Jalan Teuku Nyak Arief, Banda Aceh, Senin (17/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Goenawan, remaja berusia 20 tahun itu dapat masuk melalui jalur talent scouting. Nah, di jalur inilah para anggota polisi berbakat dapat mengembangkan kemampuan mereka.
Menjadi anggota polisi, kata Goenawan, tidak menghambat karier Martunis sebagai pemain sepakbola. Korps Bhayangkara memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan karier.
"Lebih menjanjikan masa depan Martunis menjadi polisi dan pemain bola. Jadi nanti misalnya dia masuk nggak apa-apa tetap mengembangkan karier di mana. Ini 'kan kebanggaan polisi punya bintang sepakbola putra daerah," ungkap Goenawan.
Martunis mengikuti seleksi masuk polisi bersama calon siswa lainnya. Pada Senin (17/4), para peserta seleksi mengikut apel penandatanganan pakta integritas penerimaan anggota Polri di halaman Mapolda Aceh. Para remaja calon penegak hukum ini mengenakan seragam baju putih dan celana hitam.
Usai kegiatan, Martunis langsung pulang. detikcom bersama beberapa wartawan yang sudah menunggunya tidak berhasil menemuinya. Beberapa kali namanya dipanggil melalui pengeras suara oleh panitia seleksi. Tapi, Martunis tidak juga muncul. Panggilan ke nomornya juga tidak tersambung.
Seperti diketahui, Martunis merupakan remaja korban tsunami yang selamat setelah bertahan selama 21 hari di antara puing-puing bencana dahsyat tersebut pada 2004 silam. Saat ditemukan, ia mengenakan kostum timnas Portugal.
Setelah bencana itu, Martunis diundang ke Portugal dan bertemu beberapa pesepakbola top di sana. Dua tahun lalu, ia juga mendapat kesempatan berlatih di Sporting Lisbon, tempat Ronaldo berkarier sepanjang 1997 hingga 2001. Setelah setahun di sana, Martunis kembali ke Aceh hingga kini.
(mfi/nds)