Egy mengasah olah bolanya secara terstruktur sudah sejak usia 5 tahun bersama SSB Tasbi. Dia dimasukkan ke SSB tersebut oleh sang ayah, Syarifuddin, lantaran ketika itu SSB Asam Kumbang belum punya kepengurusan. SSB Asam Kumbang tak lain adalah tempat ayah Egy melatih anak-anak kecil bermain sepakbola, sekaligus menjadi daerah tempat Egy tumbuh.
Bersama SSB Tasbi, Egy berhasil merebut gelar juara di Turnamen Grassroots Indonesian U-12 pada 2012. Kejuaraan itu pula yang membuat bakatnya tercium oleh Indra Sjafri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses membawa Egy keluar dari Medan awalnya tidak berjalan mulus. Pria yang akrab disapa Bagja itu sempat ditolak oleh ayah kandung Egy. Tapi, Bagja tidak menyerah dan mencoba merayu orang tua Egy dengan mengadirkan Firman Utina.
Cara tersebut berjalan mulus. Firman yang mantan kapten timnas Indonesia dan juga anak angkat Bagja itu berhasil meyakinkan kedua orang tua Egy. Egy dibawa Cirebon sebelum ke Jakarta. Dia dititip di akademi Bina Sentra Cirebon milik Bagja selama 3-4 bulan.
Selanjutnya Egy masuk ke diklat Ragunan. Dia sana seluruh Bakat dan ilmu pengetahuannya dari segi pendidikan diasah. Hari-hari berjalan indah untuk Egy namanya semakin meroket.
Egy menjadi buah bibir di dunia sepakbola Indonesia saat berhasil membantu ASIOP Apacinti menjadi kampiun Gothia Cup 2016
di Swedia. Di turnamen itu Egy meraih dua penghargaan pribadi, yakni top skorer dengan 28 gol dan status pemain terbaik.
Catatan manis kembali diukir Egy pada Desember 2016. Dia berhasil mengantarkan Persab Brebes U-17 keluar sebagai juara Piala Soeratin usai mengalahkan Askot PSSI Balikpapan 4-1. Gelar tersebut menjadi sejarah persepakbolaan Brebes lantaran baru pertama juara tingkat nasional.
Egy bukan cuma sekadar membantu tim meraih juara. Pemain asal Medan itu menyabet gelar pemain terbaik dan top skorer usai melesakkan gol sebanyak 22 kali.
Di tahun 2017 nama Egy semakin melambung tinggi usai menjadi bagian Tim Nasional Indonesia U-19 di Turnamen Toulon, Prancis. Indonesia memang tak juara, bahkan meraih kemenangan saja tak mampu. Akan tetapi, Egy mampu membawa pulang penghargaan Breakthrough Player.
Penghargaan itu sebelumnya pernah juga dimenangi oleh Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane. Dari rentetan itulah sosok kelahiran 7 Juli 2000 menjadi sorotan publik dan karena kelincahannya dijuluki sebagai "Egy Messi". Di banyak kesempatan, Egy juga mengaku sangat mengidolai Messi.
Di bulan September 2017, Egy kembali mengukir hasil manis di Piala AFF U-18 yang berlangsung di Myanmar. Egy dinobatkan sebagai pemain terbaik dan menjadi top skorer dengan koleksi 8 gol. Indonesia meraih tempat ketiga pada event tersebut.
Usai Piala AFF nama Egy masuk dalam 60 pemain muda bertalenta versi The Guardian. Egy bersanding dengan pemain muda Juventus, Moise Kean, yang sedang dipinjamkan ke Hellas Verona.
Dari perjalanan panjang itu Egy kini menapaki kaki di Eropa. Benua yang menjadi impian para anak-anak kecil untuk berkarier di dunia sepakbola.
Pada 11 Maret, Egy diperkenalkan sebagai pemain Lechia Gdansk, klub yang bermain di liga tertinggi Polandia. Di sana Egy diberikan nomor punggung 10, namun belum bisa langsung bermain untuk Lechia meski sudah diikat kontrak selama tiga tahun.
Bersama Lechia, Egy bukan mencapai puncak impiannya, bahkan awal perjalanan pun belum dimulai. Semua baru akan dimulai pada 8 Juli 2018 setelah dia merayakan ulang tahun ke-18. Di saat itu pula "perjalanannya" justru baru dimulai. (ran/din)