City adalah salah satu unggulan Liga Champions saat kompetisi tersebut masuk babak delapan besar. Josep Guardiola membawa anak didiknya memainkan sepakbola yang impresif, mematikan, dan juga menghibur di Eropa.
Tapi takdir (undian) mempertemukan mereka dengan Liverpool, yang di belakangnya ada Juergen Klopp. Bagi Guardiola, manajer asal Jerman itu adalah selayaknya kryptonite memberi efek buruk pada Superman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Liga Champions Habitatnya Liverpool |
Benar saja, City kalah 0-3 saat melawat ke Anfield, melalui gelombang gol yang tercipta hanya dalam periode 19 menit saja.
Hasil pertandingan itu membawa efek sangat buruk pada City sebagai sebuah tim. Demi mempersiapkan diri membalikkan keadaan saat main di leg kedua, Guardiola memutuskan tidak menurunkan kekuatan terbaiknya saat menjamu Manchester United.
Padahal laga panas bertajuk Derby Manchester itu wajib hukumnya dimenangi City. Bukan cuma karena lawannya adalah Manchester United, klub yang begitu mereka benci. Tapi juga karena pertandingan itu bisa menjadi penentu didapatnya titel juara Premier League.
Baca juga: Malam Kelabu Manchester City di Etihad |
Laga itu mungkin kesempatan sekali seumur hidup buat City meraih gelar juara tepat di hadapan seteru terbesarnya. Semuanya berjalan sesuai skenario saat mereka unggul dua gol saat turun minum. Tapi City kemudian rontok oleh tiga gol MU yang dibuat dalam selang 16 menit. Tak ada pesta juara, City malah dapat malu di depan pendukung sendiri
Lalu datanglah laga kedua menghadapi Liverpool.
Sebuah gol cepat yang dilesakkan Gabriel Jesus melambungkan kepercayaan diri City tinggi ke angkasa. Kalau bukan karena keputusan kontroversial wasit yang menganulir gol Leroy Sane, City sudah unggul 2-0 ketika babak kedua dimulai.
Tapi City sepertinya sudah disuratkan menjalani pekan yang suram. Saat upaya mencetak gol kedua tak kunjung datang, Mohamed Salah memupus harapan seluruh pendukung City dengan gol yang dia lesakkan. Gol lanjutan yang dibuat Roberto Firmino mengubur The Citizens makin dalam.
City menelan tiga kekalahan beruntun untuk kali pertama di musim ini. Tiga kekalahan yang diderita dalam selang hanya tujuh hari. Di mana dalam kurun tersebut cuma tiga gol berhasil dibuat dan ada delapan gol bersarang di gawang Edison Moraes.
"Kami kalah atas Liveroool, saat menghadapi Manchester United dan kembali kalah atas Liverpool. Saya harus menganalisa apa yang telah saya lakukan selama 10 bulan, saya pikir itu sudah bagus," ucap Guardiola menyoal perbandingan hasil buruk City sepekan terakhir dan performa oke mereka sedari awal musim.
"Kami ingin memenangi Premier League pada pertandingan terakhir (dengan Manchester United) dan kami punya mimpi masuk semifinal. Tapi kami harus berkaca dan berpikir apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik musim depan," lanjut Pep di situs resmi Manchester City.
Sejak Guardiola datang ke Kota Manchester, tak pernah dia menelan tiga kekalahan beruntun seburuk ini. Pep mengakui kalau tidak mungkin bagi timnya menjaga performa dengan intensitas yang sama di sepanjang musim.
"Selama 11 bulan kami mengalami naik dan turun. Saya bersama chairman hari ini. Saya melihat bahasa tubuh para pemain. Anda tak akan bisa menemukan sebuah tim yang bisa mempertahankan momentum, ritme yang sama, kecepatan yang sama, dengan jumlah laga sebanyak ini," tandasnya. (din/nds)