Sejak ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia pada akhir 2010, Rusia sudah melakukan banyak persiapan untuk menjadi penyelenggara salah satu event sepakbola terbesar di dunia itu. Beberapa stadion baru dibagun, sementara yang lainnya mengalami renovasi untuk mempercantik penampilan atau menambah kapasitas.
Rusia mungkin bukan salah satu negara terkuat di Eropa jika kita membicarakan sepakbola. Tapi sebagaimana di negara lain, sepakbola sudah mengakar kuat dalam perjalanan sejarah negara tersebut. Dari Uni Soviet dan kini menjadi Rusia, sepakbola selalu menjadi salah satu dari olah raga terpopuler.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selanjutnya, Rusia melahirkan beberapa pemain top yang punya karier gemilang di Eropa. Sebut saja Valentin Ivanov, Oleg Salenko, Andrey Arshavin, Roman Pavlyuchenko, sampai Igor Akinfeev.
Sayangnya Rusia tidak terlalu diunggulkan pada Piala Dunia 2018 ini. Tak ikut kualifikasi karena lolos otomatis, Rusia dapat hasil buruk di beberapa pertandingan ujicoba yang mereka jalani. Menarik untuk dinantikan bagaimana kiprah Rusia di Piala Dunia 2018 ini.
Piala Dunia 2018 di detikSport
Penantian panjang itu tuntas ketika pesawat Qatar Airways bernomor QR233 mendaratkan saya dan beratus-ratus penumpang di Domodedovo International Airport, Moskow.
Buat jurnalis olahraga, meliput Piala Dunia bisa diibaratkan 'Naik Haji', layaknya seorang fans tim sepakbola Eropa yang menonton langsung tim kesayangannya di stadion. Ada kegembiraan tersendiri sebagai seorang penggemar sepakbola, tapi di sisi lain ada tanggung jawab besar untuk memberikan yang terbaik untuk pembaca.
Piala Dunia tak diragukan lagi merupakan salah satu pesta olahraga terbesar, dinantikan penggila bola di seluruh penjuru dunia diliput oleh ratusan wartawan dari seluruh dunia, ditayangkan langsung ke ratusan negara. Di sinolah tugas berat FIFA dan Local Organizing Comittee (LOC) untuk senantiasa berupaya menjaga keamanan pagelaran namun pada saat bersamaan memberikan pelayanan terbaik pada tim serta pekerja media.
Salah satunya dengan menyaring ketat para pewarta. Selain 32 negara peserta, FIFA dan LOC membatasi jatah peliput dari negara-negara lainnya. Indonesia, sekalipun dikenal sebagai negara gila bola, mesti menyadari belum pernah terlibat langsung dalam pesta ini. Memang kita pernah tampil di Piala Dunia 1938, tapi ya tentu saja saat itu belum ada yang namanya Republik Indonesia, melainkan Hindia Belanda.
![]() |
Namun (pekerja media) Indomesia patut bersyukur karena Indonesia mendapatkan jatah 10 peliput untuk Piala Dunia 2018. Angka ini terbilang banyak untuk negara yang tak lolos ke putaran final. Sebagai perbandingan, negara-negara Arab nonpeserta hanya mendapatkan jatah maksimal lima pewarta. Bahkan Arab Saudi yang tampil di putaran final ini saja tak dapat jatah terlalu banyak, 20 wartawan.
Artinya Indonesia mendapatkan semacam keistimewaan di Piala Dunia kali ini, sehingga publik tanah air bisa menikmati arus informasi dari Rusia dengan cukup deras.
Tengok saja negara tetangga kita, Vietnam, yang cuma mendapat empat jatah peliput dari FIFA yakni dua wartawan tulis dan dua pewarta foto. Begitulah hasil perbincangan saya dengan rekan asal Indonesia, Firzie Idris, yang merupakan jurnalis BolaSport.
Setelah melewati 17 jam dari Jakarta, pada Selasa (12/6/2018) kemarin saya tiba di Moscow. Demi memberika informasi terbaik serta cerita-cerita menarik dari Piala Dunian 2018, detikcom mengirim dua reporter ke Piala Dunia 2018. Kami akan meliput beberapa laga big match dan mendatangi tujuh dari 11 kota tuan rumah Piala Dunia 2018. Semua demi Anda pembaca setia detikcom dan detikSport.
Di tengah hawa sejuk Moskow pada pertengahan Juni ini, izinkan kami memulai perjalanan ini dengan mengucapkan: Privet (halo), Rusia!
Tonton Juga, Stadion Pembukaan Piala Dunia 2018 Dijaga Ketat Polisi:
(mrp/raw)