Pavard mencuri perhatian besar saat mencetak satu gol saat Prancis mengalahkan Argentina 4-3 di babak 16 besar hari Sabtu (30//2018) lalu. Ia mengoyak jala tim lawan di menit 57, melalui tendangan melintir dari luat kotak penalti, untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
Itu hanyalah sebuah momen "perkenalan diri" Pavard. Sebab, sejauh ini penampilannya sebagai full back kanan Prancis terbilang baik, meskipun dia adalah anak baru di skuat Les Bleus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku tak menyembunyikannya, mengalir begitu saja. Aku menangis bersama orangtuaku. Semua pengorbanan yang aku buat sejak masih kecil, hari ini terbayar," ungkap Pavard tentang pemanggilan bersejarahnya itu.
Pavard mengawali kariernya di klub Prancis, Lille, dan bermain di Ligue 1 pada musim 2015/2016. Di musim berikutnya ia digaet klub Jerman, VfB Stuttgart, dan bermain di divisi dua Liga Jerman.
Di musim perdananya di luar negeri itu Pavard membantu Stuttgart untuk kembali ke level Bundesliga. Ia pun kian menancapkan pengaruhnya di sana.
Pria setinggi 186 cm itu termasuk satu dari empat pemain yang tampil di setiap pertandingan di paruh kedua musim lalu. Pavard terbilang pemain serba bisa karena ia bisa dipasang sebagai bek kanan, bek tendah, gelandang bertahan, sampai sayap kanan. Di Stuttgart ia lebih diperankan sebagai central defender, tapi oleh Deschamps ia menjadi bek kanan Prancis.
Dengan usia yang masih muda dan talentanya yang luar biasa, Pavard dipercaya akan memiliki karier yang cemerlang. Sejumlah media Prancis mulai menyebutnya sebagai penerus Lilian Thuram, bek legendaris Prancis.
(a2s/krs)