Saat bergabung dengan Sekolah Sepakbola (SSB) Persisac di Semarang, Awan digembleng menjadi striker. Perawakannya kecil, larinya kencang.
Baru tiga tahun berlatih, Awan menilai posisi itu bukanlah posisi ideal untuk dirinya. Bungsu dari dua bersaudara itu gatal ingin menjadi penjaga gawang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya, enggak langsung kiper. Dimulai dari striker. Baru setelah duduk di kelas 2 atau 3 SD, jadi kiper. Itu kemauan saya sendiri," kata Awan dalam wawancara One on One dengan detikSport.
"Kayaknya kalau sudah nyelamatin gawang ada kepuasan sendiri," dia menegaskan.
Di sisi lain, Awan juga menyadari menjadi seorang kiper memiliki beban yang cukup berat. Dia akan menjadi sosok yang paling disalahkan dalam tiap kekalahan.
Baca juga: Ini Pesan Presiden Jokowi untuk Lalu M Zohri |
Tapi, Awan bergeming. Dia bersikukuh untuk menekuni posisi tersebut. Dia tak mementingkan posturnya yang kecil dan kurus. Awan mencoba mereduksi kekurangan itu dengan berlatih ekstra keras.
"Saya sudah menyadari dengan risiko bakal sering disalahkan. Waktu itu sih kayaknya belum tahu resikonya seperti itu. Tapi, kan bapak mantan kiper juga, jadi bapak selalu ngingetin agar kalau pun kebobolan jangan sampai berlarut-larut dalam kesedihan. Yang penting kamu bisa mengubah keadaan jadi lebih baik lagi," ujar dia.
Awan akan mendapatkan panggung di Asian Games 2018. Dia menjadi salah satu kiper Timnas di pesta olahraga negara-negara Asia itu.