Sriwijaya telah menunggak gaji pemainnya hingga lebih dari satu bulan. Manajemen bahkan sampai melakukan cuci gudang dengan melepas sejumlah pemain.
Kasus tersebut telah diketahui oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi. PSSI akan lebih dulu berkomunikasi dengan FIFA untuk mendalami masalah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Case ini kebetulan sekali bertepatan dengan keluarnya sirkular dari FIFA terkait dengan saat ini misalnya boleh dua bulan tidak dibayar gajinya, pemain boleh minta langsung berakhir kontraknya. Itu yang membuat kami ada turunan dari situ. Yang sebenarnya case ini bisa masuk ke federasi atau FIFA," ujar COO LIB, Tigorshalom Boboy.
"Kami lagi berkoordinasi dengan PSSI apakah kasus ini akan masuk ranahnya ke PSSI karena mereka juga punya DRC atau mungkin dikembalikan ke klub. Tapi secara regulasi kami sedang mempertimbangkan apakah kewenangan itu boleh ada di kami atau PSSI," dia menambahkan.
"Tapi, secara umum ini case buat semuanya terhadap klub yang pemainnya tidak dibyar gajinya minimal dua bulan maka boleh langsung kontraknya berakhir," katanya.
Tigor menjelaskan ada beberapa ancaman hukuman yang akan diterima oleh klub jika melakukan penunggakan gaji pemain. Pengurangan poin sampai terdegradasi sudah tertulis jelas dalam regulasi.
"Ya di regulasi ada. Tapi, kami tidak bisa regulasi itu bertentangan dengan keputusan FIFA. Di FIFA, jelas kewenangan ada di federasi atau langsung di FIFA biar tak terjadi dispute di sana. Pasti akan dihukum. Siapa yang bisa menghukum itu yang jadi pertanyaan berikutnya. Kami harus komunikasi dengan PSSI," ujar Tigor.
Oleh karena itu, Tigor menyebut belum bisa mengambil keputusan soal hukuman kepada Sriwijaya FC. Sebab, saat ini masih dikomunikasikan dengan PSSI dan FIFA, termasuk soal mekanisme pembayaran hak tersebut kepada pemain.
"Kami belum memutuskan apa-apa. Tapi pasti ini jadi pertimbangkan atau kami masukan ini sebagai sebuah case," dia menegaskan.
"Bagian dari pembayaran hak itu siapa yang memutuskan itu termasuk hukumannya seperti apa. Case ini bisa langsung ke federasi atau FIFA. Kalau pemain punya pilihan (mengadukan) ke FIFA. FIFA pasti akan bersidang secepat mungkin untuk memutuskan. Karena sanksinya jelas pengurangan poin sampai degradasi seperti yang sudah-sudah. Jadi dikategorikan sebagai player dispute," ujar dia.
Hukuman pengurangan poin kepada klub dengan kasus serupa sudah pernah terjadi. Salah satu klub yang dihukum oleh PSSI adalah Madura United yang dikurangi tiga poin dan Persegres Gresik United.
PSSI bahkan mendapatkan hukuman dari FIFA berupa sanksi denda sebesar Rp 427 juta. Sebabnya PSSI tak melakukan pengurangan poin kepada beberapa klub yaitu Persepam Madura United, Persik Kediri dan Persiwa Wamena.