Gelandang Arsenal itu dijadikan kambing hitam atas hasil memalukan Jerman di Piala Dunia 2018 usai dikecam karena foto bersama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pada prosesnya Oezil memutuskan gantung sepatu dari level internasional.
Pengoleksi 92 caps bersama Die Mannschaft tersebut menuduh perlakuan terhadap dia sebanding dengan rasisme. Oezil juga percaya keturunan Turki yang dia miliki kurang dihormati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan ini lantas dibalas dengan sengit oleh presiden Bayern Munich Uli Hoeness, sekaligus mantan pemenang Piala Dunia dan Piala Eropa di era 70an. Menurut Hoeness, Oezil memang sudah tampil buruk setelah Jerman juara dunia di 2014.
Komentar itu lantas dibalas agen Oezil, Dr Erkut Sogut. "Komentar Tuan Hoeness sepenuhnya salah sasaran, karena keputusan itu tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Dia mencoba mengalihkan perhatian dari isu yang sebenarnya, isu rasisme dan diskriminasi di Jerman, yang muncul lagi di setiap hari di dalam masyarakat Jerman," kata dia sekitar sepekan lalu.
"Seperti yang Mesut katakan di dalam pernyataannya, dia menerima kritik yang masuk akal dan adil dari penampilan dia dan menghadapinya karena itu bagian dari sepakbola. Bagaimanapun, Tuan Hoeness bahkan tidak bisa memberikan bukti nyata untuk mendukung penyataan-penyataan bodoh dia yang sepenuhnya dilebih-lebihkan."
"23 gol, 40 assist -- yang jadi rekor Jerman -- dan lima kali Pemain Terbaik Jerman -- tiga di antaranya datang setelah 2014. Dia mengklaim Mesut sudah menjadi 'hantu' selama bertahun-tahun, tapi 'hantu' apa yang memenangi penghargaan-penghargaan itu dan menciptakan sukses sebesar ini?"
Rumenigge, yang juga bos Bayern, menilai Oezil bukannya dikritik karena keturunan Turkinya. Komentar Sogut juga disebutnya mengada-ada.
"Dia [Oezil] tidak dikritik karena dia keturunan Turki," sahut Rummenigge kepada Sport Bild, yang dikutip FourFourTwo. "Ini adalah sebuah cerita fiksi yang dikatakan oleh agen-agennya. Itu membuat saya jengkel."
"Mereka memberikan pernyataan dan pernyataan lagi belakangan ini. Ini sebagian seperti sebuah pelajaran dongeng saja." (rin/krs)