Manchester United kalah 0-2 dari Barcelona dalam final di Olimpico, Roma, Mei 2009 silam. Carrick yang saat itu turun sebagai starter di lini tengah MU menyaksikan timnya dijebol Samuel Eto'o di menit ke-10 dan Lionel Messi di menit ke-70.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesalahan itu menghantui Carrick. Bahkan depresinya baru mereda di 2011, ketika memenangi partai perempatfinal Liga Champions kontra Chelsea. Tak ada yang tahu tentang persoalan ini, termasuk rekan-rekannya.
"Itu adalah titik terendah dalam karier saya dan saya tak benar-benar tahu kenapa. Saya berpikir saya sudah membiarkan diri saya terpuruk dalam laga terbesar di karier saya. Saya sudah memenangi Liga Champions tahun sebelumnya, tapi itu benar-benar tak relevan," kata Carrick kepada The Times.
"Saya merasa seperti depresi. Saya benar-benar terpuruk. Saya saat itu membayangkan bahwa inilah depresi. Saya menggambarkannya sebagai depresi karena itu bukan sesuatu yang bisa lepas begitu saja. Saya pernah merasa tak enak atau merasa buruk setelah beberapa laga, tapi lantas Anda melaluinya dalam beberapa hari kemudian."
"Tapi yang ini saya benar-benar tak bisa singkirkan. Itu adalah perasaan yang aneh. Saya menghukum diri saya sendiri atas gol itu. Saya terus bertanya 'Kenapa saya melakukannya?' Lalu itu menjadi bola salju. Setelah itu setahun berjalan berat. Itu tetap muncul untuk waktu yang lama," imbuh pria yang kini jadi Asisten Manajer Jose Mourinho di MU ini, seperti dilansir Sky Sports.
Carrick memperkuat MU selama 12 musim, memenangi lima titel Premier League, tiga gelar Piala Liga Inggris, dan masing-masing satu trofi Liga Champions, Liga Europa, Piala Dunia Antarklub, dan Piala FA.
Baca juga: 'Fred Bukan Pengganti Michael Carrick' |