Profil Vichai Srivaddhanaprabha, Bukan Sekadar Bos untuk Leicester

Profil Vichai Srivaddhanaprabha, Bukan Sekadar Bos untuk Leicester

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Senin, 29 Okt 2018 16:25 WIB
Vichai Srivaddhanaprabha, bos Leicester City yang tewas dalam kecelakaan helikopter (Jorge Silva/Reuters/File Photo)
Leicester - Yang publik tahu Vichai Srivaddhanaprabha adalah bos Leicester City. Tapi buat The Foxes dan juga masyarakat Leicester, Vichai lebih dari sekedar pemilik klub.

Mungkin tak banyak yang mengetahui sosok Vichai sebelum Leicester kembali ke Premier League pada 2015. Wajar mengingat saat Vichai mengambil alih pada 2010, Leicester masih bermain di divisi Championship dan sudah sedekade lebih absen dari kompetisi tertinggi.

Vichai adalah seorang pengusaha papan atas Thailand yang mengawali usaha toko bebas cukai atau duty free-shop di Bangkok pada 1989 dengan modal seadanya yang dinamakan King Power. Perlahan namun pasti, usaha Vichai meningkat pesat yang membuatnya mulai melebarkan usaha ke minimarket yang tersebar di penjuru Thailand.






Berkat usahanya yang meningkat pesat itu, Vichai lantas mendapat gelar bangsawan dari Kerajaan Thailand pada 2009 sebelum setahun setelahnya memulai bisnis baru di lapangan hijau.

Vichai memutuskan membeli Leicester pada Agustus 2010 dari pengusaha Milan Mandaric sebelum naik jabatan sebagai presiden klub pada Februari 2011. Angka 39 juta pound sterling saat itu atau sekitar Rp 760 miliar bukan persoalan bagi Vichai yang punya kekayaan 2,9 miliar pound, orang terkaya kelima di Thailand.

Di pertengahan tahun itu, Vichai juga mengganti nama stadion Leicester dari Walker Stadium menjadi King Power Stadium. Dari situ, dimulailah usaha Vichai membawa kembali Si Rubah kembali ke kasta tertinggi persepakbolaan Inggris sampai akhirnya terwujud pada 2014 ketika mereka menjuarai Championship bersama Nigel Pearson.

Kembali ke Premier League, Vichai coba membenahi tim sedikit demi sedikit meski usaha itu terbilang berat. Sempat mencatatkan start oke, Leicester perlahan menurun drastis dan sempat ada di dasar klasemen saat Premier League sebelum akhirnya finis posisi ke-14 di akhir musim 2014/2015.

Semusim setelahnya, Vichai memutuskan memecat Pearson karena kasus di Thailand saat sesi pramusim dan mengangkat Claudio Ranieri. Keputusan inilah yang lantas berbuah sejarah luar biasa dalam persepakbolaan Inggris dan khususnya Leicester. Di musim 2015/2016, Leicester mengejutkan semua orang dengan keberhasilan mereka menjuarai Premier League.

Hanya punya koefisien 5000/1 untuk jadi juara, Leicester mematahkan semua prediksi untuk berjaya di kasta teratas sepakbola Inggris. Bermodalkan Jamie Vardy, Kasper Schmeichel, Wes Morgan, Robert Huth, dan pembelian seperti Riyad Mahrez, Marc Albrighton, dan N'Golo Kante, Ranieri mampu menggilas seluruh raksasa.

Itulah yang kemudian membuat nama Vichai makin harum di kota Leicester karena dia berhasil mengangkat derajat klub yang bukan siapa-siapa di Inggris. Apalagi Vichai juga berkontribusi besar lewat berbagai kegiatan amal dan sosial demi memajukan kota tersebut.

Salah satu kebiasaan unik yang diterapkan sejak memiliki Leicester adalah dia kerap membawa biksu untuk memberkati para pemainnya di ruang ganti sebelum pertandingan kandang. Klenik ini disebut-sebut jadi alasan mengapa klub itu bisa juara Liga Inggris tiga tahun lalu.






"Dia sangat suka tinggal di Inggris dan menyukai gaya hidup di sana dengan kekayaan yang dimilikinya. Dia gemar meminum anggur mahal, dia suka berjudi, dan suka olahraga berkuda," ujar kepala koresponden BBC Asia Tenggara Jonathan Head dalam sebuah kolomnya.

"Dia kerap terlihat bareng keluarga kerajaan, bertanding polo dengan anak-anaknya. Dia sangat mengagumi kehidupan kelas atas di Inggris," sambungnya.

Ya, Vichai memang tidak tinggal di Leicester melainkan di London. Dia kerap mendatangi laga-laga kandang Leicester dengan menggunakan helikopternya atau mengunjungi Berkshire, tempat di mana dia menempatkan kuda-kuda peliharaannya. Selain sepakbola dan bridge, balap kuda memang jadi olahraga favorit Vichai lainnya. Bahkan Vichai kini juga memiliki mayoritas saham klub lokal Belgia OH Leuven yang berlaga di kompetisi kasta kedua.

Namun, siapa kira kebiasaannya menonton langsung di stadion akhir pekan lalu adalah yang terakhir kali bisa dilakukannya. Beberapa jam setelah laga, helikopter yang dinaiki Vichai dan dua stafnya, mengalami kerusakan tak lama setelah takeoff dari dalam stadion dan terjatuh di area luar.

Helikopter seketika terbakar dan berita pun dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru Inggris dan dunia. Sempat tidak ada kejelasan sebelum akhirnya Leicester mengumumkan bahwa Vichai termasuk korban yang tewas dalam jatuhnya helikopter itu.

Tak cuma sepakbola Inggris, tapi seluruh dunia berduka melepas kepergian salah satu tokoh penting sepakbola. Buat Leicester, Vichai adalah sosok dewa penolong yang mengantarkan mereka langit ketujuh usai menjuarai Premier League.






"Keluarga mereka sangat, sangat terkenal di kalangan masyarakat Leicester. Mereka begitu dicintai oleh masyarakat atas jasa mereka kepada klub dan apa yang mereka telah lakukan untuk kota ini. Mereka telah membuat kota ini terkenal di penjuru dunia," ujar Chairman Kelompok Suporter Leicester Cliff Ginetta.

"Mereka sudah berkontribusi jutaan pound sterling ke klub ini dan juga lebih banyak lagi uang yang diberikan kepada rumah sakit lokal di sini dan juga panti asuhan. Mereka selalu membagikan minum dan pie gratis saat Natal - ya seperti itulah mereka," sambungnya.

Selamat jalan, Vichai!





Tonton juga 'Helikopternya Jatuh dan Terbakar, Bos Leicester City Tewas':

[Gambas:Video 20detik]

(mrp/cas)

Hide Ads