Saat dimunculkan sebagai calon dan kemudian terpilih menjadi ketua umum PSSI, Edy diharapkan membawa perubahan di tubuh federasi sepakbola Tanah Air itu. Saat itu, Edy menjabat sebagai Pangkostrad.
Rupanya, Edy tertarik untuk menjalani karier politik. Dia mencalonkan diri menjadi Gubernur Sumatera Utara dan memutuskan untuk pensiun dini dari karier tentaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy bersikukuh, situasi itu tak mengganggu jalannya roda organisasi PSSI. Pengurus PSSI juga nyaman saat ditinggal ketua umum.
Dalam prosesnya, Edy terpilih menjadi Gubernur Sumut. Dia bersikukuh menjalankan dua jabatan itu bersamaan.
Domisilinya di Medan diyakini tak mengganggu PSSI. Tapi, fakta berbicara lain. Urusan mencari pendanaan untuk pelatih Timnas gagal tercapai. Angan-angan melanjutkan kontrak Luis Milla buyar dan diganti Bima Sakti.
Pemerhati sepakbola, Akmal Marhali, menilai PSSI membutuhkan sosok yang totalitas mengurus sepakbola tanah air. Mereka yang mengerti tentang bagaimana membangun timnas dan kompetisi.
"Kalau keinginan pribadi saya ya sudah waktunya sepakbola diserahkan kepada mantan pemain yang mengerti betul sepakbola Indonesia. PSSI harus dikembalikan kepada pelaku utamanya. Pesepakbola yang kapabel dan berorientasi pada prestasi. Bukan yang berbisnis mengaburkan prestasi. Yang bisa membersihkan sepakbola dari duri lapangan rumput dan benalu yang selama ini mengerdilkan sepakbola nasional," ujar Akmal kepada detikSport.
"Ketua umum PSSI idaman adalah mereka yang mampu membangun sepakbola Indonesia dengan mengedepankan trust alias kepercayaan publik.Trust menjadi tolok ukur terpenting saat ini untuk mengembalikan marwah sepakbola Indonesia," dia menambahkan.
"Ketua Umum PSSI ke depan harus fokus membangun sepakbola Indonesia tanpa rekayasa dan tanpa mafia. Sepakbola yang sehat dan bebas dari pencurian umur, penhaturan skor dan bayangan bandar bandar judi. Ketua umum PSSI ke depan harus mengembalikan PSSI seperti singkatannya Profesional Sehat Sportif dan Integritas," kata dia.
Lalu, siapa sosok yang tepat menjadi ketum PSSI, Akmal menilai salah satunya adalah mantan pemain. Banyak orang-orang berkompeten yang bisa diberikan kesempatan.
"Waktu yang tepat saat ini adalah ketua umum PSSI dikembalikan kepada mantan pesepakbola agar benar-benar kembali ke habitatnya, kembali kepada asal muasal munculnya (alat persatuan dan kesatuan bangsa serta kebanggaan bangsa). Tidak perlu orang pintar di PSSI, cukup orang jujur," kata Akmal.
"Banyak mantan pesepakbola yang sukses di luar sepakbola seperti mantan pemain timnas Bob Hippy, Ferrryl Raymond Hattu atau lainnya. Mereka bisa pimpin PSSI asal diberikan kesempatan," katanya.
(ads/fem)