Laga di Stamford Bridge, Minggu (2/12/2018) malam WIB itu, akan mempertemukan dua manajer Italia yang punya segudang taktik. Laga diprediksi bakal berjalan seru meski keduanya punya pemahaman sepakbola yang berbeda, Sarri lebih soal penguasaan bola dan menyerang sementara Ranieri identik dengan catenaccio dan serangan balik.
Meski berbeda prinsip bermain, Ranieri tetaplah guru bagi Sarri karena dia sempat menimba ilmu ke Ranieri saat menangani Fiorentina sedari 1993 hingga 1997.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu saja dia adalah inspirasi buat saya. Saya sudah sempat berdiskusi dengannya ketika dia masih melatih Fiorentina, mungkin sekitar 20 tahun lalu, dan sering bertemu di sesi latihan," ujar Sarri di FourFourTwo.
"Saya tinggal dekat sekali dengan Florence, dekat betul dengan stadion. Saya masih jadi pelatih, mungkin di Serie A. Lebih mudah untuk saya karena saya adalah pelatih tim kecil di dekat Florence - Antella ada di selatan Florence, sangat dekat dengan pusat latihan Fiorentina," sambungnya.
Berumur 59 tahun, Sarri memang tergolong pelatih senior di Italia karena sudah melatih sejak 1990. Tapi jika dibandingkan dengan Ranieri yang banyak melatih klub top sepanjang kariernya, Sarri justru mondar-mandir di klub kecil dan namanya baru terangkat saat membawa Empoli naik ke Serie A pada 2014.
Setelah itu, Sarri baru terangkat namanya saat melatih Napoli sedari 2015 hingga 2018. Sarri berani memainkan sepakbola menyerang di tengah Italia yang identik dengan seni bertahan.
"Saya sempat bicara dengannya (Ranieri) selama tiga hari sekitar sebulanan lebih kemarin. Dia datang ke Cobham melihat dua, tiga sesi latihan. Dia ingin bicara dengan saya, dengan Gianfranco Zola," papar Sarri
"Biasanya tim Claudio sangat solid. Mereka bertahan dengan sangat baik, terkadang sangat dalam, tapi benar-benar solid."
"Biasanya tim yang dilatih olehnya punya serangan balik berbahaya seperti di Leicester, tapi tidak cuma di Leicester kok," tutup Sarri.
Baca juga: Chelsea Tetap Buas, Sarri Puas |