Curhatan itu disampaikan perwakilan asprov dalam diskusi yang dihelat KPSN di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (9/1/2018). Dari daftar buku tamu, klub-klub Liga 1 yang diundang tak hadir. Umuh Muchtar dari Persib Bandung, Hasnuriadi dari Barito Putera, Achsanul Qosasi dari Madura United, dan Pieter Tanuri dari Bali United absen.
Dari Asprov PSSI, sebanyak sembilan perwakilan hadir. Di antaranya, berasal dari Asprov DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi Utara, Kepri, Riau, Lampung, dan Sulawesi Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mafia Bola Ada di Mana-mana |
"Ini tahun ketiga saya di klub. Untuk Liga 3 masih adem ayem. Kalau di Liga 2 saya lebih tersiksa," kata Esti.
"Waktu itu kami semua di manajemen sudah tanda tangan pakta integritas agar tidak terima suap. Kami dulu sangat pede bakal lolos. Tapi itu bumerang," kata dia.
"Lalu pada akhirnya kami kalah terus, sekalipun lawan tim yang di bawah kami. Terus saya tanya kepada pemain dan mereka bilang: 'saya sudah capek main buat klub ibu. Abisnya ibu enggak pernah bayar wasit. Kita dikerjain mulu'. Nah, di Liga 3 saya lebih kalem. Terus saya dibilang kalau mau lolos sudah tenang saja. Ikuti aturan main," kata dia.
Sekretaris KPSN, Alief Syachviar, mengatakan KPSN ingin mendengar keluhan soal sepakbola Indonesia sekaligus mencari solusi. KPSN juga menegaskan tak punya hak sebagai voter dalam agenda PSSI, namun berharap hasil di acara ini bisa di bawa ke Kongres Tahunan PSSI.
KPSN dibentuk Oktober 2018. KPSN muncul dari inisiatif beberapa asprov yang diketuai oleh Suhendra Hadikuntono, yang juga ketua umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara juga pendiri Asosiasi Pekerja Bawah Air Indonesia (APBAI).
(ran/fem)