Lord Atep Tandai 2018 sebagai Musim Terpahit di Persib Bandung

One on One

Lord Atep Tandai 2018 sebagai Musim Terpahit di Persib Bandung

Mukhlis Dinillah - Sepakbola
Selasa, 22 Jan 2019 16:50 WIB
Atep tandai 2018 menjadi musim terpahit dalam kariernya bersama Persib Bandung. (Satria Nandha/detikSport)
Bandung - Musim 2018 menjadi catatan terpahit bagi Atep bersama Persib Bandung. Selain gagal menjadi juara, kebersamannya dengan Maung Bandung juga berakhir usai kompetisi.

Persib dijagokan menjadi juara musim lalu. Selama beberapa pekan, anak asuhan Roberto Carlos Mario Gomez berhasil bertengger di puncak papan klasemen Liga 1 2018.

"Banyak orang memprediksi kita akan menjadi juara. Itu juga akan menjadi catatan bersejarah buat saya," kata Atep dalam One on One detikSport di Lapangan Lodaya, Kota Bandung, Selasa (22/1/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tetapi petaka datang pada pertengahan musim. Laga Persib dengan Persija pada Minggu (23/9/2019) di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) akan diingat sebagai tragedi berdarah, sebuah tragedi GBLA. Seorang suporter Persija, Haringga Sirla tewas dikeroyok dengan kepala remuk oleh oknum Bobotoh

Buntut dari insiden itu, tim kebanggaan Kota Bandung tersebut mendapat sanksi berat dari PSSI. Persib mendapatkan banyak sanksi, mulai dari terusir dari Bandung sampai akhir musim hingga harus bertanding tanpa penonton setelahnya.

Bagi Persib, tampil tanpa bobotoh menjadi sebuah kerugian. Sejumlah pemain pilar Persib juga tak bisa dimainkan karena harus menjalani sanksi dari Komisi Disiplin PSSI. Misalnya Bojan Malisic yang dilarang tampil empat kali dan Jonathan Bauman diskors dua kali pertandingan.

Termasuk penyerang andalan Maung Bandung Ezechiel Ndouasel juga mendapat hukuman berat yakni sanksi larangan bermain dalam lima pertandingan. Situasi itu membuat Persib makin terpuruk.

"Pertengahan musim prestasi Persib turun karena memang banyak persoalan, itu sangat menyedihkan bagi saya," ujar pemain 33 tahun itu.

"Kalau saya bisa mengangkat trofi untuk kedua kalinya tentu akan sangat membanggakan. Apalagi itu musim terakhir saya," tutur bapak dua anak ini.

Fakta itu memaksa Atep hanya bisa mengenang arak-arakan di kota Bandung bersama trofi juara ISL pada 2014. Angannya untuk sekali lagi menggondol juara bersama Maung Bandung pupus.


Dia justru dilepas dari klub yang dibelanya selama sepuluh tahun itu dengan cara yang cukup menyakitkan, lewat telepon.


(mud/fem)

Hide Ads