Sepakbola di Titik Nadir, Perlu Momen Apa Lagi?

Sepakbola di Titik Nadir, Perlu Momen Apa Lagi?

Mercy Raya - Sepakbola
Minggu, 24 Feb 2019 15:47 WIB
Salah momen keributan antarpemain di laga Persib vs Persija musim lalu (Wisma Putra/detikSport)
Jakarta - Sepakbola Indonesia sudah berada di titik nadir, PSSI diminta berbenah. Tak sekadar mengganti ketuanya saja, tapi potong satu generasi.

Demikian disampaikan pemerhati sepakbola Andi Sururi dalam acara diskusi 'Sepakbola Indonesia di Persimpangan' yang digagas Sepakbola Indonesia Juara (SIJ) di kawasan H. Agus Salim, Kebon Sirih, Minggu (24/2/2019).

Hadir dalam acara tersebut Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto, budayawan Arswendo Atmowiloto, penikmat sepakbola Ronal Surapradja, dan juru bicara SIJ Wandi Wanandi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




"Bagi saya situasi PSSI seperti ini bukan hal yang baru. Rusuh suporter, suporter tewas di titik nadir itu permainan istilah saja. Makanya saya mengapresiasi polisi karena akhirnya ini sesuatu yang ditunggu sepakbola Indonesia," kata Andi.

"Sudah banyak momen yang tak ada solusinya. Suporter sudah turun ke jalan, negara sudah membekukan. Jujur saya sebagai wartawan lelah. Perlu momen apa lagi?" ujar dia menjelaskan.

"Satu hal saya tetap kukuh di pengurus PSSI karena orang-orangnya sama, sekian tahun, buat saya mereka sudah diberi kesempatan. Makanya, ya saya tanpa tending aling-aling harus diganti semua pengurusnya. Karena itu yang menentukan tata kelola, sistem itu dibangun orang. Saat itu dibangun orang yang benar maka (organisasi) nya akan baik. Tapi kalau orangnya itu-itu saja saya tak percaya. Kesempatan mereka buat saya sudah habis kok," dia mempertegas.

Hal senada diungkapkan Gatot. Dia malah sejak awal sudah mengingatkan agar yang tidak hanya Edy Rahmayadi saja yang mundur tapi seluruh Komite Eksekutif juga diganti.




"Ini statement masih saya ingat percuma kalau cuma pak Edy saja yang mundur. Harusnya yang lain ikut mundur, tapi nyatanya tidak. Harapannya ke depan siapapun menjadi ketua, Exco atau pengurus lain, ya ganti orang," kata Gatot.

"Pertanyaannya adalah apakah orang lain mampu? Mampu. Jangan punya penilaian negatif bahwa tidak ada orang lain yang bisa mengurus bola, selain yang duduk di pimpinan PSSI saat ini," ujarnya.

Akan tetapi tidak sedikit sosok-sosok berkompeten untuk mengisi jabatan tinggi di PSSI terganjal dengan aturan lima tahun berkecimpung di sepakbola.

Menanggapi hal tersebut, Gatot, menyarankan perubahan statuta PSSI agar calon ketua umum dan Komite Eksekutif tidak terbatasi.

"Tadi sudah saya sampaikan di pasal 24 Statuta PSSI, apa sih kewenangan kongres? kongres itu diantaranya bisa menambah/mengurangi atau mengoreksi dari statuta. Saya sudah obrak-abrik, siapa tahu saya salah, tapi semoga tidak salah. Kalau dulu memang ada, siapapun yang duduk di Exco itu minimal harus lima tahun aktif di dunia persepakbolaan entah itu nasional, atau lokal, regional. Tetapi konteks masalah ini sudah tidak diangkat kembali," Gatot menjelaskan.

"Kesimpulannya siapapun bisa duduk di situ. taruhlah masih kekeh tentang aturan lima tahun ini, gampang saja di awal KLB agenda pertama mengubah dari ketentuan yang berada di statuta tentang kewajiban lima tahun. Sehabis itu, KLB tidak hanya tunggal untuk pemilihan ketua, tapi agendanya bisa banyak, baru disarankan apa yang diinginkan dari KLB tersebut. Simple kok," demikian dia.


(mcy/mrp)

Hide Ads