Dicoret dari Liga Europa adalah Puncak Derita AC Milan

Dicoret dari Liga Europa adalah Puncak Derita AC Milan

Doni Wahyudi - Sepakbola
Jumat, 28 Jun 2019 19:22 WIB
AC Milan dicoret dari Liga Europa (MARCO BERTORELLO / AFP)
Jakarta - Cuma Real Madrid yang bisa menyaingi sukses AC Milan di Liga Champions. Tapi saat tiket ke kompetisi teratas Eropa itu sulit didapat, Rossoneri malah dicoret dari Liga Europa.

Dengan tujuh gelar dipunya, AC Milan hanya kalah sukses oleh Real Madrid (13) di ajang Liga Champions. Rossoneri memang (pernah) begitu perkasa di Liga Champions, sampai-sampai mereka mengklaim punya DNA Eropa.

Namun kejayaan Milan kini nyaris tak bersisa lagi. Klub tersebut dalam sekitar satu dasawarsa terakhir mandeg, kalau tak mau dibilang berjalan mundur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan sejak Silvio Berlusconi masih duduk di kursi presiden, Milan sudah menunjukkan tanda-tanda meredup. Faktor utamanya adalah kondisi finansial - alasan sama yang membuat UEFA memutuskan mencoret Milan dari Liga Europa beberapa jam lalu.



Berlusconi, melalui perusahaan Fininvest, memegang penuh kendali AC Milan. Mantan perdana menteri Italia itu sebenarnya royal menyuntikkan dana buat Diavolo Rosso. Namun saat krisis ekonomi menghantam Italia pada 2007, situasinya berubah.

Berlusconi sebenarnya masih jadi orang terkaya di Italia ketika itu. Tapi dia tak bisa lagi jor-joran menggelontorkan dana. Kondisi itu diperburuk dengan keputusannya maju kembali dalam pencalonan Perdana Menteri di tahun 2013, yang berakhir dengan kegagalan.

Tahun 2013 jadi periode suram untuk Berlusconi (dan Milan). Berlusconi dinyatakan bersalah dalam kasus penggelapan pajak, dan menghadapi tuntutan hukum senilai 560 ribu euro yang ditujukan ke Fininvest. Ini membuat kondisi keuangannya limbung.

Padahal di tahun itu Milan sudah dalam kondisi mengkhawatirkan. Setahun sebelumnya terjadi eksodus besar. Gianluca Zambrotta, Alessandro Nesta, Gennaro Gattuso, Mark van Bommel, Clarence Seedorf meninggalkan San Siro dengan cuma-cuma. Lalu pemain bintang, Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva dan Alexandre Pato, satu persatu pergi.



Saat Berlusconi memutuskan melepas kepemilikan Milan pada pengusaha China, Yonghong Li dan Han Li di 2017, muncul harapan kalau kondisi klub akan membaik.

Milan membeli banyak pemain ketika itu. Leonardo Bonucci, Andre Silva, Hakan Calhanoglu, Mateo Musacchio dan Lucas Biglia adalah sebagian pemain yang dibelanjakan Milan, di mana total pengeluaran mereka musim itu mencapai 146 juta pound sterling.

Milan berhasil memenangi Piala Super Italia, dan kembali ke kompetisi Eropa (Liga Europa) setelah absen tiga tahun. Sayangnya itu tak bertahan lama.

Yonghong Li ternyata membeli Milan menggunakan dana yang dia dapat dengan utang. Ketidakmampuannya membayar cicilan utang membuat AC Milan disita oleh Elliot Morgan Corporation.



Kegagalan Milan melangkah jauh di berbagai kompetisi yang mereka ikuti menambah buruk kondisi keuangan klub. Kompensasi yang mereka dapat dari kejuaraan-kejuaraan itu tidak banyak, pun begitu uang dari hak siar. Milan minim pemasukan.

San Siro lebih sering kosong saat Gialuigi Donnarumma dkk main di kandang. Apalagi, tidak seperti Juventus yang punya stadion sendiri, Milan masih menumpang. Keinginan Milan memiliki stadion masih sebatas mimpi, yang mungkin baru akan terwujud pada 2026.

Sampai saat itu datang, AC Milan harus berjuang memperbaiki kondisi keuangannya....kalau tak mau terlupakan dan cuma jadi cerita kejayaan masa lalu.

(din/mrp)

Hide Ads