Takut Dipenjara karena Nonton Bola, Wanita Iran Tewas Bakar Diri

Takut Dipenjara karena Nonton Bola, Wanita Iran Tewas Bakar Diri

Yanu Arifin - Sepakbola
Selasa, 10 Sep 2019 21:59 WIB
Wanita Iran menyaksikan sepakbola di stadion tahun lalu. (Foto: Khaled DESOUKI / AFP)
Teheran - Seorang wanita di Iran membakar dirinya karena takut dipenjara usai ketahuan menonton pertandingan sepakbola di stadion. Kini, wanita itu meninggal dunia.

Dilansir BBC, Sahar Khodayari, 29 tahun, sempat menyaksikan pertandingan sepakbola di Teheran Azadi Stadium pada bulan Maret. Ia hendak menyaksikan tim favoritnya, Esteghlal, menghadapi Al Ain.

Sama seperti di pertandingan lain, Khodayari menyamar menjadi pria dengan mengenakan rambut palsu berwarna biru dan jaket panjang, sehingga dikenal sebagai Blue Girl (Gadis Biru).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sialnya, polisi menahannya. Di Iran, wanita memang dilarang masuk ke stadion untuk menyaksikan pertandingan olahraga pria karena dianggap menyaksikan aurat pria. Larangan itu diterapkan sejak Revolusi Islam pada 1979.

Khodayari pun sempat menghabiskan tiga malam di penjara, sebelum dilepaskan dan menunggu 6 bulan untuk menjalani persidangan.

Ketika datang ke pengadilan, persidangan Khodayari sempat ditunda lagi. Tak lama, ia sempat kembali ke pengadilan untuk mengambil handphone yang disita. Ketika itu, Khodayari diklaim mendengar dirinya terancam dipenjara.




Khodayari terancam dipenjara oleh Pengadilan Revolusi di Iran. Jika terbukti, ia pun bisa dipenjara selama enam bulan.

Hal itu membuat Khodayari stres dan akhirnya membakar dirinya sendiri di depan gedung pengadilan pada 2 September 2019. Pada Senin (9/9), ia pun meninggal dunia di rumah sakit Teheran karena menderita 90 persen luka bakar.

Situasi itu membuat gempar pejabat dan publik Iran. Tagar Blue Girl pun sempat menjadi trending topic di Twitter karena banyak yang membahasnya.

Larangan wanita datang ke stadion sendiri terus dipantau FIFA. Tahun lalu, larangan itu sempat digugurkan Iran, namun hanya bersifat sementara.

Kebijakan itu dikecam banyak organisasi Hak Asasi Manusia di seluruh dunia. Tak terkecuali FIFA, di mana federasi sepakbola dunia itu sebenarnya sudah meminta Iran mengakhirinya pada 31 Agustus lalu, yang ternyata belum bisa digaransi Iran.


(yna/din)

Hide Ads