Milan memecat Giampaolo di awal musim ni usai rentetan hasil buruk yang mereka raih. Rossoneri terbenam di peringkat ke-13, setelah hanya mengumpulkan sembilan angka dari tujuh laga. Sebagai ganti Giampaolo, mereka resmi menunjuk Stefano Pioli.
Keputusan Il Diavolo memberhentikan Giampaolo disesalkan oleh Albertini. Legenda Milan ini mengaku tindakan mantan timnya tersebut terlalu terburu-buru.
Para pemain Milan jelas butuh waktu yang tak singkat untuk menyatu dengan gaya main yang dikembangkan oleh Giampaolo. Formasi 4-3-1-2 yang diusung mantan pelatih Sampdoria terhitung asing bagi skuat Milan yang musim lalu terbiasa bermain dengan 4-3-3 bersama Gennaro Gattuso.
"Selalu sulit untuk menilai hal ini dari luar. Namun saat Anda mempekerjakan seseorang seperti Giampaolo dan menginginkan sistem permainan tertentu, Anda tahu itu ini bakal memakan waktu," kata Albertini dikutip dari Tuttosport.
"Sejujurnya, tujuh laga tidak cukup untuk melihat bahwa pekerjaan itu membuahkan hasil. Mungkin Milan menemukan diri mereka dalam situasi yang tidak harapkan. Mereka lalu lebih suka melakukan perubahan dengan cepat," sambungnya.
"Terbukti, masalah kemudian muncul karena hal itu tak pernah diperhitungkan. Ini adalah kekalahan bagi semua orang ketika pelatih dipecat."
Kesalahan itu diulangi Milan hampir setiap musimnya. Dibuktikan dengan mereka sudah delapan kali berganti dalam lima musim terakhir.
Hal tersebut menurut Albertini jadi sebab Milan kesulitan berprestasi. Ini karena pemain Milan harus beradaptasi dengan taktik baru nyaris setiap musimnya .
"Masalah sebenarnya di Milan adalah bahwa setiap tahun mereka mulai dari nol. Mereka benar-benar menghapus semua yang mereka bangun tahun sebelumnya," ungkap Albertini
"Klub seperti Milan tidak bisa memikirkan untuk menilai satu hal dari suatu waktu. Mereka harus memiliki target dan tujuan untuk menjadi yang terbaik. Menyegel tiket Liga Champions adalah target minimal Milan," demikian dia.
(pur/mrp)