Teja, 25 tahun, tekun berlatih karate sejak masa sekolah dasar. Dia menyandang sabuk cokelat.
Darah karateka mengalir dari sang bapak, Yusman ZK, yang berkarier sebagai polisi. Bahkan, sang kakak sekarang bekerja sambil mengajar karate.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya dulu karate. Semua keluarga itu karate dan saya sudah sampai sabuk cokelat. Kakak juga ngajar karate. Tidak tahu juga kenapa. Mungkin karena saya dulu main bola di umur sembilan tahun terus berhenti pas SMP karena fokus sekolah dan karate," kata Teja dalam wawancara bersama detikSport di Hotel Ibis, Jatibening, Bekasi.
Teja mulai menekuni sepakbola saat masuk PPLP Sumbar. Itu pun karena diajak dua temannya. Tapi, justru dua temannya itu tak lolos seleksi, sedangkan Teja bisa menjadi bagian PPLP.
"Ada teman yang ajak seleksi PPLP 4 Sumbar. Saya diajak, kami bertiga dari kampung, itu tahun 2009. Saya itu tidak tahu apa itu PPLP, jadi cuma ikut-ikutan saja," Teja melanjutkan.
"Soalnya katanya di sana disekolahin, dikasih gaji, dan lainnya. Ya, saya tertarik. Nah, temen saya yang dua itu malah tidak lolos, yang lolos saya sendiri. Padahal saya awalnya cuma ikut-ikutan saja," ujar dia.
(ran/fem)