Pledge United merupakan kampanye yang dilakukan lewat sepakbola. Program pendidikan anti kekerasan terhadap gender ini, diberikan kepada ratusan remaja pria dengan rentang usia 13-18 tahun dan baru menyasar 25 pelatih di wilayah Bandung Raya.
"Sepakbola itu merupakan sebuah kultur di Indonesia, banyak pelakunya. Kita ada sepakbola remaja perempuan , tapi jumlahnya hanya 25 orang. Sedangkan di akademi kita ada 500 pemain bola (laki-laki)," kata Jonathan di Inspire Arena, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (24/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi lewat pemerkosaan atau hal fisik lainnya. Namun juga, melalui gurauan di sekolah atau komunitas misalnya. "Ini akan jadi hal besar, bila dibiarkan, nanti mereka tidak akan menghargai perempuan, ini yang ingin kami ubah sejak dini."
Dari data yang dihimpunnya, UN Women menyebut 26 persen laki-laki di Indonesia pernah melakukan pemerkosaan kepada wanita. Begitu pun dari survey Reuters yang menyebut satu dari tiga perempuan di Indonesia pernah mengalami pelecehan semasa hidup mereka.
"Soal dampak gerakan ini, memang tidak bisa katakan bahwa jumlah pemerkosaan menurun, karena itu sulit diukur. Tapi kita pernah meninjau ke sekolah, dan melihat bahwa anak menjadi lebih respek terhadap orang tua dan ibu gurunya," katanya.
Rencananya, kampanye ini akan dilakukan di Cirebon, Manado, Makassar, Jakarta, dan sembilan kota lainnya dengan sasaran 10 ribu anak. Anak-anak itu akan berikrar (pledge) agar tak menyakiti perempuan setelah diberi pelatihan.
M Rizky Ramadhan (13) dari SSB Surya Pasundan, mengaku jadi lebih mengetahui hak-hak perempuan. Menurutnya, pelatihan sambil bermain bola ini baru pertama ia dapatkan. "Saya akan lebih menghargai perempuan, terutama ibu dan guru saya," ujar Rizky.
(mrp/raw)