Oezil sebelumnya mengangkat isu muslim Uighur, yang dikabarkan ditempatkan di kamp konsentrasi di Xinjiang. Ia menyoroti kenapa umat muslim tak bersuara lantang dalam perkara ini.
"[Di China] Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah islam, madrasah dilarang, cendekiawan agama satu per satu dibunuh. Terlepas dari semua itu, muslim tetap diam. Suara mereka tak terdengar," demikian bunyi tulisan dalam unggahan Oezil, yang memang pemain muslim, di Instagram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah suporter Arsenal di Negeri Tirai Bambu juga membakar jersey bernomor punggung Oezil. Sementara sejumlah toko di situs penjualan top seperti Taobao --dimiliki oleh Alibaba-- menarik penjualan kaus gelandang Jerman berdarah Turki itu.
Lebih jauh lagi, forum penggemar Oezil di platform komunikasi terbesar China, Baidu, ditutup. The Times juga melaporkan bahwa mesin-mesin pencari di China menghapus nama Oezil dari daftar hasil. Nama pemain 31 tahun itu nyaris tak ada lagi di hasil-hasil mesin pencari di China.
Meski demikian, Arsenal tak terlalu merasakan dampak dari penolakan publik China terhadap Oezil. Sebab The Gunners masih bisa berjualan seragam dan pernak-pernik klub hingga saat ini.
"Kami tak menerima pesan apapun bahwa produk-produk yang bekerja sama dengan Arsenal harus disingkirkan dari etalase. Produk-produk ini merupakan hasil kolaborasi dengan seluruh tim Arsenal, bukan dengan Oezil saja," ungkap salah seorang staf Adidas di Shanghai seperti dilansir Reuters.
(raw/cas)