Penyebaran virus corona di Italia begitu cepat hingga mereka kini jadi negara terparah kedua di dunia. Mantan dokter timnas Italia mengkritik sikap publiknya.
Italia kini punya lebih dari 12 ribu kasus positif virus corona, dengan angka kematian sudah lebih dari 800 orang. Sekitar seribu orang pulih, tapi kecepatan penyebaran virus di sana kini bikin pemerintahnya amat waswas.
Di bidang olahraga, seluruh kegiatan termasuk Liga Italia Serie A telah dihentikan setidaknya sampai 3 April mendatang. Ini dilakukan demi mencegah risiko penyebaran lebih masif karena acara olahraga senantiasa dihadiri banyak orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kompetisi dihentikan, kini virus itu malah sudah mencapai ke level atlet, di mana Juventus melaporkan beknya, Daniele Rugani, terinfeksi. Sementara Federasi Sepakbola Italia (FIGC) sudah mempertimbangkan tiga opsi, salah satunya menghentikan kompetisi.
Situasi genting di Italia ini disoroti oleh mantan kepala tim medis timnas Italia Enrico Castellacci. Ia menilai masyarakat Italia terlalu santai menghadapi ancaman virus yang juga dikenal dengan nama covid-19 itu.
Bahkan soal aktivitas resmi olahraga, pria yang juga pernah bekerja di timnas China dan klub Guangzhou Evegrande ini sudah lebih dulu meminta kompetisi dihentikan.
Baca juga: Daniele Rugani Positif Virus Corona |
"Saya sudah mendengar dari para kolega soal apa yang terjadi di China dan itu sungguh merusak. Inilah sebabnya saya tak pernah meremehkan virus ini. Saya sudah kembali ke Italia dan sekarang saya di sini untuk membantu," ujarnya kepada Tuttomercatoweb.
"Coronavirus sudah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO dan mungkin seharusnya dilakukan lebih cepat. Saya sudah bilang 15 hari lalu bahwa semua olahraga harus dihentikan di Italia. Pada saat itu, orang-orang menganggap masukan itu sesuatu yang gila, tapi pandemi cuma bisa dilawan kalau penyebaran virusnya diperlambat."
"Orang-orang terlalu cetek, terutama anak-anak muda yang tidak mau kehilangan waktu untuk bergaul di malam hari dan berpesta. Virus ini dianggap seperti flu biasa, yang mana jelas bukan," sambung Castellacci.
"Persoalannya adalah kita beranjak dari satu sikap ekstrem ke sikap ekstrem lainnya, dari bersikap solah tak ada yang terjadi hingga serangan-serangan rasa cemas secara kolektif dan berbondong-bondong ke supermarket. Lebih banyak orang di rumah, itu lebih baik. Sejumlah aktivitas harus berlanjut, tapi yang dibutuhkan hanyalah sedikit akal sehat."
"Di China, mereka mampu menghentikan pergerakan virus dengan langkah tegas, yang mana sukses memperlambat situasi yang sebelumnya seperti bencana. Sekarang, seseorang lebih aman dari coronavirus di China ketimbang di Italia," tandasnya.
(raw/cas)