Bagaimana Masalah Gaji di Liga Inggris Seharusnya Diselesaikan?

Bagaimana Masalah Gaji di Liga Inggris Seharusnya Diselesaikan?

Yanu Arifin - Sepakbola
Jumat, 03 Apr 2020 17:47 WIB
CHESTER, ENGLAND - JULY 07: The Premier League Match Ball during the Pre-season friendly between Chester FC and Liverpool on July 7, 2018 in Chester, United Kingdom. (Photo by Lynne Cameron/Getty Images)
Klub-klub Premier League belum mau memangkas gaji pemainnnya di tengah pandemi virus corona. (Foto: Lynne Cameron/Getty Images)
London -

Wacana soal pemangkasan gaji pemain di Liga Inggris, akibat pandemi virus corona, masih terus mengemuka. Bagaimana seharusnya langkah yang diambil?

Pandemi virus corona menyebabkan terjadinya krisi global. Sepakbola, khususnya di Eropa, yang sudah menjadi industri, turut terdampak.

Beberapa raksasa Eropa terpaksa memangkas gaji pemain agar roda-roda klub tetap bergerak. Namun, sikap berbeda terlihat di Inggris, yang mana klub-klub belum memangkas gaji pemainnya. Asosiasi Pemain Profesional (PFA) diyakini menolak panggilan Premier League untuk membahas masalah itu.

Sebaliknya, klub malah memangkas gaji stafnya sebesar 20 persen. Tottenham Hotspur menjadi klub yang melakukannya.

James Barford dari Enders Analyst, yang menulis laporan soal dampak COVID-19 pada industri sepakbola, meminta para pemain harus sepakat dipangkas gajinya. Hal itu disarankan agar Premier League tetap punya daya tarik dan menghindarkan pemain pindah ke liga lain.

"Mereka harus menyetujui pengurangan upah pemain, itu harus terjadi. Tetapi, jika pengurangan upah sementara yang disepakati tidak memadai, mungkin ada masalah," kata Barford, seperti dilansir Guardian.

Beberapa klub di Eropa sudah berani memangkas besar-besaran gaji pemainnya. Barcelona memotong 70 persen gaji Lionel Messi dkk, sementara Juventus total memotong besaran gajinya hingga 90 juta euro.

Dengan pengeluaran yang tetap besar, namun tidak ada pendapatan akibat virus corona menghentikan liga, maka klub-klub Liga Inggris dinilai berpotensi bangkrut. Jika demikian, satu-satunya cara klub menyelamatkan diri adalah menjual bintangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika pengurangannya masih tidak cukup, mereka berada di klub sepakbola besar dan liga besar lainnya di dunia, maka satu-satunya pilihan lain untuk mencegah kebangkrutan bagi banyak klub Liga Premier adalah menjual pemain mereka," kata Barford.

"Mereka bisa dipaksa, bahkan untuk menjualnya dengan potongan harga, mungkin ke Liga Super Cina atau ke saingan di Eropa, yang telah melakukan tindakan bersama," ujarnya.




(yna/aff)

Hide Ads