China tengah jor-joran membangun stadion. Langkah itu banyak dinilai sebagai upaya Negeri Tirai Bambu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030.
Di tengah pandemi virus corona, terungkap rencana ambisius China menuju Piala Dunia. Sebuah stadion megah tengah disiapkan.
Klub Guangzhou Evergrande memulai pembangunan stadion raksasa. Sebuah stadion berbentuk bunga teratai, nantinya akan punya kapasitas 100 ribu kursi penonton, mengalahkan Camp Nou, yang sejauh ini bisa menampung 90 ribu penonton.
Dilansir Straits Times, Evergrande Group, pengembang properti besar yang didirikan oleh salah satu orang terkaya Tiongkok, mengatakan akan ada dua lagi stadion besar. Keduanya punya kapasitas 80 kursi penonton.
Dalam dua tahun ke depan, China dikabarkan punya 12 stadion utama yang baru. Rencananya, stadion-stadion itu akan dipakai untuk ajang Piala Dunia Antarklub 2021 dan Piala Asia 2023.
Namun, ada angapan bahwa Presiden Xi Jinping juga membidik gelaran Piala Dunia 2030. FIFA sendiri kabarnya bersedia menyambut ketertarikan China.
Lampu hijau untuk China datang pada Juni lalu. Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyebut adanya China akan membuat perebutan status tuan rumah bakal meriah, meski aturannya wilayah Asia tidak bisa menjadi tuan rumah setelah Qatar (2022) dan Amerika Serikat-Kanada-Meksiko (2026).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir Evergrande mungkin memiliki dua pertimbangan. Pertama, stadion berkapasitas 100.000 kursi mungkin berguna jika China menjadi tuan rumah final Piala Dunia atau upacara pembukaan," kata Ji Yuyang, jurnalis Oriental Sports Daily.
"Poin lain adalah Evergrande ingin membuat pernyataan dengan mengatakan memiliki stadion sepakbola profesional terbesar di dunia, dengan jumlah penonton terbesar," jelasnya.
Profesor Simon Chadwick, direktur Pusat Industri Olahraga Eurasia di Emlyon Business School mengatakan, China memang ingin menunjukkan sedang mengembangkan sepakbolanya. Membangun stadion menjadi caranya.
"Ini kekuatan lembut dari stadion. China mencoba menggunakan desain stadion yang sangat berbeda sebagai cara menarik perhatian banyak orang. Agar orang paham China menginginkan hal yang sama seperti yang diinginkan negara lain," jelasnya.
(yna/nds)